Happy Reading guys
°
°
°
°
°
°Aku mengerjapkan mataku beberapa kali saat merasakan ada sebuah cahaya yang masuk ke dalam retinaku. Aku menggeliat kemudian menolehkan kepalaku ke samping kiri.
Mataku menyipit heran saat mendapati jika Radipta tidak ada di sana. Kemana dia? Mengapa sudah tidak ada di pagi buta seperti ini?
Aku merubah posisiku menjadi duduk, mengalihkan pandanganku pada jam bulat merah jambu yang terpasang tepat di atas pintu. Detik berikutnya, mataku membola sempurna saat melihat jarum jam di sana menunjukkan pukul enam lebih empat puluh menit.
Aku beranjak dari tempat tidurku, melangkahkan kakiku mendekat ke arah jendela, membuka gorden untuk memastikan jika hari memang masih fajar. Tetapi lagi-lagi aku dibuat terkejut tat kala menyaksikan jika matahari memang sudah terbit dan hari sudah pagi.
Pandanganku mengedar ke sekeliling, mencari ransel milik Radipta yang semalam masih tersimpan di dekat lemari. Namun ransel besar itu sudah tidak ada di tempatnya. Apa ini? Apa mungkin Radipta sudah pergi?
Tanpa berpikir panjang dan menunggu waktu lagi, aku melangkahkan kakiku bergantian dengan tempo cepat keluar dari kamar. Di dalam hati aku terus merapalkan do'a dengan harapan semoga Radipta masih berada di rumah dan tengah sarapan.
Namun bahuku merosot lemas ketika sampai di sana dan tidak menemukan satu insan pun. Dan itu artinya, Radipta sudah pergi diantar oleh ummi.
Aku menarik napasku yang terasa begitu sesak. Bahkan kini air mataku sudah jatuh luruh dari tempatnya.
Mengapa? Mengapa Radipta tidak membangunkanku? Mengapa dia tidak memberiku kesempatan untuk melihatnya barang sedetik pun? Mengapa dia seolah tidak mengizinkanku untuk mengantarkannya pergi bertugas? Mengapa dia pergi begitu saja?
Begitu banyak pertanyaan yang bersarang di kepalaku tentang Radipta, tentang semua yang ia lakukan pagi ini. Dia pergi begitu saja tanpa mengucapkan kalimat perpisahan. Dan apa mungkin yang Radipta lakukan sekarang adalah untuk balas dendam tentang sikapku yang dulu? Sungguh sulit dipercaya. Mengapa dia begitu jahat?
"Om jahat banget, om ninggalin aku sendirian." Aku bergumam, menundukkan kepalaku dalam.
"Om pergi dan gak pamit sama aku. Gimana kalau misalnya om gak kembali dan aku belum sempat ngucapin kata maaf?" aku menegakkan kepalaku lagi saat tiba-tiba pikiranku berkecamuk tak tentu arah.
Sedetik kemudian, aku menggelengkan kepala kuat, "gak, gak mungkin. Radipta pasti pulang, dia cuma latihan militer. Jangan berpikiran buruk sia!!"
Aku mencoba untuk menghilangkan pikiran buruk itu dari dalam kepalaku. Aku yakin, Radipta akan baik-baik saja. Dia pasti akan kembali dengan selamat. Radipta hanya pelatihan biasa, bukan pergi bertugas ke perbatasan yang tentu membahayakan nyawa. Radipta akan kembali. Aku sangat yakin!
Aku membalikkan tubuhku untuk kembali ke kamar. Sesampainya di sana, aku mendudukkan diriku di atas kasur. Berulang kali aku terus menghapus air mataku yang terus saja terjatuh.
Aku meraih handphoneku dan membuka aplikasi whatsapp dengan harapan jika Radipta meninggalkan pesan di sana. Namun sepertinya itu semua hanya sebatas harapan semu.
Aku menyimpan ponselku dengan kasar. Tanganku mengepal dan memukuli kasur berulang kali. Rasanya saat ini dadaku benar-benar terasa sesak. Apa yang dilakukan Radipta pagi ini benar-benar diluar dugaanku.
"OM JAHAT!!"
°°°°°°
Pov author :
"Ummi, mas pergi dulu ya." Pamit Radipta kepada ummi Kamila.
"Iya, hati-hati ya, mas. Mas jaga diri di sana, jangan lupain salat lima waktunya." Balas ummi sembari mengusap lembut bahu milik putranya itu.
Radipta yang mendengar itu lantas menegakkan tubuhnya, menempatkan lengan kanannya tepat di samping alis, membentuk sikap hormat pada sang ibunda. Kemudian dengan suara tegasnya, dia menjawab, "siap, laksanakan."
Ummi yang melihat itu terkekeh dibuatnya. Setelah itu, Radipta mengubah posisinya menjadi seperti semula. Pandangannya menatap lurus ke arah depan, memperhatikan kapal yang akan membawanya pergi berlayar.
"Ummi," panggil Radipta lagi.
"Kenapa?" jawab ummi Kamila.
Radipta menoleh dan menghela napas kecil, "mas titip sia ya." Radipta berujar dengan suara yang teramat pelan.
"Iya, ummi pasti bakal jagain dia. Mas jangan khawatir, di sana mas fokus aja sama tugasnya." Radipta menganggukkan kepalanya.
"Udah gih sana, naik ke kapal." Titah ummi Kamila yang lagi-lagi dijawab anggukan oleh Radipta.
Sebelum lelaki itu pergi, dia menyempatkan untuk memeluk umminya. Sedetik kemudian, Radipta berujar, "ummi jangan lupa makan ya, jangan sampai magh nya kambuh. Mas gak mau ummi sakit."
Ummi Kamila melepaskan pelukan putranya dan terkekeh, "iya mas, bawel banget sih."
"Gak apa-apa dong, itu kan sebagai peringatan buat ummi, soalnya ummi kalau gak diingetin pasti lupa sama makan. Terus nanti ujung-ujungnya magh nya kambuh, mas gak mau ya dapat kabar kalo ummi sakit." Balas Radipta.
Ummi Kamila menghela napas, dia memperhatikan wajah Radipta. Putranya itu memang paling perhatian, sama seperti ayahnya yang sudah tiada.
"Ummi, mas pergi dulu ya. Assalamu'alaikum." Pamit Radipta lagi, menyadarkan ummi Kamila.
Setelah mencium dan mendapat anggukan dari umminya, lantas Radipta melangkahkan kakinya menuju kapal untuk bergabung dengan rekannya yang lain. Laki-laki itu melambaikan tangannya ketika sudah berhasil naik ke kapal dengan senyuman yang mengembang.
"Asia, saya pergi dulu." Gumam lelaki itu saat merasakan jika kapal yang ditumpanginya mulai bergerak, membawanya pergi dari kota ini untuk melaksanakan tugasnya.
Radipta menghela napas berat. Meninggalkan Asia bukanlah hal yang mudah untuk ia jalani, sekali pun hanya sebentar. Tetapi tetap saja, semuanya terasa sangat berat dan sulit untuk diterima. Namun ini adalah tugasnya, tanggung jawab terbesar yang harus ia kerjakan.
Radipta sempat tersentak ketika merasakan seseorang memukul bahunya cukup keras. Dia menarik kedua ujung bibirnya kecil sebagai bentuk sapaan kepada Benua yang entah sejak kapan sudah berdiri di sampingnya.
"Asia gak ikut nganterin?" tanya Benua pada Radipta.
"Asia ada ujian pagi ini, jadi dia gak bisa datang." Jawab Radipta yang seratus persen adalah dusta. Padahal dia tahu betul jika hari ini jadwal Asia kosong, tidak ada ujian seperti yang dia katakan beberapa detik lalu.
"Ada ujian, atau ngambek?" tanya Benua, menerka-nerka. Sejujurnya dia sangat tidak percaya jika Asia tidak datang hanya karena ada kelas.
Radipta menghela napas, "ada ujian" jawab Radipta lagi.
Dia meluruskan pandangannya ke arah depan kembali. Kapal yang membawanya berlayar kini semakin menjauh, bahkan dermaga yang menjadi tempat singgahnya tadi hampir tidak terlihat.
"Asia, saya mencintai kamu." Monolog lelaki itu di dalam hati.
Sebenernya aku rieut euyy, tapi karena aku memiliki sikap yang bertanggung jawab dan nggak mau gantungin kalian, jadi aku update deh mwehee.
Gimana nih chapter kali ini? Syuka atau tidak? Kalau aku boleh jujur, aku mah kurang suka tau.
Tapi semoga aja kalian mah suka ya!!
Jangan lupa tinggalkan jejaknya guys⭐Eh iya, btw kalian lebih suka cover yang mana? Yang dulu atau sekarang?
KAMU SEDANG MEMBACA
HELLO RADIPTA
RomanceAsia Naufa Akmala, seorang gadis berusia 20 tahun yang kini tengah menempuh pendidikan sebagai mahasiswi hukum. Dia adalah anak bungsu dari Mahardika Wiratama, seorang panglima TNI angkatan darat, ibunya adalah seorang dokter spesialis bedah, Arumi...