👑 🐥 👑
🌸🌸🌸
"Bagaimana perasaanmu setelah benar-benar gagal menikah di hari pernikahan? Kenapa tata bahasaku terdengar rumit?" kata Jimin lebih kepada dirinya sendiri bukan Taehyung.
Dia berdiri bersandar di depan meja kerja, melipat tangan depan dada sambil memandangi Taehyung. Terhitung sudah lebih dari delapan kali dia memaki sambil berdecak, rahangnya mengeras dan gigi-giginya nyaris berderik. Sungguh tidak dibuat-buat atau pun ditutupi, betapa kesalnya Jimin pada sosok sepupu bodoh yang tengkurap di sofa kantornya sejak hampir satu jam lalu.
"Bibi Choeun masuk rumah sakit karena tekanan darahnya terus naik, ayahmu menunda perjalanan bisnis karena harus menjaga bibi yang tidak mau ditinggal. Raina menghilang dan sekarang kau seperti pria tidak waras datang ke sini untuk mengotori sofa mahalku."
Tidak ada tanggapan apa pun dari Taehyung yang memilih memejam, masih dengan posisi telungkup meski Jimin sudah melemparinya dengan pensil dan pulpen.
"Itu akibatnya kalau kau tidak mau mendengarkan nasehatku." Jimin bersikukuh dengan pendapatnya. "Gadis itu baik-baik saja, andai sejak awal kau dan Seokjin setuju. Lagi pula saat aku bertemu dengannya—" kalimat Jimin berjeda lalu dia berjingkat.
"Kapan kau bertemu dengannya?"
"Demi Tuhan!" Jimin mengelus dada, dia tidak ingat kalau Taehyung sudah duduk dan mulai bersuara. Bagi Jimin, suara Taehyung barusan terdengar terlalu berat dan dingin, mirip suara Joaquin Phoenix di film Joker.
"Kapan kau bertemu Sera?" kata Taehyung mengulangi, dia duduk merosot di sofa.
"Di hari pernikahan. Lihat, dia bahkan bisa datang ke pernikahanmu. Hebat sekali." Nada suara Jimin jelas mengejek, dia kembali berdecak lalu menghampiri Taehyung.
"Gadis itu benar-benar sehat, tidak ada indikasi tertekan, stress, atau semacamnya. Sama sekali." Jimin menekankan nada suaranya.
"Aku mulai berprasangka." Jimin menendang kaki Taehyung yang menjulur di bawah meja, sehingga menghalangi jalannya duduk di sofa. "Jangan-jangan Seokjin merencanakan semua kejadian itu," katanya setelah duduk di sofa.
Taehyung tidak menanggapi.
"Kau tahu, sejak awal Seokjin tidak setuju kau menikah dengan Raina," tukasnya.
"Jim, jalan pikirmu terlalu mirip dengan psikopat." Taehyung menghela napas panjang tanpa mengubah posisi duduk, pandangannya menerawang pada langit-langit yang lamat-lamat seperti terjun bebas lalu menghantam wajahnya.
Taehyung berdengap, sementara Jimin kini ikut-ikutan memandangi plafon, mengutarakan argumennya lagi.
"Aku sulit memahami, kenapa Sera bisa sesehat itu padahal dia sangat depresi setelah kejadian. Ini bahan belum genap lima bulan."
KAMU SEDANG MEMBACA
Blossom Tears
FanfictionPesta lajang yang membawa bencana. -- Berawal dari rencana konyol Kim Seok Jin kepada sahabatnya Kim Tae Hyung, berakhir membawa malapetaka yang tidak berkesudahan. Menyebabkan satu korban tidak terduga. Dirundung rasa bersalah pada korban, Seokjin...