Sebelum membaca vote and follow terlebih dahuluKeadaan tampak biasa saja seakan tidak terjadi apa-apa.
Kedua orang tua Abian datang ke rumah, karena mereka berkunjung ke kantor dan karyawan bilang Abian tidak masuk.
"Kapan nih nyebar undangan? Kamu udah mulai berumur Abian."
"Nungguin Dinda kapan mau dinikahi."
Dinda jadi malu mendengar namanya di bawa bawa, ia jadi bingung harus jawab apa.
"Bagaimana nak Dinda? kami semakin hari semakin tua dan kami juga menginginkan seorang cucu." Diana ikut berbicara.
"Dinda serahkan semuanya pada Bian, Om Tan."
Diana tampak kesal mendengar jawaban dari Dinda, "Aishhh kalian ini kenapa saling opor sih."
"Sebentar, mana Inara?"
"Di kamar Ma," sahut Aldi sedari tadi diam.
"Tolong panggilkan, Mama mau memberikan sesuatu untuk nya."
"Biar aku saja Tante," Dinda menawarkan diri.
Diana menggaguk, inilah yang ia sukai dari Dinda tanpa di suruh langsung mengerti.
"Ra gue izin masuk."
Tidak ada sahutan dari dalam, Dinda memberanikan diri untuk masuk, dilihat nya Inara sedang bermain ponsel.
"Kamu di suruh Tante Diana ke bawah."
Kegiatan bermain ponsel terhenti, Inara melihat Dinda tanpa ekspresi.
"Gue ada yang mau omongin sama lo."
Sedikit ragu tapi Dinda mendekati Inara duduk di tepi kasur Inara.
"Tatap gue dan dengarkan semua yang gue ucapkan."
Seperti di hipnotis Dinda menggaguk saja.
"Terserah lo mau percaya atau tidak, gue sebenernya suka sama kak Abian." Inara menjeda ucapannya ingin melihat ekspresi wajah Dinda.
Terkejut? Tentu saja, Dinda tidak menyangka Inara mempunyai perasaan pada Abian.
"Tapi lo tenang, gue udah nggak suka dia lagi, melihat perlakuan kasar nya terhadap gue."
"Dan lo tau? Dia berbuat kasar ke gue karena dia berfikir gue adalah bagian dari penculikan lo, padahal gue benar benar nggak tau tentang penculikan itu..." Lanjut Inara sebelum melanjutkan ucapannya ia memeluk Dinda sebentar, "walaupun pada dasarnya musibah yang lo alami ada juga dari perbuatan gue."
Dinda tidak mengerti ucapan terakhir Inara, sebisa mungkin ia bodoh amat, "aku udah maafin semua perbuatan kamu sebelum kamu minta maaf."
"Thanks, sekarang lo turun bilang pada mereka sebentar lagi gue datang."
Siapa sangka di depan pintu kamar berdiri seorang pria yang menguping pembicaraan mereka berdua.
"Aldi," kaget Dinda.
"Kelamaan, Mama nungguin lo."
Buru buru Dinda pergi dari hadapan Aldi, entah mengapa jantung nya berdebar berhadapan langsung dengan Aldi.
KAMU SEDANG MEMBACA
INARA
Teen FictionTerjebak dalam permainan orang terdekat. Permainan yang terlalu bodoh membuat Penyesalan yang tiada arti. ***** "Akhhhhhh, Abian sialan!" Abian keluar dari kamar mandi dengan wajah tanpa bersalah, menaikan sebelah alisnya bingung. "Lihat," Inara men...