Setiap hari Inara selalu di tegur, seribu sayang teguran dari sepupunya tidak terlalu di hiraukan olehnya.
Sampai suatu hari ia terbungkam dengan ucapan Abian.
"Lo itu udah nggak punya orang tua lagi! Jangan buat gue marah terus! Asal lo tau, lo sekarang tanggung jawab gue!"
Terkejut? Tentu saja tidak, Inara sudah terbiasa dengan ucapan Abian yang selalu menyakitkan.
"Kak, maaf, Inara salah,"
Abian melihat Inara menunduk langsung menarik Inara ke dalam pelukannya, terkadang Abian kasian melihat Inara, kadang juga selalu ngeselin bikin darting!
Abian Syahputra, anak dari bibi Inara, ia di paksa orang tua nya untuk menjaga Inara, karena orang tua Inara sudah meninggal waktu Inara kecil.
"Hmm, umur 24 tahun jangan kekanakan." Abian menasihati Inara.
Inara menggaguk saja, daripada salah bicara yang ada makan hati selalu.
Selisih umur mereka hanya 3 tahun, itulah mengapa Inara memanggil Abian kakak.
"Beresin rumah, gue ada urusan."
Abian melepaskan pelukan mereka lalu meninggalkan Inara yang sudah memasang wajah kesal setengah mati.
"Arggggggggggghh, sialan lo Abian! Capek gue setiap hari harus beresin rumah seperti istana!" Inara menghentakkan kakinya di lantai, tanpa ia sadari Abian melihat dirinya.
"Gue cari uang, lo tinggal menikmati!"
Inara menoleh, di belakangnya Abian menatap dirinya dingin.
"Selalu gitu, Inara selalu salah dimata kakak! Inara juga manusia biasa, bisa merasakan capek," Inara mengeluh, dengan begini mungkin bisa meluluhkan hati Abian untuk mempekerjakan pembantu.
Abian meninggalkan Inara yang terus menerus mengoceh seperti emak-emak tetangga mereka.
Inara melihat tempat Abian berdiri tadi, tidak ada orang nya lagi, ia kembali mengomel, walaupun mengomel, Inara tetap mengerjakan pekerjaan yang diberikan Abian tadi dengan terpaksa.
"Berasa jadi istri yang tak di harapkan." Guman Inara.
****
Ting tong
Inara membuka pintu, "ada apa ya pak?""Pakek nanya lagi, mau nganterin paket lah." Kesal kurir seperti tukang ojek, mungkin ia kepanasan makannya marah pada Inara.
Inara mengernyitkan dahinya, perasaan ia tidak memesan apa apa Minggu ini, "bapak salah alamat, saya tidak pesan."
Kurir memberikan paket itu pada Inara, ia berlalu begitu saja tanpa menghiraukan Inara yang bingung.
*****
"Tolong antarkan buku ini di alamat yang sudah saya tulis."
"Maaf mas, saya tukang ojek, mana ngerti soal beginian." Kang ojek menolak yang di suruh Abian.
"Saya bayar tiga ratus."
"Dari tadi, kan sama sama enak."
******
Ting
Kak Abi🐷
Suka? Kalau nggak, buang aja.
Inara mengerti, ternyata buku yang ia dapatkan dari Abian. Pengen marah pengen seneng semua nya bercampur aduk.
"Kenapa sikap lo berubah-ubah ke gue? Sampai sampai gue bingung lo sayang sama gue atau benci."
Inara masuk ke kamar, ia mau istirahat setelah membersihkan istana sang Raja.
*****
"Inara jarang keluar, padahal gue mau ngajak dia jalan jalan." Curhat Aldi pada Abian.
"Dia sibuk,"
Aldi menatap kaka nya penuh selidik, ia tidak percaya Inara sibuk, setahunya Inara hanya duduk manis di rumah.
"Kemarin Raka nanyain Inara,"
Aldi memulai aksinya untuk mencari masalah, ia tau Kakak nya tidak menyukai Raka yang selalu terang terangan menyukai Inara.
Bukanya marah, Abian kembali fokus pada laptop kerja nya. Lalu ia melihat hendphone nya, ia kesal pada Inara yang tidak membalas chat nya, yang hanya dilihat saja.
"Bro, besok Raka mau ke rumah kalian, katanya Raka mau izin sama lo secara baik baik."
Abian menghela nafas panjang, Aldi bisa kapan saja membuat dirinya emosi dan rasanya tidak berdosa membunuh adik gila nya secara hidup hidup!
"Gue nggak nerima tamu, kecuali orang tua gue!"
Aldi melotot, kalimat Abian seolah tidak mengganggap dirinya sebagai adiknya nya.
Sebelum Aldi mengeluarkan kata kata mutiara nya, Abian sudah dulu mendorong tubuh Aldi keluar secara kasar.
"Awas lo Abian!" Aldi meninggalkan tempat kerja Abian, sebelum itu ia menendang pintu dengan keras.
Lebih baik dirinya bertemu Inara.
*****
Deru mesin mobil Aldi terdengar di telinga Inara, ia males membuka pintu, ia sudah hapal dengan sifat Aldi biang onar.
"Inaraaaaa, maen yokkk,"
Berkali kali suara bel rumah di pencet Aldi, namun Inara tetap pada pendiriannya, ia tidak mau rumah kembali berantakan gara gara Aldi.
"Woyyy, broooo, bukain pintu."
Inara mengintip dari balik kaca jendela, di sana Aldi sudah seperti rentenir.
Seperti nya bel rumah kembali rusak seperti dulu, lihat saja Aldi berulang ulang kali memencet nya namun tidak berbunyi.
"Aktif banget sih Aldi, buat onar terus, capek gue liat nya." Kesal Inara melihat Aldi menggoyangkan pohon mangga, beberapa daun berjatuhan, siapa lagi yang menyapu kalau bukan dirinya.
"Makasih ya Inara, bye aa Aldi pulang dulu ya." Aldi melambaikan tangannya ke arah Inara yang terkejut.
"Hee, bye," Inara membalas lambaian Aldi dengan muka merasa tak enak.
Aldi memutarkan badan seperti penari balet, tangan nya dibentuk love.
"Sumpah bukan sepupu gue." Inara bergidik ngeri, ia berlalu dari jendela tempat ia melihat Aldi.
KAMU SEDANG MEMBACA
INARA
Teen FictionTerjebak dalam permainan orang terdekat. Permainan yang terlalu bodoh membuat Penyesalan yang tiada arti. ***** "Akhhhhhh, Abian sialan!" Abian keluar dari kamar mandi dengan wajah tanpa bersalah, menaikan sebelah alisnya bingung. "Lihat," Inara men...