Fiona menggeliatkan tubuhnya yang terasa kaku. Mungkin karena terlalu lama berbaring, pikirnya. Perlahan dia membuka matanya, samar-samar dia melihat banyak oranamen-ornamen kuno namun terkesan mewah disini.
Seingatnya tadi dia pingsan saat dihukum, dan di gendong oleh si murid pindahan. Mengingatnya membuat Fiona ingin cepat-cepat bangun untuk mengucapkan terimakasih. Tapi, dia masih merasa malas untuk beranjak.
"Sejak kapan ruangan UKS berubah jadi begini?" racaunnya, masih dengan setengah kesadaran.
"Krieet ...." Kemudian pintu terbuka, memampangkan wajah seorang gadis yang dapat diperkirakan seumuran dengannya. Namun ada yang aneh dari gadis tersebut, kenapa dia menggunakan pakaian ala-ala maid, yang sering Fiona lihat di televisi.
Fiona mengernyit," sejak kapan pakaian pengurus UKS seperti ini?"
"Lady Nathalie ... akhirnya anda sadar juga," ucap wanita itu menghampiri Fiona dengan mata terharu.
Fiona mengangguk-anggukkan kepalanya. Namun sedetik kemudian dia tersadar, "Tunggu ... Lady Nathalie? Apa maksudnya?"
Sontak Fiona mendudukkan dirinya, melotot kearah gadis tadi. "Kau barusan memanggil apa? Lady? Nathalie?" ucapnya bertubi-tubi.
Gadis itu menunduk, dia merasa bersalah kepada Lady nya ini. Dia paham betul, kenapa Lady nya bersikap seperti ini, "Maafkan aku karena lalai menjaga anda Lady, gara-gara aku, anda terjatuh kekolam," terlihat perubahan raut wajah dari gadis tadi.
"Terjatuh kekolam!" gumam Fiona tak percaya. "Hey, kau dengar ya! aku hanya pingsan gara-gara tadi pagi belum sarapan, bukan karena jatuh kekolam seperti yang kau katakan!"
"Dan satu lagi, aku bukan Lady Nathalie yang kau maksud! Namaku Fiona." tegasnya menatap tajam.
Fiona reflek turun dari ranjang, dan sedikit menjauh manakala gadis itu mendekatinya.
"Aku tau aku salah, aku memang pantas dihukum, tapi tolong jangan begini Lady ...." Fiona terlonjak kaget melihat gadis aneh itu sekarang bersimpuh dikakinya dengan tangis yang sudah pecah.
"Oh ayolah, aku bukan orang yang kau maksud!" ucap Fiona mengerang frustrasi, dia mengacak-acak rambut panjangnya yang tergerai.
Tunggu ... rambut panjang? Bukankah baru minggu kemarin dia kesalon untuk memotong rambutnya bersama Diora? Tapi kenapa rambutnya bisa panjang lagi? Selain anti dengan kata hemat, dia juga anti memiliki rambut panjang.
Fiona menelisik sekelilingnya, pandangannya jatuh kearah meja rias yang berada diruangan ini. Secepat kilat dia menghampiri kaca meja rias tersebut.
"AKHHH!!" Fiona syok melihat pantulan dirinya dicermin. Bukan hanya rambutnya yang panjang, tetapi wajahnya juga berbeda. Memang yang dia lihat adalah dirinya, tetapi itu versi glowup nya. Rambut panjang, wajah putih mulus, dan jangan lupakan tangannya yang terasa sangat lembut. Selembut kulit bayi.
Berulang kali dia menepuk-nepuk wajahnya, berharap dia terbangun dari mimpi ini, "aww ..." ringisnya memegangi pipinya yang dia tepuk.
"I-ini ... bu-bukan mimpi ..." lirihnya terbata, lalu merosot kebawah.
"Lady Nathalie!" pekik wanita tadi menghampiri Fiona yang terduduk lemas.
"Nathalie?" gumam Fiona. Dia kembali mengingat-ingat nama yang disebutkan barusan. Lalu ingatannya jatuh pada novel yang dia pinjam kepada Diora semalam.
"Jangan bilang aku bertransmigrasi!" ucap Fiona dalam hati. Dia merasa tubuhnya menegang, bayangan eding novel 'Princess Nathalie' kembali terngiang di benaknya.
Kemudian dia memastikan satu hal lagi," apa aku bernama Nathalie Clarissta Medison, putri bungsu dari Duke William Medison?" tanyanya. Jika benar begitu, maka tidak salah lagi, dia bertransmigrasi ke dalam novel.
KAMU SEDANG MEMBACA
Nathalie Transmigration
FantasiApa yang kau rasakan saat mencintai seseorang yang seharusnya tidak kau cintai? kecewa, khawatir dan takut akan berbaur menjadi satu. Itulah yang dirasakan oleh Fiona saat ini. Lebih tepatnya sekarang dipanggil Nathalie. Fiona bertransmigrasi ked...