Abian sayang Inara?

2.1K 51 3
                                    

Ruangan gelap dan lampu remang-remang menemani Abian tidur.

Badannya sangat menggigil, AC sudah ia matikan tapi tetap saja dingin.

Kepalanya terasa sangat pusing.

Ditempat yang berbeda, Inara sudah bisa berjalan walaupun pincang pincang.

"Kak Abi udah makan belum ya?" Ia bertanya pada dirinya sendiri.

"Samperin aja lah."

Ceklek

"Kak," panggil Inara, ia menyelusuri kamar Abian, menurut nya bagus untuk suasana romantis.

Tak!

Sinar lampu menyilaukan mata Abian, "ganggu."

Inara menyengir, ia duduk di samping Abian tertidur, "tambah panas, udah minum obat belum?"

"Pait."

"Suntik?"

Abian mendelik tajam, "gue nggak mau!"

"Sekarang minum obat,"

Abian menurut saja, Inara sesekali memijat kepala Abian, tangan Inara terhenti saat tangan Abian menggenggam tangan nya.

"Sini," tangan Abian menepuk kasur di sebelahnya.

Hangat, terasa nyaman dalam dekapan Abian rasanya susah sekali untuk Inara melepaskan pelukan Abian.

Abian memeluk Inara seperti sedang memeluk guling.

"Gue sayang sama lo, jangan terlalu lo ambil hati ucapan gue." Abian sempat mengecek cctv saat ia berbicara dengan Mama nya, ternyata benar dugaannya, Inara menguping.

"Gue harap ini semua jujur kak," batin Inara memejamkan mata, menikmati elusan dari Abian di kepalanya.

Perlahan mata Inara tertutup, ia terbuai dengan perilaku Abian hari ini.

****

"Kak Abi mau kemana malam gini?"

"Jemput Dinda, katanya mau ke pasar malam."

Inara tersenyum kecut, ia juga ingin ke pasar malam juga hari ini, "tapi Inara mau ke pasar malam juga, lagian Dinda kan pagi sampai siang udah jalan jalan sama kak Abi, sekarang giliran aku juga."

Abian mengernyitkan dahinya, menaikkan alisnya bertanya.

Inara pergi ke luar duluan, Abian tidak pernah mengerti perasaan nya, selalu saja Dinda! Dinda! Yang dipikirkan.

"Turun Inara!" Bentak Abian dengan suara serak, maklum masih demam nekad mau jemput kekasihnya.

"Nggak mau! Inara bisa pergi sendiri, lagian kakak juga masih demam, mending nggak usah kemana mana nanti tambah sakit, cewek manja kek Dinda jangan dibiasakan di manja nanti ngelunjak, beban!" Cerca Inara menarik bajunya yang ditarik Abian.

"Apa bedanya dengan lo?"

Deg!

Nyesek sampai ke uluh hati, baru siang tadi ia merasa melayang dengan perlakuan pria di samping nya, sekarang sudah dijatuhkan dengan ucapan Abian.

Inara tertawa paksa, "lupa, Inara juga beban."

***
Pintu gerbang sudah terbuka lebar oleh satpam yang di suruh Inara, ia melaju motor KLX nya tidak menghiraukan Abian berteriak menyuruh Inara berhenti untuk tidak pergi.

"Sial!"  umpat Abian mengambil kunci mobil, malam ini angin terasa dingin tidak seperti biasanya.

Ia melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi, ia takut terjadi apa-apa pada Inara.

INARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang