Alangkah baiknya nya dan saling saling sebelum membaca vote and follow terlebih dahuluJam 6 Pagi Inara baru sadar, kepalanya masih terasa berdenyut, matanya menatap Bik Sari yang masih tertidur di sofa.
"Bik," lirih nya, ia memaksakan diri untuk menghampiri Bik Sari, pasti wanita yang menemaninya tidak tidur dengan nyaman.
Brukk!
Pintu di tendang dengan kuat, pelakunya Abian terlihat acak-acakan, "sialan, kemari," murka Abian, ia menarik Inara, nafas nya memburu."Den," kaget Bik Sari langsung berdiri untuk melerai kelakuan Abian.
"Kamu tau? Keluarga saya kacau! Mama drop belum lagi Papa mengalami kecelakaan kecil ketika ingin melihat anaknya di rawat di rumah sakit!"
Inara bingung, dengan cepat menghindari saat Abian ingin menjambak rambutnya.
Melihat perlawanan dari Inara, Abian semakin tersalut emosi, ia seperti kerasukan tanpa ampun mencekik leher Inara.
"Ingat Den! Dia adik kamu!" Bik Sari berusaha melepaskan tangan Abian berada di leher Inara.
Inara mengambil nafas dengan rakus, nyawanya seakan ingin melayang, ia tidak mengerti apa yang terjadi.
"Aldi kecelakaan gara gara kamu sialan!" Abian mendorong Inara kuat hingga membentur dinding.
Inara menggeleng tak percaya, tindakan nya yang kemarin pulang tanpa memperdulikan Aldi bisa sefatal ini.
"Saya curiga sama kamu dan Raka, jangan jangan ada main buat menghancurkan keluarga saya."
"Kak...."
"Bian."
Abian mengabaikan Inara ia melihat Dinda menghampiri dirinya.
"Kakak salah! Bukan Inara yang mau menghancurkan keluarga kakak tapi pacar kesayangan kakak sendiri!"
Abian tanpa pikir panjang menampar pipi Inara, yang di tampar terdiam membisu.
Dinda di buat terkejut dengan tindakan Abian yang main tangan.
"Den," lirih Bik Sari sedari tadi di abaikan.
"Biar Bik, manusia kayak dia jangan di kasihani."
Dengan mata yang memancarkan kekecewaan, Inara bangkit, hendak masuk ke kamar."
"Siapa suruh ke kamar, cepat ke rumah sakit," Abian menghalangi Inara, ia menarik tangan Inara dengan kasar.
****
Semua mata tertuju pada Inara, ia seperti pelaku yang harus di hukum seberat-beratnya.
"Menurut informasi yang saya dapatkan, bahwasanya nak Aldi mencari cari keberadaan nak Inara, tapi tidak dapat, dengan ke Adan kacau nak Aldi kebut kebutan dan menabrak pohon." Jelas suruhan Abian.
Diana terdiam, entah ia harus menyalakan siapa, anaknya belum sadar sadar sedari tadi, kata dokter kondisi Aldi tidak terlalu parah.
Renal menatap Inara dengan sorot tajam, "Inara jujur, apa kamu yang membuat video tak senono tentang Om?"
Inara menggeleng cepat, "bukan Inara, kenapa kalian tidak pernah percaya dengan Inara?" Matanya sudah berkaca-kaca menandakan sebentar lagi ia akan menagis.
KAMU SEDANG MEMBACA
INARA
Teen FictionTerjebak dalam permainan orang terdekat. Permainan yang terlalu bodoh membuat Penyesalan yang tiada arti. ***** "Akhhhhhh, Abian sialan!" Abian keluar dari kamar mandi dengan wajah tanpa bersalah, menaikan sebelah alisnya bingung. "Lihat," Inara men...