Aku sudah di lobi.
Pukul tujuh kurang sepuluh menit, setelah membaca pesan singkat Taehyung sekali lagi, Raina mengenakan mantel lalu keluar dari ruangannya. Dia pamitan pada asistennya, lalu melangkah cepat-cepat menuju lift.
"Dokter Raina, sudah mau pulang?"
Raina menunda menekan tombol lift. Dia tersenyum pada Andrea yang entah dari mana munculnya, tahu-tahu berdiri di sampingnya dalam balutan mantel dan pakaian bepergian.
"Kau juga sudah selesai?" tanya Raina, kemudian mereka berdua masuk lift.
"Sebenarnya hari ini aku libur, tapi karena asisten dokter Yoongi tidak masuk, beliau memintaku untuk menggantikannya," jelasnya tanpa diminta. "Dokter, baik-baik saja?"
"Ya. Kenapa?"
"Dokter terlihat pucat dan kurang sehat."
"Ah, sepertinya aku kurang tidur." Raina mengusap lengan Andrea sekilas. "Terima kasih. Aku baik-baik saja."
"Dokter, pulang sendiri?"
"Ada Taehyung, dia sudah di lobi."
"Oh," Andrea menahan luapan kesal tiap kali mendengar nama itu, tapi tidak bisa dipungkiri kalau terbetik rasa simpati untuk Raina.
Satu menit kemudian mereka sampai di lantai dasar lalu berpisah di lobi. Raina mengedarkan pandang, merapikan tatanan rambut dan mantel ungu muda yang dia pakai. Kemudian dia melambaikan tangan sambil tersenyum lebar pada Taehyung yang berdiri di dekat pintu.
"Lama, ya?" tanya Raina.
Taehyung tidak menjawab, hanya menggeleng lalu berjalan satu langkah di depan Raina.
Rolls Royce Ghost dikendarai Taehyung dalam kecepatan sedang, lalu keheningan menyelimuti keduanya sampai bermenit-menit, larut dalam pikiran.
"Aku baru menyadari sesuatu," ucap Raina tanpa melihat ke Taehyung. "Kau tidak memakai cincin pertunangan kita."
Taehyung terpaku, dia tidak tahu kemana cincin itu pergi. Tahu-tahu jarinya sudah kosong sejak—Nah, dia juga tidak tahu sejak kapan cincin itu hilang dari jarinya, beberapa hari ini dia sudah berusaha mencari cincin itu tapi tidak ketemu.
"Aku lupa di mana meletakkannya, yang pasti ada di rumah, nanti kucari lagi." Taehyung berusaha keras tidak melihat Raina, dia tahu kalau jawabannya menyakiti gadis itu.
"Oh," gumam Raina hampir tidak terdengar.
Keheningan yang kedua lebih menyiksa dari sebelumnya, nyaris membunuh keduanya.
Sewaktu di pemberhentian lampu merah, mereka berdua saling pandang dalam senyap yang menyesakkan. Raina bahkan merasa kalau iris matanya mulai panas dan perih, buru-buru dia mengalihkan pandang ke luar jendela, sebelum Taehyung melihat cairan bening melapisi manik matanya.
"Raina..."
Raina terhenyak dari lamunan, jemari Taehyung menyentuh bahunya. Mereka sudah berada di pelataran parkir apartemen, tanpa pernah dia menyadarinya.
"Sudah—sampai," katanya nyaris terbata, lalu melepas sabuk pengaman.
"Raina, tunggu."
Taehyung memandanginya, menarik bahunya lamat-lamat sampai tubuhnya berada dalam kungkungan kedua lengan. Taehyung mengeratkan pelukan, menelusuri helaian rambutnya.
"Aku selalu menyakitimu, aku sering mengabaikan kata-katamu."
Cairan bening terkumpul cepat di pelupuk mata Raina yang sayu, lalu jatuh bertubi-tubi sampai membuatnya terisak dan napasnya sesak.
KAMU SEDANG MEMBACA
Blossom Tears
FanfictionPesta lajang yang membawa bencana. -- Berawal dari rencana konyol Kim Seok Jin kepada sahabatnya Kim Tae Hyung, berakhir membawa malapetaka yang tidak berkesudahan. Menyebabkan satu korban tidak terduga. Dirundung rasa bersalah pada korban, Seokjin...