Lima

364 48 4
                                    

Sesuai dengan janji ayahnya, saat ini Nathalie telah selesai memilih lima gaun keluaran terbaru dari butik paling terkenal di Florenza. Setelah selesai membayar, Nathalie yang ditemani Emily pun pergi dari butik tersebut. Nathalie juga sudah tidak sabar untuk menguji dan memamerkan gaunnya kepada seluruh isi kediaman.

"Cepatlah Emily, aku sudah tidak sabar untuk mengujinya," seru Nathalie kepada Emily yang tengah kesusahan membawa lima kantong gaun ditangannya.

"Sebentar, Lady," sahut Emily. Nathalie manggut-manggut mengiyakan. Daritadi senyumnya tidak luntur di bibirnya.

Saat keluar dari butik, tanpa sengaja Nathalie melihat siluet mirip Nathan yang sedang berada di depan toko kue tak jauh dari tempat mereka berdiri. "Emily, bukankah itu Nathan?" tanyanya kepada Emily. Emily pun melihat arah pandang Nathalie, dan benar di sana ada Nathan yang tengah berdiri, seperti menunggu seseorang.

"Iya, Lady," jawab Emily seadanya.

"Sedang apa ya, dia di sana?" gumam  Nathalie. "Emily, ayo kita kesana," ajaknya.

Emily menghela nafas lelah. Tidak tahukah Lady nya ini bahwa dia sedang kesusahan membawa lima kantong berisi gaun ditangannya? Kenapa malah memperlambat, padahal sedikit lagi mereka akan sampai kekereta kuda.

"Nathan!" Panggil Nathalie sesampainya di sana.

Nathan terlonjak kaget, dia mengelus dadanya yang berdetak kencang akibat dikejutkan Nathalie. Sedangkan pelakunya sedang tertawa tanpa ada rasa bersalah sedikitpun.

"Kau mengagetkanku," ujar Nathan menatap kesal Nathalie.

"Kau sedang apa di sini?" tanya Nathalie.

"Bukan urusanmu," ketus Nathan.

Nathalie memutar bola matanya malas, Nathan benar-benar menyebalkan, apa susahnya memberi tau.

"Nathalie, kau sudah sembuh? Aku dengar kepalamu terbentur dan hilang ingatan." Tiba-tiba datang seorang pemuda dari dalam toko kue, ditangannya terdapat satu kotak ukuran sedang yang dapat diketahui berisi kue.

Nathalie bertanya-tanya, siapa gerangan pemuda ini.

Pemuda tersebut yang melihat guratan bertanya di wajah Nathalie lantas berucap," Namaku Dion, aku sahabatnya Nathan. Kau pasti melupakan aku."


Nathalie mengangguk-angguk. "Namaku Nathalie," ujarnya memperkenalkan diri.

"Dia sudah tau," celetuk Nathan dengan wajah datar. Nathalie mencebikkan bibirnya mendengar penuturan Nathan.

"Mari Dion, kita pergi," ajak Nathan kepada Dion.

"Kalian mau kemana? Aku ingin ikut!" seru Nathalie.

"Tidak! Kau pulang sana!" usir Nathan.

"Ayolah Nathan, kau tidak kasian melihatku yang selama satu minggu ini hanya berdiam diri di rumah," ujar Nathalie membujuk Nathan agar mau membawanya.

"Salah sendiri, kenapa kau tidak mempunyai teman." Memang Nathalie tidak memiliki satupun teman perempuan. Bukan karena tidak ada yang mau berteman dengannya, tetapi dialah yang sepertinya menghindar.

Nathalie Transmigration Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang