Malam hari Inara termenung di dalam kamar, banyak sekali unek-unek yang ingin ia keluarkan.
"Beban! Keluar, temani gue ke pesta teman gue, kan nggak lucu kalau sendirian."
Lagi dan lagi suara jelek Aldi terdengar merdu di telinga Inara, ia menepuk jidatnya pelan, kenapa dirinya tidak mengunci kamar terlebih dahulu.
"Mager...."
"Satu juta deh," sela Aldi menyogok Inara.
"Gass, sana keluar, gue mau ganti baju."
Aldi keluar dengan lesu, ia pikir Inara akan berbaik hati menolong dirinya tanpa harus menyogok.
Sekitar lima belas menit Inara baru selesai, penampilan tidak jauh dari kata simpel namun elegan.
Aldi hanya menatap Inara biasa saja, ia menarik tangan Inara tanpa bersalah, karena waktu sudah mepet.
"Stop!" Inara menarik tangannya dari tangan Aldi, setelah sampai di garasi dirinya di buat terkejut dengan Abian dan Dinda di dalam mobil.
"Nggak ada waktu lagi, cepat masuk," kesal Aldi membuka pintu mobil dan mendorong Inara agar masuk.
Dengan terpaksa Inara masuk ke dalam mobil, demi uang satu juta.
Di perjalanan tidak ada yang membuka suara, mereka sibuk dengan pikirannya masing-masing kecuali Aldi yang sibuk nonton Tik tok.
"Ra, ini akun Tik tok lo? Gila! Followers lo tujuh ratus ribu...wah wah liat bang, adek lo yang imut nan lucu ini diam diam mempunyai followers banyak," Aldi menunjukkan ponselnya pada Abian.
Abian hanya melihatnya sekilas, matanya melihat Inara dari kaca mobil, "hapus, jangan kayak Orang nggak punya uang, emang gaji lo berapa perbulan?"
Inara menaikkan sebelah alisnya, menurut nya Abian terlalu ikut campur dengan kesenangan nya.
"Mungkin nggak sebanyak uang kakak, tapi kalau di suruh hapus sorry Inara nggak mau, naikin followers nggak semudah yang kakak bayangkan."
Abian terdiam, ia menghela nafas berat, "setidaknya hapus video lo yang menggunakan pakaian seksi."
"Nggak seksi nggak fyp."
Abian mencengkeram setir mobil, banyak sekali jawaban dari Inara.
Setelah sampai Dinda tidak berbicara sedikit pun, mereka keluar dari mobil, lalu masuk ke dalam gedung.
Kebanyakan tamu undangan orang orang terpenting dari perusahaan perusahaan ternama.
Inara melihat lihat sekeliling sampai matanya berhenti dengan satu objek, "Raka?" lirih nya.
Belum sempat memanggil, Inara di buat terkejut dengan tindakan Raka sedang mencium kening seorang wanita yang mengendong anak.
Langkah kaki Inara terdengar jelas, semua orang menatap Inara heran.
Raka melihat kedatangan Inara menghampiri nya, hanya diam saja.
"Dia siapa?"
"Adek gue, kenapa? Lo cemburu?" ejek Raka.
"Cemburu? Kita nggak punya hubungan."
"Perlu gue go publik nih?"
"Jangan gila," bisik Inara, jika Abian tau bisa bisa dirinya di kurung.
Raka tersenyum devil tanpa seorang pun yang tau termasuk Inara, "jadi kapan kita go publik?" Balas Raka dengan berbisik.
"Sampai kak Abian udah mulai menerima lo dengan baik."
"Siap Bu bos," gurau Raka memberi hormat pada Inara.
Inara segera berlalu, karena perlahan pasang mata menatap mereka berdua penuh curiga.
Aldi melihat interaksi Inara dan Raka terkekeh geli, sangat lucu pikir nya.
Berbeda dengan Abian banyak tanda tanya di dalam benaknya, ada hubungan apa antara Inara dan Raka sampai sedekat itu.
"Bian, jangan ngelamun, kita belum salaman dengan pengantin nya lohh," tegur Dinda.
Abian langsung tersadar, ia mengikuti langkah Dinda menghampiri pengantin untuk bersalaman.
***
Pulang dari pesta Inara masuk ke dalam rumah Abian tanpa beban, ia berjalan sempoyongan.Ia ingin segera bertemu dengan kasur empuknya.
"Inara!" Marah Abian, bagaimana tidak marah Inara hampir saja jatuh dari tangga karena kaki Inara tidak pas dengan anak tangga.
"Udah pro dia, liat tuh masih aja jalan," kata Aldi melewati Abian.
Abian tak menggubris, ia melangkah cepat mengiringi langkah Inara takutnya perempuan itu salah pinjak dan jatuh.
"Sepupu ku adalah beban ku," kata Aldi cekikikan seolah memberikan judul film.
KAMU SEDANG MEMBACA
INARA
Teen FictionTerjebak dalam permainan orang terdekat. Permainan yang terlalu bodoh membuat Penyesalan yang tiada arti. ***** "Akhhhhhh, Abian sialan!" Abian keluar dari kamar mandi dengan wajah tanpa bersalah, menaikan sebelah alisnya bingung. "Lihat," Inara men...