Happy Reading guys
°
°
°
°
°
°"Mboh, ora sudi aku!" tolakku dengan cepat.
Tidak habis pikir mengapa Radipta bisa berpikiran seperti itu. Dia pikir aku cewek murahan yang dengan senang hati menunjukkan tubuhku yang berharga kepada lelaki. Biarpun lelakinya adalah Radipta, suamiku sendiri, tetap saja aku tidak mau.
"Kenapa?" tanya Radipta membuatku tak habis pikir untuk kesekian kalinya. Mengapa dia mengajukan pertanyaan seperti itu?!
"Heh om, om pikir saya cewek murahan apa? Gak, pokoknya saya gak mau. Hukuman itu gak adil, enak di anda gak enak di saya. Ganti ganti!" aku menggidikkan bahuku sembari bersedekap dada.
"Tetap, tidak bisa diganti." Aku membulatkan mata tak percaya mendengar ungkapan Radipta. Kemudian dia melanjutkan kalimatnya, "kalau kamu tidak ingin memakai baju ini, caranya sangat mudah, yaitu menjadi istri yang penurut dan baik."
Aku mengerjapkan mataku beberapa kali saat Radipta menepuk kepalaku, dan dia memposisikan tubuhnya sejajar dengan tinggi badanku sehingga aku bisa melihat wajahnya tanpa perlu mendongak.
"Ngerti, Asia?" tanya Radipta.
Aku sempat terdiam sebelum akhirnya menganggukkan kepala. Entahlah, aku tidak tahu mengapa kepalaku seenteng itu menyetujui perkataan Radipta.
"Istri yang pintar." Puji Radipta dan menegakkan tubuhnya kembali. Dia menyimpan kotak itu di atas nakas samping tempat tidur.
Aku memperhatikan kamar Radipta. Kamar lelaki ini entah mengapa vibes nya terasa menyedihkan. Dengan dinding berwarna abu-abu dan tidak ada satu pun bingkai foto yang terpasang di sana. Barang-barangnya juga tidak terlalu banyak, padahal kamarnya cukup besar.
"Cepat beresin baju kamu, setelah itu kita makan."
Aku memperhatikan Radipta yang kini sudah duduk di sofa kamarnya sembari memainkan gawai. Aku memutar bola mata malas. Apa dia setega itu hingga tidak mau membantuku untuk merapikan baju ya? Padahal bajuku cukup banyak hingga tidak hanya membawa satu koper.
Baiklah Asia, tidak masalah.
Aku mengambil koperku yang sedari tadi tersimpan di sisi ranjang. Aku mengangkatnya dengan susah payah ke atas kasur. Benar-benar berat, padahal isinya hanya baju. Kemudian aku membuka koper itu dan mengeluarkan pakaianku satu persatu dari tempatnya.
Beberapa menit berlalu, aku memperhatikan lemari Radipta yang sudah dia bongkar untuk menyimpan baju-bajuku.
Hei, apa itu akan cukup? Aku tidak yakin jika lemari itu bisa menjadi tempat untuk pakaianku sekarang. Pasalnya aku membawa begitu banyak baju, sedangkan tempat yang Radipta sediakan tidak cukup untuk menampung semuanya.
Aku memperhatikan Radipta yang masih fokus pada kegiatannya. Aku membawa langkahku mendekati Radipta sehingga membuat Radipta mendongak dan mengangkat sebelah alisnya sebagai isyarat bertanya.
"Serius itu tempat untuk baju-baju saya?" tanyaku yang mendapat kerutan di dahi lelaki itu.
"Iya, kenapa?" jawabnya. Aku menarik napasku dalam-dalam, berusaha untuk menenangkan diriku. Asia, tidak perlu emosi, hadapi semuanya dengan kepala dingin.
Aku menarik kedua ujung bibirku membentuk sebuah senyuman.
"Om, percaya gak kalau tempat itu gak cukup?""Siapa suruh bawa baju sebanyak itu." Radipta kembali memfokuskan dirinya pada gawai yang sedari tadi berada di genggamannya.
Aku menghembuskan napas kasar dan mendudukkan diriku di samping Radipta, mengambil paksa handphone itu. Membuat Radipta hanya diam memperhatikan.
"Lemarinya gak cukup buat pakaian saya." Aduku pada Radipta.
KAMU SEDANG MEMBACA
HELLO RADIPTA
RomanceAsia Naufa Akmala, seorang gadis berusia 20 tahun yang kini tengah menempuh pendidikan sebagai mahasiswi hukum. Dia adalah anak bungsu dari Mahardika Wiratama, seorang panglima TNI angkatan darat, ibunya adalah seorang dokter spesialis bedah, Arumi...