Saat sudah keluar dari ruang pimpinan, Nathalie duduk disebuah bangku kosong yang sengaja disediakan di depan ruang pimpinan. Tujuannya saat ini adalah untuk menunggu Nathan, yang sudah dapat dipastikan sedang diomeli habis-habisan karena ulahnya.
Nathalie melihat Gavin yang baru saja keluar dari ruang pimpinan dengan gadis rambut merah yang sedari tadi menempelinya. Saat melewatinya, Gavin sama sekali tidak melirik. Sedangkan gadis rambut merah yang mengekori Gavin, berhenti tepat di depannya.
"Kau!" serunya dengan nada mengintimidasi. Nathalie sudah paham betul apa yang akan terjadi selanjutnya, lantas berdiri dari duduknya, tak lupa juga memasang wajah angkuh.
"Orang bilang, semakin kau menunduk, maka kau akan semakin mudah terintimidasi. Lalu apa jadinya jika aku yang meninggikan daguku, apa aku yang akan mengintimidasinya?" ucap Nathalie dalam hati.
Gadis itu tersentak kaget saat Nathalie berdiri, namun secepat mungkin dia merubah ekspresinya. "Aku peringatkan! Ini kali pertama dan yang terakhirnya kau membuat masalah kepada pangeran Gavin!" tuturnya dengan suara yang agak ditinggikan. Sesekali dia melihat dari sudut matanya kearah Gavin.
Nathalie yang melihatnya hanya tersenyum mengejek. "Jadi dia berniat menegurku untuk mencari perhatian Gavin? Cih! Benar-benar memuakkan!' ketus Nathalie dalam hati.
Gavin sendiri sepertinya tidak menggubris, dia tetap melanjutkan langkahnya, tanpa menghiraukan gadis rambut merah ini. Melihat hal itu Nathalie lagi-lagi tersenyum mengejek.
"Oh ya? Memangnya apa hubungannya denganmu? Mau aku membuat masalah dengan pangeran Gavin atau tidak, itu urusanku!" jawab Nathalie sarkas.
"Tentu saja itu urusanku. Menjaga kenyamanannya selama belajar di akademi ini," balasnya.
Nathalie menutup mulutnya, dia pura-pura kaget. "Apa kau bertugas sebagai pelayan pangeran Gavin di akademi ini?" tanyanya dengan nada kaget yang dibuat-buat.
"BERANINYA KAU MENGATAKANKU PELAYAN!" teriak gadis itu di hadapan Nathalie. Nathalie tak takut sama sekali, malahan dia membalas dengan senyum sinisnya.
"Apa aku salah bicara? Bukankah itu tugas seorang pelayan, untuk memastikan seorang bangsawan yang dilayaninya nyaman. Atau kau sengaja menegurku untuk mencari perhatiannya?" Jangan lupakan, seorang Nathalie clarissta Medison memiliki hobi memancing keributan.
"KAU KETERLALUAN!" bentak gadis berambut merah ingin melayangkan satu tamparan ke pipi Nathalie, namun sebuah tangan menahannya.
Saat Nathalie menoleh ke kirinya, ternyata itu tangan Alice.
"Jangan berbuat sesuatu yang akan menodai citra mu sendiri Lady. Kau lihat sekelilingmu ..." ujar Alice, memberi arahan agar gadis berambut merah melihat sekelilingnya, "banyak pasang mata yang menyaksikannya. Apa kau mau di cap sebagai Lady yang kasar?" imbuh Alice.
Nathalie juga baru menyadari, ternyata dia sedari tadi telah menjadi pusat perhatian. "Sial! Hari ini aku dua kali menjadi pusat perhatian," batinnya tersenyum masam.
"Urusan kita belum selesai!" ucap gadis rambut merah. Kemudian dia melangkah pergi meninggalkan Nathalie dan Alice.
"Ya,ya,ya, aku akan dengan senang hati meladeni mu," balas Nathalie setengah berteriak.
Alice geleng-geleng kepala. Belum juga sepuluh menit Nathalie keluar dari ruang pimpinan, sekarang sudah cari masalah lagi.
"Irisin kiti bilim silisai! Kau pikir aku takut padamu?" cibir Nathalie berkacak pinggang.
"Namanya Agatha Leonard," celetuk Alice tiba-tiba.
Nathalie mengalihkan pandangannya kearah Alice. "Kau mengenalnya?".

KAMU SEDANG MEMBACA
Nathalie Transmigration
FantasíaApa yang kau rasakan saat mencintai seseorang yang seharusnya tidak kau cintai? kecewa, khawatir dan takut akan berbaur menjadi satu. Itulah yang dirasakan oleh Fiona saat ini. Lebih tepatnya sekarang dipanggil Nathalie. Fiona bertransmigrasi ked...