Setelah selesai memakan kue pukis, Arin menarik tangan Pierre untuk mengajak suami nya itu untuk jalan sore bersama nya. Pierre pun pasti nya dengan senang hati akan menemani istri nya kemana pun yg di mau. Mereka sekarang masih berada di lingkungan rumah dan bersiap mau jalan keluar.
"Adek mau jalan sore kemana, sayang?"
"Mau jalan di sekitar sini mas, sama kalau ada tempat baru yg belum adek injak kita pergi kesana juga, sekalian adek mengenal lebih dekat lingkungan dekat rumah mas ini"
"Ya sudah boleh, tapi nanti sebelum jam 17.30 kita pulang ya dek karena tidak baik kalau kita pulang nya sudah mau adzan maghrib" Arin mengangguk paham, dia pun mengenggam tangan Pierre seperti anak kecil menggandeng tangan Ayah nya.
"Ayo mas" mereka berjalan menyusuri sudut sudut tempat di dekat rumah keluarga Tendean, lumayan banyak orang yg mengenal mereka tak lupa untuk menyapa suami istri ini. Arin terlihat sangat menikmati perjalanan mereka saat ini dan hal itu tentu nya membuat Pierre sangat bahagia.
"Aku sama sekali belum pernah melihat dek Arin sampai se-bahagia ini jalan sore, karena biasa nya akan terlihat biasa saja tetapi kali ini terlihat berbeda sekali"
Arin menoleh ke arah Pierre yg ternyata melamun sembari menatap dirinya, dia tersenyum dan melambaikan tangan di depan wajah nya Pierre, "mas? Ada apa toh? Kok melamun begitu? Awas loh nanti bisa kerasukan jin" Ujar Arin.
"Tidak loh dek, mas merasa bahagia saja hari ini karena melihat kamu juga se-bahagia itu menikmati jalan-jalan sore kita ini"
"Loh biasanya juga kan begini mas, adek kan memang suka ngajak mas jalan-jalan sore? Tapi memang sih adek bahagia sekali, karena disini aura nya beda sekali dari asrama. Memang sama-sama teduh cuma bau-bau khas nya itu loh yg membedakan"
Pierre tertawa mendengar penjelasan Arin, "jadi adek lebih suka tinggal di rumah Mami toh daripada di asrama kita?" Arin geleng.
"Bukan begitu mas, adek juga suka kok di asrama kita. Karena adek banyak teman disana yg memang baik banget sama adek, terus juga ibu kepala persit perhatian sekali dengan adek semenjak tau adek hamil"
"Bagus dong dek kalau begitu, jadi mas nggak khawatir lagi kalau mau dinas jauh. Adek kan disini sudah ada teman nya, tapi emang rasa khawatir itu masih ada meski disini adek baik-baik saja"
Arin tiba-tiba saja merasakan sedih, sedih kenapa? Tentu nya karena dia ingat jika Pierre akan di kirimkan tugas ke tempat lain, dan tandanya mereka harus menghadapi Long Distance Relationship, atau suka di sebut LDR sama anak-anak muda sekarang. Pierre merasakan hal itu dan perlahan memeluk tubuh kecil Arin. Dia mengelus rambut Arin.
"Adek, maafkan mas, mas tidak bermaksud untuk membuat adek sedih sekarang. Mas tau kok adek kuat, adek gapapa kan mas tinggal untuk pergi bertugas nanti nya?"
Arin meluk Pierre erat, "adek tidak apa mas, asal mas selalu ingat dengan keluarga dimana pun tempat mas berpijak. Ingat di rumah ada yg menunggu kepulangan dirimu dengan selamat, adek harap. Mas bisa jaga kepercayaan adek ya mas"
Pierre senyum, "tentu mas selalu ingat adek dan calon bayi kita ini, mana bisa mas melupakan kalian. Do'akan mas selalu ya dek, semoga mas bisa pulang dengan selamat dan sehat wal afiat"
"Aamiin, doa itu selalu adek berikan untuk mas. Kalau sudah bertugas nanti ingat mata nya di jaga yo. Awas saja kalau ketahuan yg aneh-aneh, mata-mata adek banyak loh nanti disana, tak jewer nanti kalo kowe nakal yo mas"
"Adek bisa berikan hukuman apapun kepada mas kalau memang itu ada, mas janji. Mas akan selalu menjaga kepercayaan adek kepada mas, nanti kalau mas dapat kesempatan menelepon. Mas akan menelepon adek secepatnya kalau bisa sampai manjat pohon nanti demi bisa dapat sinyal"
KAMU SEDANG MEMBACA
𝑺𝒆𝒕𝒆𝒍𝒂𝒉 𝑫𝒊𝒂 𝑷𝒆𝒓𝒈𝒊, [𝑃𝑖𝑒𝑟𝑟𝑒 𝑇𝑒𝑛𝑑𝑒𝑎𝑛 𝐹𝑎𝑛𝑓𝑖𝑐]
Fiksi Sejarah"Mbak Arin. Putri kecil Abah yg cantik, jika suatu saat Abah sudah tidak ada lagi, Abah sudah titipkan kamu kepada Nak Pierre, mungkin dia adalah jawaban dari istikharah mu selama ini, Abah restu kan kalian Nak dan Abah juga telah memberikan keperca...