Happy Reading guys
°
°
°
°
°
°Saat ini aku tengah berada di salah satu supermarket untuk membeli bahan-bahan masakan yang aku butuhkan. Rencananya hari ini aku akan belajar memasak bersama dengan Syarifah.
"Sia, kamu beneran?"
Aku menghela napas lelah mendengar lontaran kata yang keluar dari bibir gadis itu. Entah untuk keberapa kalinya dia melayangkan pertanyaan yang sama, sampai-sampai aku saja sangat malas untuk menanggapinya.
"Ihh Asia kok diem sih? Serius ndak sih kamu ini?"
Kepalaku menoleh, memperhatikan Syarifah yang sedari tadi berdiri di sampingku. Lantas aku menarik kedua ujung bibirku terpaksa sebelum menjawab pertanyaannya, "iya ifah sayang, aku serius."
Kemudian aku pun kembali memilih sayuran yang aku butuhkan untuk menu kali ini. Namun, kegiatanku kembali terhenti ketika Syarifah membuka suara lagi.
"Kenapa harus sama aku sih? Kenapa ndak sama ibu atau mertuamu aja? Aku takut gak bener ngajarinnya."
Aku menoleh lagi ke arah gadis itu, "ifah, kamu tahu kan kalau ibu aku sibuk?" Syarifah menganggukkan kepalanya mendengar itu. Lalu aku pun melanjutkan kalimatku, "terus kalau sama ummi, sejujurnya aku masih ngerasa sungkan sama dia. Dan aku juga malu kalau misalkan harus belajar masak sama dia.''
Pertanyaan Syarifah itu tidak ada yang salah. Mengapa aku lebih memilih dia untuk mengajariku dibandingkan ibu dan ummi? Sebab, aku tidak mau mengganggu pekerjaan ibu. Mengingat bagaimana dia sangat sibuk di rumah sakit mengurusi pasien-pasiennya.
Tetapi meski begitu, ibu akan meluangkan waktu untuk mengajariku memasak jika aku bicara padanya, hanya saja aku tidak mau.
Dan untuk ummi, aku masih merasa malu dan tidak enak pada ibu mertuaku itu. Jadi itu alasannya mengapa aku memilih Syarifah untuk menjadi guru masakku hari ini. Lagi pula katanya dia tidak ada kegiatan lain, alias jadwalnya kosong.
"Apalagi ya?" aku bermonolog, memperhatikan trolli yang sudah berisikan bahan-bahan masakan yang aku butuhkan.
"Kwetiau udah, telur udah, sawi udah, saus tiram udah, perbumbuan juga udah." Aku menoleh ke arah Syarifah, "udah kali ya fah?" tanyaku pada gadis itu.
Syarifah sempat terdiam, memperhatikan trolli belanjaku sebelum mengangkat wajahnya kembali dan menganggukkan kepalanya, "kayaknya sih iya." Jawabnya.
Kedua ujung bibirku tertarik mendengar itu. Lantas dengan cepat aku menggandeng tangan Syarifah menuju kasir untuk membayar belanjaanku. Namun sebelum itu, kami harus menunggu terlebih dahulu karena banyak pembeli juga yang hendak membayar.
Beberapa waktu berlalu, akhirnya aku sudah selesai. Kemudian kami pun berjalan beriringan keluar dari supermarket ini, dan tujuannya sekarang adalah kost-an gadis itu. Tetapi langkahku terhenti saat Syarifah menarik tanganku secara tiba-tiba, aku mengernyitkan alis heran.
"Kenapa?" tanyaku saat mendapati Syarifah yang hanya diam. Kemudian dia mengangkat jari telunjuknya membuatku mengikuti arah tunjuk gadis itu.
Mataku sempat membola kala melihat seorang lelaki berpakaian loreng yang sangat aku kenali berada di sebuah restoran tepat di sebrang supermarket ini. Tidak, aku terkejut bukan karena Radipta ada di sana. Tetapi aku lebih terkejut ketika melihat dia bersama dengan seorang wanita yang tidak aku kenal. Siapa dia?
"Itu lettu Dipta kan sia?" aku menoleh ke arah Syarifah yang masih menatap ke arah restoran tempat dimana Radipta berada saat ini.
"Iya, itu Radipta.'' Jawabku.
KAMU SEDANG MEMBACA
HELLO RADIPTA
RomanceAsia Naufa Akmala, seorang gadis berusia 20 tahun yang kini tengah menempuh pendidikan sebagai mahasiswi hukum. Dia adalah anak bungsu dari Mahardika Wiratama, seorang panglima TNI angkatan darat, ibunya adalah seorang dokter spesialis bedah, Arumi...