2

339 125 9
                                    

👑  🐻 👑

👑  🐻 👑

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

🌸🌸🌸

Tidak ada batas antara tidur dan terjaga. Pada mulanya Sera tersungkur dalam alam mimpi penuh pecahan kaca, jeritan, bergelimang darah; lalu dia melihat dirinya sendiri di ruang serba putih, memangku bayi pucat dan tidak mampu bicara. Kemudian dia seperti tersedot berpuluh-puluh mil, jeritan itu datang lagi, memekakkan telinga.

Kini dia melihat sosok Seokjin berdiri di sampingnya, memandangi air langit yang tumpah ruah dari beranda rumah. Bau tanah, rumput, berbaur dengan wangi bunga azalea yang ditanam dalam pot-pot besar, di sepanjang birai beranda.

"Kau tahu, hujan bisa mengabulkan keinginan." Sera mengulurkan lengan sejauh mungkin, menyentuh tetesan air langit dengan telapak tangan. Dia baru saja hendak melangkah turun dari beranda, namun kalimat Seokjin membuat langkahnya berjeda.

"Aku akan menjadi hujan untukmu."

Sera mengalihkan pandang dari hujan pada Seokjin.

"Mengabulkan semua keinginanmu."

Sera memejam, namun sedetik kemudian matanya kembali terbuka. Dia terkesiap mendapati Seokjin menutupi wajah dengan masker, memakai penutup kepala dan mengenakan pakaian serba hijau. Menit berikutnya sorot lampu menerpa wajah Sera, sampai dia sulit melihat sekitar

"Kau tidak menginginkan bayimu, bukan?"

Sera menggeleng, seraya meremas perutnya.

"Bagus. Bayi itu memang tidak berguna."

Seokjin mengangkat tangan ke udara, kilatan pisau terlihat samar di antara jari yang tertutup sarung tangan karet.

"Kalau begitu, kita akan membunuhnya, Sera," katanya, lalu pisau itu menghunus kepada Sera, yang membuat semburan merah menutupi pandangan.

Sera tersentak, bersimbah keringat. Ingatan-ingatan samar menghujam bagai pecahan logam ke dalam biji matanya yang panas; kemarin perutnya nyeri dan sakit, seseorang membawanya ke rumah sakit, orang itu bilang dia ... hamil.

Gadis itu berusaha bangun, kepala berputar sangat cepat saat berhasil duduk. Perlahan-lahan, seperti orang yang berjalan dalam kegelapan, menggapai-gapai, Sera sampai di kamar mandi. Termangu selama lima menit tanpa tujuan, lalu duduk ditoilet selama 30 menit tanpa mengetahui ini hari apa, bagaimana dia bisa kembali ke kamarnya di rumah Seokjin alih-alih ranjang rumah sakit.

"Sera, kau sudah bangun?"

Suara Andrea dari luar kamar mandi membuat Sera kembali tersentak, otaknya yang berdenyut terasa tergunjang, berputar-putar, lalu dia muntah di wastafel tanpa sempat menjawab.

"Kau baik-baik saja?"

Sera memejam, terbatuk-batuk sampai mengeluarkan air mata. Gadis itu membasuh hidungnya yang perih dan panas, lalu berkumur untuk mengusir bau busuk di tenggorok. Air keran yang mengucur deras, menenggelamkan ketukan Andrea di pintu luar. Sera mengamati wajahnya dari kaca wastafel, sekonyong-konyong dia sangat benci pada sosok gadis yang balas menatap.

Blossom TearsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang