Selamat membaca
Inara di buat kesal oleh Abian, bagaimana tidak laki-laki itu mengadakan reuni di rumahnya tanpa memberi tau dirinya yang berperan sebagai pemilik rumah.
"Kakak tau? Aku sangat marah!" Inara berkecak pinggang persis sekali istri memarahi suami.
"Sudah terlanjur," cengir Abian.
"Kakak sangat menyebalkan, aku harap setelah menikah sifat menyebalkan kakak tidak bertambah."
"Apa itu sebuah kode?" Goda Abian.
"Arghhhh," Inara sangat frustasi, dirinya tidak ada persiapan untuk teman teman Abian, ini sangat memalukan jika mereka berfikir rumah elit makanan sulit.
"Berhenti berteriak, saya sudah menyiapkan semuanya."
Belum sempat menjawab suara bel rumah Inara berbunyi, menandakan bahwa teman Abian sudah datang.
Inara tergesa gesa membuka pintu, dirinya terkejut dengan jumlah orang yang tidak sedikit, kurang lebih lima puluh orang, belum selesai terkejut melihat jumlah orang Inara di buat terkejut lagi dengan beberapa cemilan yang sudah tersusun rapi di atas tikar lebar dan beberapa kursi rotan tersusun rapi.
"Malam," sapa mereka.
Inara tersenyum, dirinya bingung harus apa karena dirinya saja tidak pernah reuni atau lebih tepatnya malas datang saat temannya mengajak reunian.
Abian menarik Inara mendekati mereka.
Inara merasa bersyukur dirinya memiliki halaman luas, jadi mereka tidak harus sesak nafas jika berkumpul.
"Wah cantik sekali, apa kau pacar Abian?"
"Lebih tepatnya calon istri," sahut Abian seadanya.
"Lihat Kartika, kau sudah kalah sebelum berjuang."
Yang bernama Kartika tersenyum sinis seolah tak menyukai Inara.
"Malam ini sangat mendukung acara kita," kata seorang laki-laki berambut cokelat.
Tidak ada yang menyahut, mereka sibuk bertukar cerita, ada yang pamer, minder, dan banyak lagi.
"Hazwa, dari tadi kau diam saja, jangan bilang kau masih mencintai Abian?"
Astaga apalagi ini, baru saja Inara memikirkan siapa Kartika, ini ada wanita baru lagi, seberapa banyak sih cewek yang menyukai Abian.
"Tidak, berhenti mengusik ku Renal."
Marah Hazwa pada Renal."Ada hubungan apa di antara mereka?" Tidak tahan lagi Inara bertanya.
"Sungguh keterlaluan kau Abian! Kau tidak memberitahu calon istri mu itu tentang mantan mu?"
Sudah cukup, Inara mengerti ternyata Hazwa mantan Abian.
"Owh mantan, saya harap kita tidak membahas masa lalu di acara ini," ujar Inara menggenggam erat tangan Abian, guna meredamkan emosi yang siap meluap.
Jika di bandingkan dengan Hazwa mungkin Inara sedikit inscure melihat perempuan berhijab itu sangat manis, lemah lembut, berbanding terbalik dengan dirinya yang memiliki sifat yang berubah ubah.
KAMU SEDANG MEMBACA
INARA
Teen FictionTerjebak dalam permainan orang terdekat. Permainan yang terlalu bodoh membuat Penyesalan yang tiada arti. ***** "Akhhhhhh, Abian sialan!" Abian keluar dari kamar mandi dengan wajah tanpa bersalah, menaikan sebelah alisnya bingung. "Lihat," Inara men...