Delapan

289 26 4
                                    

Waktu istirahat datang. Nathalie saat ini tengah berdiri di depan pintu masuk kelas. Tujuannya tak lain adalah menunggu Gavin untuk membicarakan hal yang mengganjal di hatinya. Yakni, apakah Gavin adalah Justin, yang juga bertransmigrasi ke sini? Dalam hati dia berdoa agar Gavin juga bertransmigrasi ke sini, agar dia punya teman.

"Nathalie, kau melihat Nathan?" tanya Dion dengan Sean yang berada disampingnya.

Nathalie mengedikkan bahunya, "Mungkin dia ke toilet," sahutnya.

"Benarkah? Kalau begitu, kami duluan ke kantin, ya," ucap Dion.

"Kau duluan saja, aku akan bersama Lie-ku di sini, menunggu Nathan," celetuk Sean menyuruh Dion duluan.

"Si brengsek ini mengganggu saja. Jika dia di sini, maka rencana ku akan gagal," gerutu Nathalie dalam hati merutuki Sean.

"Jangan banyak bicara. Kau ikut saja dengan ku!" Setelah berkata begitu, Dion lalu menyeret Sean agar ikut dengannya ke kantin.

"Untung saja ada Dion, jadi aku tidak perlu mencari alasan untuk mengusir Sean," gumam Nathalie.

"Lady sedang menunggu siapa?"

"Astagadragon! Kau mengagetkan ku!" seru Nathalie yang kaget mendengar sapaan Jackson. Disampingnya terdapat sosok yang Nathalie tunggu, yakni Gavin.

"Maaf, aku mengagetkan Lady," ucap Jackson tidak enakan.

"Tidak apa-apa," balas Nathalie. Kemudian tatapannya teralihkan kepada Gavin yang terlihat cuek. "Bisa kita bicara sebentar?" tanya Nathalie pada Gavin.

"Aku ti-"

Belum sempat Gavin melanjutkan ucapannya, Nathalie sudah lebih dulu menarik tangannya. Jackson yang melihat pemandangan langka itupun hanya menganga. Jarang-jarang Gavin berinteraksi dengan para gadis. Biasanya dia akan bersikap sangat dingin. Tapi lihatlah sekarang, dia seperti anak kecil yang diseret oleh ibunya.

"Wahh, Lady Nathalie memang beda," ujar Jackson merasa kagum. Setelahnya dia pergi kekantin, mungkin jika menunggu Gavin akan lama, batinnya.

"Lancang sekali kau!" Bentak Gavin melepaskan tangannya. Saat ini mereka berada disebuah lorong.

Nathalie melihat sekelilingnya. Sepi. Itu artinya tempat ini aman untuk dia mengatakan niatnya.

"Ekhem." Nathalie berdehem sebelum mulai bicara, "to the point saja. Apa kau juga bertransmigrasi ke sini?".

Krik krik krik krik

Tak ada balasan, hanya tatapan datar yang dilayangkan Gavin kepadanya.

"Apa dia tidak paham apa yang aku maksud?" batin Nathalie.

"Begini ... saat aku terbangun dari pingsanku waktu dihukum berlari keliling lapangan bersamamu, aku sudah berada di dunia ini. Jadi, apa kau juga mengalami hal yang sama?" ucap Nathalie menjelaskan.

Terlihat reaksi berbeda dari Gavin, dia seperti ingin bicara. Nathalie menunggu dengan tidak sabaran kalimat yang akan diucapkan Gavin.

"Selain tidak sopan dan lancang, kau juga tidak jelas." Bukan kalimat ini yang diharapkan Nathalie.

Setelah berkata begitu Gavin berjalan meninggalkan Nathalie. Namun saat hendak pergi dia melihat Nathan, yang sepertinya tengah mencari keberadaan Nathalie.

"Pangeran," sapa Nathan.

"Aku turut prihatin atas kecelakaan yang dialami Lady Nathalie baru-baru ini, sepertinya kepalanya terbentur keras. Dan jika tidak keberatan, aku akan mengirim dokter kerajaan untuk mengobatinya," ujar Gavin kepada Nathan.

Nathalie Transmigration Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang