Author POV
Hari ini adalah hari yg paling di tunggu tunggu oleh seorang wanita yg sudah 9 bulan mengandung, ya. Hari ini adalah hari kelahiran bayi pertama Arin dan Pierre. Karena sejak pagi Arin merasakan kontraksi hebat pada perut nya dan dokter menyarankan untuk melaksanakan persalinan di hari ini dan tinggal tunggu jam bersalin nya saja.
Kini Arin sudah duduk di atas kursi roda dan di dorong oleh seorang suster yg memang merawat Arin selama berada di rumah sakit. Mereka menaiki tangga khusus yg memakai kursi roda, Pierre berjalan di belakang suster tersebut.
"Sini sus biar saya saja yg mendorong kursi roda istri saya" tawar Pierre, tapi di tolak sama suster tersebut.
"Tidak perlu Pak, saya bisa sendiri mendorong kursi roda Ibu Arin"
Karena postur tubuh Arin ini tidak terlalu besar dan masih terbilang agak kecil jadi hal itu memudahkan suster yg membantu tidak kesusahan mendorong nya. Pierre masih berada di belakang untuk wanti-wanti agar tidak terjadi apa-apa dengan istri nya.
Lihat kan, yg melarang untuk di tolong si suster nya, jadi jangan berfikir saya tidak mau menolong ya! - Pierre
Setelah beberapa menit berjalan melewati tangga khusus, mereka akhirnya sampai di ruangan bersalin, Arin perlahan menarik nahan dan membuang nafas tersebut agar tidak terlalu gugup menghadapi fase bersalin di dalam ruangan nanti.
Pierre juga selaku suami tentu saja berada di samping Arin, dan berusaha untuk menyemangati sang istri yg berada di tahap kecemasan, dia berjongkok di samping kursi Arin dan tak lupa tangan Arin di elus dengan lembut supaya wanita ini bisa tenang.
"Jangan khawatir, semua nya akan berjalan dengan lancar, Mas memang tidak bisa menemani adek ketika di dalam nanti, tapi yg pasti Mas akan selalu berdoa untuk kesehatan adek dan bayi kita nanti nya, Allah akan berikan kemudahan kepada kita dek"
"Adek hanya takut nanti tidak kuat saat sudah mengejan Mas"
"Adek kuat, Mas tau adek kuat, yakin dengan kekuatan adek, adek pasti bisa melahirkan bayi kita, cemas disaat mau melahirkan itu wajar Mami bilang waktu itu, tapi akhirnya nanti kamu bisa mendapatkan kebahagiaan dengan apa yg sudah kamu usahakan"
Arin tersenyum, dia mengelus pipi Pierre.
"Ibu Arin sudah saatnya masuk ke ruangan ya Bu, Ibu jangan terlalu cemas ya untuk proses bersalin nya, Dokter kami sudah ahli dalam menangani persalinan dan Insya Allah pasti bayi ibu akan lahir dengan selamat"
Kata-kata tersebut sedikit membuat Arin agak tenang, dia menoleh ke arah Pierre yg tersenyum tipis menatap wajah nya, tangan Pierre bahkan tak luput mengelus tangan Arin yg terasa dingin. Arin tau bahwa Pierre juga sangat khawatir padanya, apalagi kali ini adalah kali pertama dia melahirkan.
Suster pelan mendorong kursi Arin hingga masuk ke ruangan, dan salah satu suster mendekat ke pintu untuk menutup nya agar tidak ada siapapun yg bisa masuk terkecuali untuk para ahli medis.
"Permisi ya Pak, saya tutup dulu pintu nya, Bapak bisa menunggu di kursi tunggu selama proses bersalin, jika bayi nya sudah keluar kami akan langsung memberitahukan bapak, terus berdoa ya Pak"
"Baik sus, terima kasih"
Pintu akhirnya di tutup, lampu pemadam yg awal nya mati kini hidup yg menandakan jika persalinan akan di mulai, awal nya dokter menyarankan untuk Arin agar melakukan operasi sesar saja tapi Arin menolak dan ingin melakukan bersalin secara normal saja. Dan dokter akhirnya menyanggupi hal tersebut.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝑺𝒆𝒕𝒆𝒍𝒂𝒉 𝑫𝒊𝒂 𝑷𝒆𝒓𝒈𝒊, [𝑃𝑖𝑒𝑟𝑟𝑒 𝑇𝑒𝑛𝑑𝑒𝑎𝑛 𝐹𝑎𝑛𝑓𝑖𝑐]
Historical Fiction"Mbak Arin. Putri kecil Abah yg cantik, jika suatu saat Abah sudah tidak ada lagi, Abah sudah titipkan kamu kepada Nak Pierre, mungkin dia adalah jawaban dari istikharah mu selama ini, Abah restu kan kalian Nak dan Abah juga telah memberikan keperca...