Dirga akhirnya pergi ke markas Pierre yg jarak nya tidak terlalu jauh dari letak rumah mereka, Dirga mencium aroma nasi goreng buatan kakak nya itu, "Wangi sekali aroma nya, pantas saja Kak Pierre bisa suka, kakak saja bisa masak enak begini"
Sebelumnya, Pierre memang sudah berhasil merebut hati adik Arin, dengan membantu remaja itu mengerjakan tugas, dari sana lah mereka akhirnya mulai dekat dan akrab, kini Dirga sudah sampai di markas dan untung nya Pierre baru keluar dari markas, tapi Pierre terlihat sangat rapi dengan memakai baju loreng, "Kak Pierre!" teriak Dirga dan yg di panggil langsung menoleh, Pierre tersenyum dan mendekat.
"Dirga? Apa itu yg kamu bawa?"
"Ini nasi goreng dari kak Arin, kata nya ini istimewa untuk kak Pierre, di habisin ya kak" Pierre semakin yakin untuk menjadi kan Arin kekasih nya, dia senyum dan mengangguk. "Kakak sudah nembak kak Arin belum?"
"Sudah, tapi besok jawaban nya"
"Kalau kalian jadian, Dirga mau di bantu buat tugas biologi terus, boleh tidak kak?" Pierre tersenyum dan mengelus rambut Dirga, "Tentu saja boleh, nanti akan kakak bantu kalau Dirga ada tugas ya"
"Ya sudah kakak, Dirga pulang dulu ya, kak Arin pasti nerima kakak kok, orang dia tadi senyum-senyum waktu kasih tau Nasi goreng ini untuk kakak"
"Iya, terimakasih sudah membuat kakak percaya diri, sudah pulang lah. Hati-hati ya, titip salam untuk kakak kamu"
Dirumah, Abah tengah menggoda putri nya itu, dia dapat info dari istri nya kalau putri kecil nya itu sudah bisa berpacaran, "Jadi kamu sudah bisa berpacaran sekarang? Wah, sudah besar sekali putri kecil Abah ini, padahal dulu waktu jatuh dari sepeda aja nangis. Siapa pacar kamu?"
Arin senyum sambil mengelap piring yg basah, "Kami belum berpacaran Abah, Arin saja belum menerima ajakan dia kok, besok baru Arin tentukan pilihan"
"Iya, tapi siapa dulu?"
"Siapa lagi kalau bukan Letnan Dua CZI Pierre Tendean, Mas?" jawab Jelita, Arga tersenyum dan mengelus tangan putri nya. "Tapi tidak sampai menikah kan Nduk?"
"Arin dan Mas Pierre belum terfikir ke arah sana Bah, tapi kalau memang sudah jodoh, harus bagaimana? Itu susah takdir dari yang maha kuasa" Abah menatap ku serius.
"Nduk, kalian berbeda agama"
Arin mengelus pipi Arga dengan lembut, "Iya Abah, Arin tau kok dan itu juga yg sudah Arin bilang kepada Mas Pierre, pasti nanti tidak ada yg mau mengalah di antara kami, mungkin kami hanya sampai pacaran saja Bah"
"Abah merestukan, apapun itu yg membuat putri kecil Abah bahagia, kalau Pierre buat kamu menangis kasih tau kepada Abah, biar nanti Abah botakin kepala dia itu"
Arin dan Jelita tertawa di susuli dengan Abah, "Benar itu Bah, nanti suruh dia manjat pohon kelapa belakang rumah itu kalau nakal sama anak kita"
Pierre's pov
Pagi ini Dirga datang ke markas untuk mengantarkan nasi goreng buatan Arin, setelah dia pulang aku pun masuk lagi ke markas untuk makan sejenak, nasi goreng yg wangi nya semerbak ini membuat ku ingin langsung menyantap nya, "Masih hangat, eh?"
Kulihat teman-teman ku mengintip di pinggir pintu, mereka seperti nya tercium aroma nasi goreng ini, "Ayo kemari ikut makan, banyak ini loh nasi nya"
Tapi mereka malah menolak diajak untuk makan bersama kemudian pergi, aku pun mulai menyantap nasi goreng lezat ini, "Umm... Enak sekali rasanya"
"Nanti mampir dulu deh kerumah dek Arin, sekalian pulangin kotak makan ini"
Teman-teman ku ternyata menguping, "Ekhem... Pierre? Dengar-dengar kamu suka sama anak Pak Argantara ya?" aku langsung berdiri dan tersenyum.
"Hmm... Nanti saja saya kasih tau, saya mau kerumah Pak Argantara dulu mau mengantarkan kotak makan ini" aku langsung bergegas menuju rumah Arin, untung aku masih memiliki alasan untuk merahasiakan semua ini. Di terima aja belum tentu!
Sesampainya di rumah, aku melihat Arin tengah membersihkan cabai, aku turun dari mobil dia yg mengetahui kedatangan ku langsung berdiri menyambut, kaki ku ingin melangkah tapi entah kenapa sulit sekali untuk mendekati nya, hei? Kenapa jantung ini malah berdetak dengan cepat?
Arin mendekat, "Mas? Ayo masuk" ya Tuhan, aku harus bagaimana? Suara merdu miliknya sangat candu, entah kenapa gadis ini selalu muncul di mimpiku dan membuat aku tidak nyenyak dalam tidur?
Dia menyentuh tangan ku yg membuat lamunan ku terbuyar, dia menarik ku masuk ke rumah nya, "Mas, ayo duduk"
Aku pun duduk, ayolah mulut! Jawab lah ucapan nya itu, "I-Iya dek" aku pun duduk, Arin duduk di sampingku, ya Tuhan gugup sekali rasanya. "Mas kenapa kemari? Ada yg mau di bicarakan? Atau mencari Abah?"
Aku geleng, "Tidak dek, Mas cuma mau mengembalikan kotak makan ini, terimakasih ya" Arin tersenyum, "Gimana? Enak tidak nasi goreng nya?"
"Sangat enak sampai rasanya ingin menambah" dia terlihat sangat bahagia dengan pujian ku, melihat nya menjadi bahagia membuat ku merasakan kebahagiaan juga. Dia berdiri dan menuju ke dapur.
"Mas... Ini ada sesuatu untuk kamu" dia tiba-tiba memberikan ku sebuah kotak, di terima atau tidak ya? hmm... Terima saja deh! Eh? Isi nya sebuah buku.
"Buku?"
"Iya, buku harian"
"Untuk Mas?"
"Iya dong, untuk siapa lagi kalau bukan Mas?" aku tersenyum, perlahan mengengam tangan nya erat, "terimakasih banyak ya hadiah nya, Mas suka sekali. Kebetulan, Mas sedang cari buku untuk tulis tentang pekerjaan"
"Sama-sama Mas, oh iya Mas. Untuk jawaban tadi pagi, aku sudah dapatkan dan mau aku jawab sekarang" dia sudah dapat jawaban nya? Hahh... Apa dia menerima atau malah, menolakku?
"Aku menerima ajakan Mas untuk berpacaran, Ibu dan Abah merestui kita berpacaran" jawaban yg tidak di sangka, tebakan ku benar, dia menerima ku! Ya Tuhan, benarkah ini jalan darimu? Crush ku menerima ku? Wanita yg selama ini selalu menganggu tidurku sekarang menerima ku menjadi pasangan nya?
Aku pelan berdiri dan memeluk nya, dia membalas pelukan ku dengan erat, "I love you..." ucapku lembut padanya.
"Love you too"
To be continue
Cieee udah ada yg jadian nihh, fiks hari kartini adalah hari dimana kebahagiaan Pierre dan Arin dimulai, 21 April 1963.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝑺𝒆𝒕𝒆𝒍𝒂𝒉 𝑫𝒊𝒂 𝑷𝒆𝒓𝒈𝒊, [𝑃𝑖𝑒𝑟𝑟𝑒 𝑇𝑒𝑛𝑑𝑒𝑎𝑛 𝐹𝑎𝑛𝑓𝑖𝑐]
Historical Fiction"Mbak Arin. Putri kecil Abah yg cantik, jika suatu saat Abah sudah tidak ada lagi, Abah sudah titipkan kamu kepada Nak Pierre, mungkin dia adalah jawaban dari istikharah mu selama ini, Abah restu kan kalian Nak dan Abah juga telah memberikan keperca...