Vote and follow sebelum membacaInara baru saja sadar setelah sepuluh jam pingsan, hari sudah pukul lima pagi, dilihatnya sekeliling ruangan yang bernuansa putih khas rumah sakit, matanya menangkap sosok Dinda yang sedang tertidur di sofa.
Saat tangannya ingin menggambil gelas, gelas tersebut terjatuh karena tangan Inara masih terasa lemas.
"Inara, kamu sudah bangun," Dinda bangun dari tidurnya mendengar suara pecahan gelas, kaki nya melangkah mendekat ke arah Inara.
"Yang lain mana?"
Dinda terdiam harus menjawab apa melihat kondisi Inara sekarang masih dalam keadaan sakit.
"Jawab!"
Dinda terkesiap mendengar bentakan Inara, ia menghela nafas lelah.
"Mereka di kantor polisi menyelesaikan masalah kamu, yang menjadi tersangka dari agen slot."
Kini Inara pula yang terkesiap mendengar penjelasan dari Dinda, secepat itu semua yang ia rahasiakan terbongkar.
"Aldi berpesan, setelah kamu sadar kamu kabur dari sini, dia sudah nungguin kamu di apartemen yang baru saja dia sewa, untuk lebih jelas alamat nya kamu liat pesan dari Aldi."
Penjelasan Dinda membuat Inara bingung, apa Aldi berniat menyiksa diri nya, tidak tau apa dirinya baru sadar dari pingsan.
"Bukan mau ikut campur, ini demi kebaikan kamu, karena kamu tau sendiri Abian itu orang nya gimana apalagi dia sudah tau semuanya."
"Percuma gue kabur, dia banyak uang jadi mudah aja kalau di mau nyariin keberadaan gue." Kata Inara menatap lurus.
"Gue juga udah nggak peduli mau dia menyiksa gue ataupun mau bunuh gue sekalipun gue tetep nggak peduli."
"Karena gue udah di buta kan dengan cintanya seorang Abian," gumam Inara cekikikan bak orang stres.
Gila! Dinda tak habis pikir, ia takjub dengan perubahan Inara secara drastis.
"Raka? Dimana Raka?" Wajah Inara berubah panik.
"Jenazah nya akan di kubur di Medan."
Pupus sudah harapan nya, ia pikir semua yang terjadi hanya mimpi.
"Abian! Jangan gila kamu bagaimanapun dia adik kamu."
Bentakan Diana tak di hiraukan Abian, laki-laki yang sudah dewasa itu masuk ke dalam ruang rawat Inara, mengendong Inara keluar.
Melihat kepergian putra sulungnya, Diana memijit keningnya, Dinda yang paham situasi menenangkan Diana.
Sampai di parkiran, ia memasukkan tubuh Inara ke dalam mobil dan menutup pintu mobil dengan kencang.
Inara sudah gemetar, ia tidak menyangka Abian akan mengambil nya secara paksa, takut takut Inara mencuri perhatian pada Abian yang sedang menyetir.
"Sok polos! Kamu tau konsekuensinya?"
Deg!
Inara meremas baju rumah sakit yang ia kenakan, kepalanya menunduk, air mata nya perlahan mengalir di pipinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
INARA
Teen FictionTerjebak dalam permainan orang terdekat. Permainan yang terlalu bodoh membuat Penyesalan yang tiada arti. ***** "Akhhhhhh, Abian sialan!" Abian keluar dari kamar mandi dengan wajah tanpa bersalah, menaikan sebelah alisnya bingung. "Lihat," Inara men...