Happy Reading guys
°
°
°
°
°
°Di malam hari, di tengah kegelapan hutan Sulawesi, tampak seorang lelaki terduduk di bawah pohon rindang sembari memperhatikan benda pipih di genggamannya. Senyuman tampak terbit menghiasi wajah lelaki berahang tegas itu.
"Asia, sedang apa kamu sekarang?" monolog Radipta.
Netranya terus memandangi foto Asia yang sempat ia potret kemarin malam. Di foto itu, Asia tengah tertidur pulas. Wajah gadis itu terlihat begitu menenangkan. Setiap inci wajah yang Asia miliki semuanya terlihat sempurna. Dan Radipta menyukai itu semua.
"Apa sekarang kamu merasakan perasaan yang sama seperti yang saya rasakan sekarang? Asia, saya merindukan kamu. Apa kamu juga merindukan saya?" kata Radipta lagi.
"Baru saja dua hari saya jauh dari kamu, tetapi ini sudah sangat menyiksa." Radipta mengusap lembut layar handphonenya yang masih menunjukkan gambar Asia. Sesaat kemudian, dia berujar, "saya rindu melihat wajah kesal kamu, saya rindu suara ngegas kamu, saya rindu aroma tubuh kamu. Saya rindu semuanya tentang kamu, sia."
Terdengar kekehan yang lolos dari bibir lelaki itu. "Pukul setengah delapan, biasanya di jam ini kamu sedang ngemil sambil nonton video tik tok. Kamu tertawa sendiri saat ada video lucu yang lewat di beranda, dan dalam hitungan detik, kamu bisa langsung menangis karena melihat video lain tentang kehidupan sulit seseorang. Mood kamu memang bisa berubah hanya dengan waktu seperkian detik." Radipta menggelengkan kepalanya, mengingat mood gadis itu yang kerap kali berubah-ubah.
Kemudian, dia menengadahkan wajahnya ke atas. Memperhatikan langit yang malam ini tampak indah dengan bulan dan bintang yang kerap menghiasinya. Mungkin jika ada Asia di sini, dia akan memotret langit itu beberapa kali hingga mendapatkan hasil yang bagus. Karena dari banyaknya hal yang disukai oleh gadis itu, langit adalah salah satunya.
"Asia, langitnya cantik, sama seperti kamu." Gumam Radipta. Dia terus saja berujar dan menyampaikan isi hatinya kepada angin yang menemaninya malam ini.
Radipta menghela napas kecil. Dia membuka handphonenya lagi dan menekan kontak Asia di sana. Semoga saja, panggilan kali ini bisa terhubung. Karena sudah dari dua hari yang lalu dia tidak mengabari ummi dan istrinya itu.
Tempat Radipta berlatih sekarang adalah di hutan terpencil, yang jauh dari kota. Sinyal di sini sangat sulit sekali untuk di dapatkan, sekali pun dia memanjat pohon tidak ada hasilnya. Itu sebabnya mengapa dua hari ini dia belum menghubungi kedua wanita tersayangnya itu.
Detik berikutnya, terdengar hembusan napas kecil saat panggilan itu lagi-lagi tidak terhubung. Benar-benar sangat sulit, bahkan Radipta frustasi. Radipta menghela napas kasar dan bangun dari duduknya, hendak kembali ke posko penjagaan.
Namun, langkah kakinya terhenti ketika mendengar ada suara seseorang yang menyapa indera pendengarannya. Radipta membalikkan tubuhnya ke belakang, memperhatikan Benua yang sudah berdiri di hadapannya sekarang.
"Besok saya sama beberapa prajurit lainnya mau ke kota, mau membeli beberapa kebutuhan. Apa kamu mau ikut?" tanya Benua. "Di sana, kamu bisa menghubungi Asia." Sambung lelaki itu.
Radipta sempat diam sebelum akhirnya menganggukkan kepalanya. Mana mungkin dia bisa menolak kesempatan emas seperti ini.
Sedangkan Benua yang melihat itu terkekeh. Dia membawa langkahnya mendekat ke arah Radipta. Tak lama kemudian, dia membuka suaranya, "Dipta, tolong jaga dan cintai Asia dengan baik. Tolong jangan sakitin hati dia. Asia memang pembangkang, tapi dibalik itu semua, dia punya hati yang begitu rapuh. Asia nggak sekuat apa yang orang-orang pikirkan."
KAMU SEDANG MEMBACA
HELLO RADIPTA
RomanceAsia Naufa Akmala, seorang gadis berusia 20 tahun yang kini tengah menempuh pendidikan sebagai mahasiswi hukum. Dia adalah anak bungsu dari Mahardika Wiratama, seorang panglima TNI angkatan darat, ibunya adalah seorang dokter spesialis bedah, Arumi...