Enam

304 37 0
                                    

Pagi-pagi sekali, kediaman Medison sudah terdengar ricuh. Suara para pelayan yang tengah sibuk mondar-mandir mendominasi kediaman tersebut.

Lagi dan lagi, Alvaro dibuat pusing oleh tingkah laku kedua adiknya tersebut. Padahal hari ini adalah hari pertama mereka belajar ke akademi Lancaster. Tapi, lihatlah! Keduanya bahkan belum bersiap-siap. Jangankan bersiap-siap, Nathan bangun saja belum, dan Nathalie sedari tadi berlari-lari ke sana kemari dan sekarang entah menghilang kemana.

"Arrrggh!" Alvaro mengusap wajahnya kasar. Kenapa adiknya selalu saja membuatnya kesal.

"Tuan muda, Lady Nathalie tidak kami temukan," adu Emily entah keberapa kalinya.

"Biarkan saja dulu. Kau siapkan saja keperluannya," ujar Alvaro, yang dibalas anggukan oleh Emily.

Kemudian langkah kakinya membawa tubuhnya ke dalam kamar Nathan. Di sana sudah terdapat beberapa pelayan yang tengah membangunkan Nathan dengan sopan.

Alvaro mengehela nafasnya kasar. Kemudian tatapannya tak sengaja melihat kearah gelas berisi air putih di atas meja.

"Rasakan ini Nathan," ujarnya memercikkan air ke wajah Nathan.

Namun Nathan adalah salah satu mahluk yang sangat sulit untuk dibangunkan, jadi tetesan air yang mengenai wajahnya, tidak mengusik tidurnya sama sekali.

"Yak, bocah ini," gerutu Alvaro yang bertambah geram. Tanpa aba-aba dia langsung saja menyiramkan sisa air yang berada di dalam gelas ke wajah Nathan. Sontak hal tersebut sukses membangunkan Nathan, yang langsung menatap Alvaro dengan wajah merah padam.

"Tidak bisakah kakak membangunkan ku dengan cara yang manusiawi?" ujar Nathan kesal.

"Daritadi aku sudah membangunkan mu dengan cara yang paling manusiawi, tetapi kau tidak ingin bangun," ketus Alvaro.

"Tapi tetap sa-"

"Cepatlah bersiap, kalau tidak kau akan terlambat!" Nathan yang ingin bicara, dipotong cepat oleh Alvaro.

"Dan untuk kalian ..." Alvaro melirik para pelayan yang sedari tadi menunduk. "Bangunkan Nathan seperti caraku membangunkan nya tadi, jika dia susah dibangunkan."

Meski takut-takut, para pelayan tetap mengangguk. Sedangkan Nathan, dia menatap tidak percaya akan ucapan kakaknya barusan.

Sekarang Alvaro tinggal mencari keberadaan Nathalie. Entah apa penyebab adiknya itu bersikap seperti ini. Segitu tidak maunya kah dia belajar di akademi Lancaster? Padahal itu adalah akademi impian semua anak bangsawan di kerajaan Florenza.

"Emily," panggil Alvaro kepada Emily yang tengah menyiapkan sepatu Nathalie.

Emily menoleh. "Ya, Tuan muda," sahutnya berdiri tegap.

Alvaro terlihat celingak-celinguk melihat seisi kamar. Tidak ada tanda-tanda keberadaan Nathalie di sini, yang berarti Nathalie masih berada entah di mana.

Tanpa mengucap sepatah kata, Alvaro bergegas pergi dari depan kamar Nathalie, dengan Emily yang mengekor di belakangnya. Tujuannya sama, yakni ingin mencari Nathalie.

"Kau yakin sudah periksa kesemua tempat?" tanya Alvaro tanpa menghentikan langkah.

"Sudah Tuan muda. Saya dibantu oleh beberapa pelayan lainnya," jawab Emily.

Alvaro memutar otak. Sekiranya ditempat mana lagi Nathalie berada? Tidak mungkin dia sampai keluar dari kediaman. Penjagaan kediaman sangat ketat. Jika bukan perintah Alvaro ataupun Duke William, maka gerbang tidak akan dibuka. Itupun tadi dia sudah menerima laporan, bahwa tidak ada yang keluar dari kediaman. Bahkan sampai sekarang, gerbang masih ditutup.

Nathalie Transmigration Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang