Happy Reading guys
°
°
°
°
°
°Sudah pukul setengah satu malam, namun mataku masih saja terbuka dengan lebar. Berulang kali aku membolak balikan tubuhku untuk menemukan posisi yang nyaman, tapi tak kunjung juga. Aku menghela napas gusar.
Ada apa? Kenapa aku sulit tidur seperti ini? Tidak seperti biasanya.
Aku membalikkan tubuhku ke arah kiri, menghadap Radipta yang sudah memejamkan matanya sedari tadi. Aku memperhatikan wajah lelaki itu yang begitu menenangkan ketika terlelap.
Detik berikutnya, aku menghembuskan napas berat. Melihat wajah Radipta saat ini membuatku benar-benar merasa sangat bersalah. Radipta itu baik, bahkan sangat baik. Aku saja tidak mengerti pada diriku sendiri mengapa aku belum bisa mencintai lelaki itu.
Tanganku terangkat untuk mengusap lembut pipi Radipta. Tidak terasa, air mataku keluar begitu saja dari tempatnya. Aku benar-benar sangat bodoh, mengapa bisa aku membiarkan lelaki sesempurna dia selama ini.
Iya, menurutku Radipta itu sangat sempurna. Dia memiliki rupa yang bisa dibilang tampan, kepribadiannya baik walau kadang menyebalkan, pengertian agama Radipta juga lebih luas daripada diriku. Selama aku menikah dengannya, aku tidak pernah merasa kekurangan. Radipta selalu memberiku uang jajan setiap harinya meski hanya dua ratus ribu, tapi itu sangat lumayan.
Aku menggigit bibir bawahku kuat, menahan isakan yang hampir saja keluar. Radipta maaf. Aku tidak tahu harus melakukan apa selain berkata seperti itu, dan itu pun hanya sebatas di dalam hati. Aku ini memang pengecut, bahkan untuk meminta maaf saja tidak berani berkata secara langsung.
"Om, kenapa harus saya?" aku bergumam kecil.
"Kenapa harus saya yang om pilih?"
Aku tidak mengerti pada Radipta. Mengapa lelaki itu bisa mencintai gadis yang memiliki kepribadian buruk sepertiku? Dia ini sangat tidak pantas untuk bersama denganku. Aku rasa banyak wanita yang lebih pantas untuknya. Tapi kenapa harus aku yang dia pilih?
Aku menarik napasku dalam, menghapus air mataku dengan cepat kala melihat pergerakan dari Radipta. Aku menjauhkan tanganku segera dari wajah lelaki itu. Bisa aku lihat sekarang Radipta sudah membuka matanya kembali.
"Asia, kenapa belum tidur?" tanya lelaki itu dengan suara berat khas orang bangun tidur.
"Belum ngantuk" jawabku cepat. Aku mengubah posisiku menjadi terlentang, tidak lagi menghadap ke arah Radipta.
Tubuhku meremang saat merasakan tangan Radipta yang menarik tubuhku dan mendekapnya. Dapat aku rasakan aroma maskulin yang menyeruak dari tubuh Radipta.
"Tidur, Asia. Besok kamu ada kelas pagi kan?" lelaki itu berujar yang dalam diam aku angguki.
Aku bisa merasakan tangan Radipta yang mengusap lembut kepalaku, kemudian dia mengecup singkat dahiku. Aku memejamkan mata kuat, membalas pelukan lelaki itu. Sekuat tenaga aku menahan air mataku agar tidak kembali jatuh. Berada di posisi seperti ini membuatku benar-benar ingin menangis.
Radipta, mengapa dia begitu baik?
Dia selalu memperhatikan diriku, bahkan dia tahu kapan jadwal aku kuliah, padahal aku tidak pernah memberi tahunya. Sementara aku? Aku tidak bahkan tidak pernah memperhatikan lelaki itu, aku hanya memperhatikan diriku sendiri. Dan Untuk menyiapkan baju kerjanya saja tidak pernah aku lakukan.
KAMU SEDANG MEMBACA
HELLO RADIPTA
RomanceAsia Naufa Akmala, seorang gadis berusia 20 tahun yang kini tengah menempuh pendidikan sebagai mahasiswi hukum. Dia adalah anak bungsu dari Mahardika Wiratama, seorang panglima TNI angkatan darat, ibunya adalah seorang dokter spesialis bedah, Arumi...