mulai tak peduli

1.3K 39 1
                                    


Jangan lupa sebelum membaca vote and follow

Bik Sari mendengar keributan bergegas menuju ke arah sumber suara.

Matanya membesar, ia takut kejadian sebelumnya terulang kembali, saat kaki nya hendak menghampiri Inara, salah satu bodyguard menghalangi nya.

"Apa kalian tidak melihat, nona Inara mendapatkan kekerasan."

"Kami tidak peduli, karena kami di tugaskan untuk tidak ikut campur urusannya dan Kami di gaji."

"Kalian biadab tidak ada hati nurani, saya akan melaporkan kejadian ini pada nyonya dan tuan besar."

Mereka mendengar ancaman dari Bik Sari, segera menahan Bik Sari.

"Kakak! Hentikan tidak ingat dengan ucapan Papa? Kita tidak boleh main tangan pada wanita, apalagi Inara sepupu kita."

"Diam Aldi, akan saya berikan pelajaran pada wanita licik ini."

Aksi Abian yang ingin menampar pipi Inara terhenti oleh Aldi, "sebaiknya kita mencari Dinda, bukan menghasilkan waktu untuk menyakiti Inara."

"Cari tau keberadaan Dinda sekarang," perintahnya pada bodyguard yang menahan Bik Sari.

Di hempas nya tubuh Inara, sebelum pergi Abian memberikan peringatan, "jangan harap bisa bebas."

Bisikan Abian terdengar tenang namun terdapat ancaman.

melihat Inara tidak ada perlawanan Aldi menghela nafas berat, menghampiri sepupunya memberikan ketenangan.

Inara sedikit menjauh saat Aldi menghampiri nya, ia pikir Aldi tidak jauh sifat nya dengan Abian mengingat Aldi menyukai Dinda juga.

Aldi mengalah, ia menyuruh Bik Sari untuk menenangkan Inara.

Bik Sari yang terlepas dari cekalan suruhan Abian menginjak kaki mereka satu persatu, yang di injak tampak biasa saja, mereka pergi ke ruang kerja Abian.

"Non...."

"Inara baik baik saja Bik," kata Inara, tatapan matanya kosong, ia tak menyangka akan mendapatkan perlakuan kasar dari Abian.

Ingin sekali menyalahkan takdir, mengapa dirinya tak bisa merasakan kebahagiaan, Inara butuh perhatian dan pelukan hangat dari orang tuanya ketika ia terpuruk.

"Bik...tinggalin Inara sendiri."

Menolak pun percuma, Bik Sari pun menuruti perkataan Inara.

Sudah cukup lama terdiam, Inara berteriak yang terdengar pilu.

"PAPA MAMA INARA LELAH HIDUP BERGANTUNGAN PADA SAUDARA KALIAN TIDAK MEMBUAT INARA BAHAGIA"

Barang barang yang di dekatnya ia lemparkan ke sembarang arah, melampiaskan semua amarahnya.

"Ya Tuhan...aku ingin kedua orang tua ku kembali hidup, jika itu tidak bisa terjadi ambil nyawaku pertemukan aku pada mereka," racau Inara, Bik Sari memegang dadanya yang terasa sesak mendengarnya.

"Kurang dia, jangan sampai keluar sebelum saya pulang!" Tegas Abian pada bodyguard nya.

"Baik Tuan, apa perlu Kami ikut menemani tuan juga."

INARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang