sedikit pertengkaran

805 25 0
                                    


Selamat membaca


Sudah satu Minggu ini Inara tak pernah saling memberi kabar kepada Selena, ia sedikit kecewa saat Selena tidak hadir di acara pernikahan nya.

Inara mondar mandir di dalam kamar, dirinya ingin menelepon Selena tapi ragu ragu.

Abian yang memperhatikan istrinya mondar mandir tanpa bicara, ia menarik Inara duduk ke pangkuan nya.

"Kenapa?"

Bukan nya menjawab, Inara malah menunjukkan handphone nya pada Abian.

"Siapa Selena?"

"Adik Andra."

Muka Abian langsung datar, mendengar nama itu keluar dari mulut Inara.

"Masih ada hubungan?"

Inara menghela nafas, di tangkup nya wajah Abian mengunakan kedua tangannya, "kak, jangan berfikir seperti itu, kakak percaya sama aku kan?"

Abian melengos ke samping, buru buru Inara mencium pipi Abian berkali kali.

"Ini bukan masalah percaya atau tidak nya, kakak berharap kamu tidak memiliki hubungan lagi dengan pria itu," kata Abian memeluk Inara.

Drt drt!
Ponsel Inara berbunyi, Abian melihat nama Selena tertera di ponsel Inara.

Sedikit ragu Inara menatap Abian seolah minta izin, "boleh ya?"

"Angkat bila kamu mau, kakak mau pergi keluar." Abian bangkit dari duduk nya, dan memindahkan Inara di kasur yang mereka duduk tadi.

Inara tersenyum kecut, padahal dirinya hanya kangen pada orang yang pernah ada di saat dirinya sendiri.

"Kakak egois, harus nya kakak sadar Andra pernah ada di saat aku tidak mempunyai orang yang percaya sama aku, dan kakak juga harus ngertiin aku, bersyukur kalau aku masih mau menerima kakak sebagai suami," jelas Inara, matanya sudah berkaca-kaca.

Abian menatap mata Inara intens, " kakak sadar itu, maaf kalau menyinggung kamu, sejujurnya kakak cemburu, tapi apa boleh buat dia pernah ada di saat kakak menyakiti kamu," kata Abian tersenyum setelah itu keluar kamar.

Kini Inara beralih menatap handphone nya yang tiada henti berdering.

"Hallo?"

"Kak bisa ke rumah sakit nggak?" Suara Selena seperti orang menangis.

Awalnya Inara biasa saja namun lama kelamaan ia panik mendengar  Selena menangis sejadi jadinya.

"Kenapa Selena?"

"Bang Andra masuk rumah sakit, udah dua hari ini mogok makan cuma mau di suapin kakak, boleh nggak kak turuti, maaf melenceng bukannya mau merusak keluarga kakak, kalau nggak keberatan ajak suami kakak juga biar nggak ada kesalahpahaman," jelas Selena.

"Iya."

Sambungan terputus, Inara menatap lurus, di dalam hati dirinya bertanya tanya apakah Abian mengizinkan, Inara juga berfikir apakah Abian mau ikut?

Tidak ingin membuang waktu, segera dirinya mencari keberadaan Abian, ternyata di ruang kerja.

"Kak."

"Ada apa?" Abian menoleh sebentar lalu kembali fokus pada laptop.

Tangan Inara terasa lembab, ujung bajunya ia pilin sebagai pelampiasan kegugupan nya.

"Emm, aku izin ke rumah sakit mau jenguk Andra boleh?"

Inara sudah siap mendengar ceramah Abian ketika laki laki itu memejamkan mata sejenak lalu menatap ke arah nya.

"Silahkan, kakak tidak pernah melarang, karena dia sangat penting dari bagian hidup kamu," Abian berbicara tenang.

Kepalan tangan Inara menyebabkan buku buku kuku nya memutih, "aku nggak mau ngajak ribut ya kak, pernikahan kita baru satu Minggu jangan buat aku emosi dengan tingkah kekanak-kanakan kakak!"

Terkejut? Tentu, Abian tidak menyangka Inara berbicara lantang di hadapannya.

"Kapan kakak kekanakan? Bukannya kakak sudah bilang silahkan kakak tidak melarang, di sini kamu yang mau cari masalah, marah marah terus kalau menyangkut Andra," Abian berbicara tanpa emosi tapi raut wajahnya seperti marah.

Inara keluar dari ruang kerja Abian, membanting pintu dengan kuat sehingga terdengar nyaring, Abian sampai menutup mata karena kaget.

***

"Kakak sudah izin sama suami kakak? Karena keridhoan dari suami itu penting."

"Sudah."

Selena menggaguk, sudah sepuluh menit Inara berada di rumah sakit menunggu Andra bangun.

"Bang Andra udah bangun kak, masuk aja," Selena mempersilahkan Inara masuk setelah melihat Abang nya sudah bangun.

Andra tersenyum melihat kedatangan Inara, begitupun Inara membalas senyuman Andra.

"Sudah makan?"

Andra menggeleng, "izin, boleh suapin nggak? Saya siap jika suami kamu mengamuk."

"Boleh, kak Abian nggak bakal marah," kata Inara terkekeh.

Andra hanya tersenyum menerima suapan dari Inara.

"Awas, nanti kepincut istri orang," gurau ibu Andra yang baru datang.

"Tante dari mana?" Kaget Inara menyalami ibu Andra.

"Makan di kantin, perut Tante lapar karena mikirin anak sulung Tante mogok makan selama dua hari."

Selena yang duduk anteng di sofa tertawa mendengar ucapan ibu nya, tidak lama tawa Selena menular pada Inara.

"Saya kenyang," tolak Andra saat Inara ingin menyuapinya lagi.

"Ya elah kenapa tuh muka cemberut amat," kata Selena mengejek Abang nya.

"Diam, urusin Shaka minta penjelasan yang jelas, jangan cuma nangis doang tiap malam," kini giliran Andra mengejek adiknya.

Bibir Selena manyun, ia pikir tidak ada orang yang mendengar tangisan nya di malam hari karena ia pikir Abang sudah tidur lelap.

"Jangan bawa bawa dia deh, aku bad mood jadinya."

Inara tersenyum melihat tingkah kedua kakak beradik di dekatnya.

"Sekarang udah nggak jomblo lagi dong," goda Inara Menaik turunkan alisnya ke arah Selena.

Selena tersenyum malu, "kakak salah, aku masih menjabat sebagai jomblo."

"Yah, harusnya kamu gercep nanti di gondol orang," Inara menampilkan wajah pura pura sedih.

"Udah lah, kita skip urusan itu, karena capek berharap terus, cewek itu dikejar bukan mengejar."

"Kamu nya aja nggak pernah menunjukan rasa suka kamu sama dia, sedikit mengejar agar di kejar balik gapapa lah," kata Inara berjalan mendekati Selena.

"Sesuatu yang menarik dan istimewa, saya tidak tau kalau kamu memiliki perasaan juga kepada saya," ucap Shaka baru datang dengan membawa buah buahan dan bunga.

Selena menatap bunga itu, "pasti dari pacarnya yang ke sembilan puluh sembilan."

"Ini buat kamu, kalau berkenan dan mengizinkan saya besok mau mengajak keluarga saya untuk melamar kamu..." Shaka menjada ucapan nya lalu menoleh ke arah ibu Selena, "bagaimana Tante?"

"Boleh, lebih cepat lebih baik."

Shaka tersenyum cerah lalu ia menatap wajah Selena yang sedang menutupi wajahnya dengan kedua tangannya.

"Perempuan yang kamu lihat itu adik saya, saya senang kalau kamu cemburu," kata Shaka duduk di samping Selena.

Inara pergi memberikan ruang untuk Shaka.

"Siapa juga cemburu," ketus Selena seperti anak kecil.

"Jadi pengen cepet-cepet nikahin kamu."

"Shaka!"

Shaka mencubit pipi Selena, "Iya sayang."





INARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang