10. Abah Tutup Usia 2

357 27 8
                                    

Enjoy!

----

Setelah selesai di mandikan juga di kafankan, Abah di bawa menuju rumah kami, Abah pulang dengan hanya membawa raga nya, sesampai nya kami di rumah, banyak sekali bapak-bapak sahabat nya Abah dan juga kerabat kami yg berkumpul untuk melihat Abah terakhir kali nya, Ibu2 langsung menyambut kami dan mengajak kami masuk ke dalam rumah, kami duduk berdampingan. Mereka berusaha untuk menguatkan aku dan juga Ibu yg sangat hancur saat ini.

Dirga ikut dengan Pierre, dan aku hanya berdua dengan Ibu yg menemani Abah menuju kerumah, Ibu sempat bercerita kronologi sebelum Abah sesak nafas. "Jadi begini ceritanya, Nak"

"Abah kamu sudah ada sesak nafas 1 bulan terakhir ini, tapi Abah tidak mau memberitahu kalian dan hanya ingin merahasiakan nya, beliau nggak mau kalian sedih, subuh itu. Abah tiba-tiba saja mengengam erat tangan Ibu dan berusaha untuk membangunkan Ibu, ketika Ibu bangun, Abah sudah naik turun dada nya karena sesak"

"Setelah itu, Ibu membangunkan kalian dan kita segera ke rumah sakit, maafkan Ibu sudah sembunyikan masalah ini dari kalian"

Oh, Abah ada rahasia selama ini dan hal itu sudah terjadi sebulan yg lalu? Abah, maafkan kami. Maafkan kami yg tidak tau soal penyakit yg selama ini Abah idap, maafkan kami selama Abah hidup dan masih di samping kami, kami selalu bersikap tidak sopan dan terkadang berbicara dengan nada tinggi yg mungkin menyakiti hati Abah. Ingat sekali. Di waktu aku masih SMA dan dapat beasiswa dari pemerintah, Abah sangat bahagia dan bekerja sampai larut malam untuk mendapatkan uang supaya aku dapat berkuliah seperti anak-anak lainnya, janji aku udah aku tepati ke Abah. Yaitu. Lulus dengan IPK 4.00 dan mendapatkan juara pertama di Kampus. Saat itu nama Abah dan Ibu di sebut, aku bisa lihat mereka menangis bahagia dengan pencapaian aku yg sangat sempurna, Abah dulu bermimpi ingin kuliah di universitas Magelang tapi karena keadaan keluarga waktu itu dalam keadaan susah, Abah harus rela kehilangan mimpi menjadi sarjana, dan Abah hanya lulus SMA waktu itu.

Kalimat yg selalu aku ingat dari Abah adalah ini, "Kamu adalah anak yg sejak 3 tahun pernikahan kami yg selalu kami tunggu kehadiran nya, kamu tahu tidak? Kamu dulu sebenarnya punya kakak, tetapi Ibu kamu sempat mengalami keguguran, Arin. Abah bangga sekali dengan kamu, anak pertama yg selalu Abah dan Ibu idamkan dulu sekarang telah mengapai gelar S.Pd"

Kebanggan Ibu dan Abah adalah kebanggan ku juga, setelah itu. Abah selalu memuji ku dan juga Dirga dengan hasil yg kami peroleh, mulai dari awal aku menerima gaji meski hanya sedikit dan Dirga yg mendapatkan IPK yg setiap semester selalu naik. Tapi, aku tidak menyangka kalau semangat dari Abah hanya sampai kemarin. Sampai aku dan Pierre berpacaran. "Inget ya Nak, jagain putri Abah selalu, jangan sakiti dia, hmm... Mungkin kalian suatu saat tidak berjodoh, tapi Abah sudah yakinkan semua nya di tangan kamu Pierre, kalian memang berbeda agama tapi, apapun pilihan kalian akan selalu Abah restukan, semangat terus ya, jangan lama-lama pacaran nya, dosa tau hehehe"

Sejak saat itu juga, Mas Pierre makin menyayangi aku dan juga menjaga ku, setiap ada pekerjaan yg mungkin dapat aku kerjakan sendiri pasti Pierre harus membantu, dia memaksa dan aku tak dapat menolak nya, mungkin dia titisan Abah, Abah yg dulu sampai sekarang sangat mencintai Ibu dan sekarang berganti, Pierre yg mencintai aku. Hei apa kalian tau? Keluarga kami sudah bertemu satu sama lain dan mereka cepat sekali dekat, Ibu Eliza terlihat sangat akrab dengan Ibu. Apa benar Pierre jodoh ku?

*****
Abah mulai di kuburkan saat siang hari, karena semua kerabat telah melihat Abah dan mereka menyetujui untuk Abah di kuburkan di dekat rumah, Pemakaman Indah Sari, tempat dimana Yang Ti dan Yang Kung dari Abah di makamkan. Aku pun menyebarkan banyak sekali bunga di atas makam Abah dan juga menyiramkan air yg sudah di bacakan sebuah doa/ucapan. Rest in peace kesayangan kami, we always love you!

Pelan aku mengelus nisan yg bertulisan, Argantara Samudra Bin Adyhaga Samudra itu dengan sangat lembut, aku izin pulang karena hari sudah mulai mendung, apa ini air mata Abah? "Abah, Arin, Ibu, Mas Pierre dan juga Dirga ingin pulang, Abah yg tenang ya di surga nya Allah, doa terbaik selalu bersama dengan Abah, kami pulang, Bah. Assalamu'alaikum" kami pulang menggunakan mobil dinas milik Pierre, Pierre sudah izin ke komandan sebelum menemani kami pergi ke tempat peristirahatan terakhir Abah, ternyata di rumah kami sudah ada keluarga Tendean, yap. Keluarga besar Mas Pierre. Mereka dapat kabar dari Pierre kalau Abah meninggal tadi subuh dan mereka bergegas kerumah kami meski belum sempat melihat Abah untuk terakhir kali. "Ibu..."

Ibu langsung memeluk Ibu Eliza dengan kuat, Ibu Eliza sangat perhatian dengan Ibu ku, beliau memeluk erat tubuh Ibu ku, "Ibu Lita, Ibu kuat ya, Ibu harus tegar supaya bapak disana tenang dan tidak terhalang jalan nya menuju surga"

"Hiks... Terimakasih Ibu dan keluarga sudah datang, apa Ibu dan Bapak ingin mengunjungi makam suami saya? Biar saya dan anak-anak temani" keluarga Tendean dan keluarga Samudra pergi ke makam lagi, setelah itu mereka pulang kembali kerumah. "Ibu... Arin ingin ke kamar dulu ya" Ibu mengangguk.

Aku masuk ke dalam kamar, menatap diriku di depan cermin, mataku sangat bengkak dan juga merah, sangat berbeda dengan kemarin yg sangat ceria, tiba-tiba ada yg mengetuk pintu kamar ku, aku pelan membuka nya, "Mas Pierre?"

Pierre pelan memeluk tubuh ku, jujur. Nyaman sekali berada di pelukan pemuda ini, wangi menthol dari tubuh nya membuat ku menjadi tenang, dia mengelus lembut rambut panjang ku, "Apa nanti malam akan ada acara?"

Aku mengangguk, "Iya, nanti malam kami akan yasinan dan mengirim doa untuk Abah, Mas masih akan tetap disini dengan keluarga?" Pierre ngangguk, "Iya... Kami akan disini selama 3 hari, setelah itu akan ke Semarang lagi, Oh iya. Rin... Ada yg mau Mas bicarakan dengan kamu"

"Apa itu Mas? Bicarakan sekarang saja, apa itu sangat penting?"

"Sangat, karena ini permintaan Abah kepada aku"

"Apa Mas? Jangan bikin kepo ihh"

"Kamu mau tidak jadi istri Mas?"

"Hah? Apa? Coba di ulang lagi dong Mas, kamu ngomong apa?"

To be continue

Arin punya dua rasa, rasa sedih dan rasa bahagia, sisi sedih yaitu ia di tinggalkan oleh Abah tercinta, tapi di sisi bahagia, dia akan menikah dengan Pierre, ini kan yg kalian mau guysss???

𝑺𝒆𝒕𝒆𝒍𝒂𝒉 𝑫𝒊𝒂 𝑷𝒆𝒓𝒈𝒊, [𝑃𝑖𝑒𝑟𝑟𝑒 𝑇𝑒𝑛𝑑𝑒𝑎𝑛 𝐹𝑎𝑛𝑓𝑖𝑐]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang