19. Perjuangan pengajuan

171 22 0
                                    

Hello all! Apa kabar kalian semua? Apa kalian rindu dengan dua sejoli ini? Omg, nggak sadar ya mereka sudah di tahap pengajuan yg kedua, siapa nih yg nggak sabar lihat mereka menikah?

Enjoy!

----

Arin POV

Masih tidak menyangka aku akan menjadi istri dari seorang Pierre Tendean, sosok pria tampan yg di kenal cuek, dingin dan juga kurang humoris jika dekat perempuan akan jadi calon imam atau suami ku? Mungkin inilah yg di bilang takdir, benar nggak para pembaca setia?

Seperti saat ini, Mas Pierre dengan romantis nya menyuapi ku nasi dengan tambahan lauk Rendang, ya tiba-tiba saja dia meminta lauk bernama Rendang tersebut.

"Kamu kenapa toh Mas tiba-tiba banget mau makan Rendang begini? Biasa nya kamu nggak mau dan nolak, dengan alasan takut nanti darah tinggi lah segala macem tentang kesehatan"

"Hehe nggak apa-apa Dek, lagi ke pengen aja Mas makan Rendang, sudah sudah daritadi berdebat tentang Rendang, ayo cepat habiskan nanti kan kamu mau ketemu ketua dan pengurus persit"

"Oh iya ya Mas jadi lupa" aku dan Mas Pierre bergegas makan. Setelah selesai makan, kami pun pergi ke markas lagi untuk bertemu dengan ketua dan pengurus persit.

Inget banget dengan omongan Ibu sebelum aku pergi ke Markas dengan Mas Pierre. "Nggak usah pakai perhiasan segala, kamu mau pengajuan atau mau kondangan? Pakai aja yg biasa-biasa aja nggak usah terlalu mencolok"

Dan ya pasti nya aku hanya memoleskan bedak di wajah ku, aku juga belajar untuk membuat alis dengan rapi dan lipstik yg warna nya tidak terlalu terang, warna lipstik yg memang setara dengan warna bibir ku.

"Coba sekarang saya ingin mendengar Dek Arin menyanyikan lagu Mars dan hyme persit" Ujar Ibu Ketua bernama, Ibu Dewi.

Aku maju ke tengah dan mulai dengan lantang menyanyikan lagu Mars dan juga hyme persit sesuai dengan yg ku baca semalam. Setelah selesai bernyanyi. Aku pun mendapatkan wejangan dari masing-masing seksi. Dan yg terakhir ialah pengecekan atribut persit. Dan alhamdulillah aku aman-aman saja. Kata Ibu Dewi dan Ibu Septi atribut ku sudah lengkap tanpa kurang apapun.

Oh ya, di markas ini aku banyak dapat kenalan, ketika sudah urusan seperti ini. Aku menghilang dulu dari Arin yg super introvert dan sekarang menjelma sebagai Arin ekstrovert. Semua nya akrab dan ya benar kata Dirga, jika kata sok kenal, sok akrab itu di perlukan jika ingin mendapatkan teman berbicara.

Ketika aku sudah selesai, seperti biasa. Penampakan yg ada di depan ku saat ini adalah calon ku sendiri. Lettu CZI Pierre Andries Tendean. Laki-laki itu tetap tersenyum meski aku tau dia juga lelah tapi tetap menunjukkan aura semangat nya padaku. "Gimana Dek? Lancar?"

"Alhamdulillah, berkat doa semua orang. Lancar nyanyi nya Mas dan juga pengecekan atribut tadi tidak ada yg kurang" Mas Pierre dengan lembut mengelus rambut ku yg telah cantik di kuncir seperti buntut kuda.

"Siip kalau begitu, semangat ya Sayang. Habis ini kita harus pergi ke rumah Danki, karena beliau dapat di temui hari ini"

"Iya Mas" jujur, capek, lelah, penat, seluruh nya campur aduk untuk saat ini, pantas saja persit itu di sebut wanita kuat, mereka harus bolak-balik kesana kesini untuk menghadap, kadang pun jika Danki sibuk dan tak bisa di temui mereka akan memilih hari untuk bertemu lagi. Lelah bukan? Kalian para persit hebat banget! Aku salut!

Kami pun pergi menuju tempat parkir, Mas Pierre memberikan ku helm dan aku langsung menerima nya, kemudian duduk menyamping. Kami pergi untuk sholat ashar dulu baru habis itu menuju ke rumah Danki yg di maksud Mas Pierre.

"Dek, kamu mau tau nggak nanti kita bakal tinggal dimana?"

"Dimana memang nya Mas?"

"Besok itu akan jadi rumah kita, Dek" Mas Pierre menunjukkan sebuah rumah yg berwarna khas hijau, "Bagus sekali rumah nya Mas, nanti aku bakalan banyak nanam di depan rumah deh hehe biar makin cantik rumah nya"

Mas Pierre mengangguk, kemudian kami pergi ke sebuah rumah, yg bertuliskan. Lettu Czi Sudipto Drajat. Danki A.

Mas Pierre mengucapkan salam sembari mengetuk pintu, kemudian keluar seorang anak kecil. "Om Pierre?"

"Eh ada Ibu Arin?"

"Loh Putra?" pelan anak itu memeluk ku, dia murid ku di SD, ternyata dia tinggal di asrama dengan kami kelak.

"Sebentar ya Om, Ibu. Biar Putra panggilkan Ayah dulu" sebelum Putra masuk untuk memanggil Ayah nya, beliau ternyata sudah datang menyusul.

"Eh Pierre? Maaf ya, apa sudah lama menunggu?"

"Siap. Ijin. Kami baru saja sampai"

"Ayo duduk Pierre, oh ini calon persit kamu ya?" aku tersenyum.

"Siap, benar Danki"

Beliau kemudian memanggil istri nya dan kemudian memberikan ku wejangan, setelah cukup lama bertamu. Mas Pierre akhirnya izin untuk pamit. Kemudian Mas Pierre mengantarkan ku pulang.

Ibu sudah di depan rumah, ketika kami sampai di depan rumah, Ibu tersenyum manis sekali, "Ayo masuk dulu Nak" tawar Ibu kepada Mas Pierre.

"Maaf Ibu, bukan saya menolak. Tapi Pierre harus mengambil apel malam dahulu, nanti jika ada kesempatan Pierre akan datang"

"Baiklah kalau begitu. Terima kasih ya kamu telah menjaga putri kecil Ibu ini, bagaimana hari ini? Lancar bukan?"

"Alhamdulillah lancar Ibu, kalau begitu saya kembali ke markas dulu ya Bu. Dek, Mas duluan ya. Assalamu'alaikum"

"Eh iya baiklah, Hati-hati di jalan ya Nak"

"Iya Mas, Hati-hati" jawab ku.

To Be Continue

S

ip dah bentar lagi nikah nih, tinggal lewati satu lagi ngadep ke Komandan Batalyon, buat kalian yg nggak sabar gimana nikahan mereka nanti. SABAR. MELTHOR JUGA GA KUAT NUNGGU PART MEREKA NIKAH KAPAN DI PUBLISH😭

𝑺𝒆𝒕𝒆𝒍𝒂𝒉 𝑫𝒊𝒂 𝑷𝒆𝒓𝒈𝒊, [𝑃𝑖𝑒𝑟𝑟𝑒 𝑇𝑒𝑛𝑑𝑒𝑎𝑛 𝐹𝑎𝑛𝑓𝑖𝑐]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang