Tujuh Belas

168 16 0
                                    

Sejak Gavin memegang tangan Nathalie dan menggendongnya ala bridal style, sejak hari itu, Nathalie telah menjadi perbincangan hangat di seluruh Florenza. Banyak yang menyebut bahwa dia memiliki hubungan istimewa dengan Pangeran kedua Florenza itu. Ada juga yang berpendapat bahwa Nathalie dengan sengaja mendekati Pangeran Gavin, dibantu oleh koneksi ayahnya.

Namun, semua itu tidak terlalu dipikirkan oleh Nathalie. Toh, hal tersebut juga tidak membuat harta keluarganya berkurang. Jadi, mengapa terlalu dipikirkan? Yang menjadi pikiran Nathalie saat ini adalah pemuda yang alat vitalnya ditendang olehnya.

"Apa sekarang dia sudah baik-baik saja?" gumam Nathalie.

Jujur saja, Nathalie merasa bersalah. Dalam kehidupan modernnya, Nathalie juga pernah menendang alat vital teman lelakinya, yang membuat temannya harus libur sekolah selama tiga hari.

"Bagaimana jika dia menuntutku?" Nathalie tiba-tiba teringat bahwa dia telah menyebutkan nama keluarganya kepada pemuda tersebut.

"Bodoh! Bodoh! Kau bodoh, Nathalie! Mengapa kau menyebutkan nama keluargamu!" sesal Nathalie sambil memukul kepalanya sendiri. "Huaaa... Ibu... Aku ingin pulang," rengeknya sembari menaruh kepala di atas meja. Saat ini dia berada di Akademi.

Sedetik kemudian, Nathalie menegakkan kembali kepalanya, "Ah, terserah! Lagipula salahnya sendiri, kenapa tidak ingin melepaskan tanganku. Tingkahnya juga seperti orang mesum, jadi wajar saja aku menendangnya" imbuhnya menggebu.

"Tenang Nathalie, kau melakukan hal yang benar," ucapnya meyakinkan diri sendiri. Namun tetap saja tidak bisa mengurangi rasa bersalahnya.

"Huuh ... Harusnya aku tidak datang ke pesta terkutuk itu," gumamnya menopang dagu.

Nathalie benar-benar menyesali keputusannya untuk menghadiri pesta. Harusnya dia tetap absen seperti tahun-tahun sebelumnya.

"Hei! Apa yang kau pikirkan?" Tiba-tiba Alice datang menghampirinya.

"Bukan apa-apa," sahut Nathalie.

"Benarkah? Tapi kau seperti sedang memikirkan suatu hal. Apa ada yang mengganggu mu?" Tanya Alice lagi.

Terlintas di benak Nathalie, "mungkin Alice mengenal pemuda itu".

"Ekhem," Nathalie berdehem sebelum mulai bicara. "Alice, siapa saja yang tinggal di istana?".

Alice terlihat berfikir, "Setahuku yang tinggal di istana hanya keluarga kerajaan saja. Yaitu raja, ratu, putra mahkota dan pangeran Gavin, tak lupa juga para pelayan," ujar Alice.

"Hmm ... Apakah ada yang berkunjung ke istana? Maksudku, kerabat raja."

"Aku dengar raja sangat dekat dengan adiknya, mungkin saja dia sesekali berkunjung," jawab Alice.

Nathalie terlihat tengah berfikir, "tidak mungkin adik raja semuda itu."

"Apa pangeran punya sepupu?" tanya Nathalie lagi.

"Entahlah! Aku kurang tau," tutur Alice. "Kenapa kau bertanya?"

"Tidak ada, hanya ingin tahu saja," jawab Nathalie sedikit gelagapan.

Alice memicingkan matanya curiga, "kau mencurigakan," ucapnya. "Apa jangan-jangan rumor kedekatan mu dengan pangeran Gavin itu benar? Makanya kau ingin tahu siapa-siapa saja kerabat raja," cerocos Alice.

"Hei! Itu tidak benar!" sergah Nathalie lantang. Sontak seisi kelas melihat kearah mereka, termasuk Gavin yang menjadi topik pembicaraan.

"Maaf," ucap Nathalie tersenyum canggung kepada se isi kelas.

"Aku tidak tuli!" gerutu Alice.

"Salah mu sendiri, kenapa mengatakan rumor tak berdasar itu," sewot Nathalie.

Nathalie Transmigration Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang