4

296 114 1
                                    

👑 🦉 👑

👑 🦉 👑

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

🌸🌸🌸

"Kenapa tiba-tiba?" kata Sera pada Andrea ketika diberitahu tentang kepulangannya ke Jepang pagi ini.

Mereka berdua duduk di ranjang. Andrea sudah rapi pakai mantel bepergian warna pastel, sementara Sera masih terbalut piyama beruang madu dengan wajah lesu.

"Ibuku sakit."

"Ya, kemarin dokter Jin juga bilang begitu padaku, maksudku kenapa cepat sekali? Kenapa baru memberitahuku pagi ini?"

"Maaf." Andrea menunda gerakan menggenggam tangan Sera. "Berjanjilah untuk baik-baik saja selama aku tidak ada."

"Aku sudah sehat, jangan khawatir."

"Oh ya, bawa ini." Andrea mengeluarkan sesuatu dari saku mantel. "Alarm tanda bahaya bila terjadi—pemerkosaan—kejahatan." Andrea buru-buru mengganti kosakata, dia tidak ingin Sera kembali terusik.

Sera menerima benda itu dengan ragu.

"Kau butuh alarm yang membunyikan tanda bahaya minimal 140 desibel, menyemprotkan tinta merah yang tidak bisa dihapus ke wajah penyerangmu, tapi jangan sampai dokter Jin tahu. Kau paham?"

"Memangnya kenapa kalau dokter Jin tahu?"

"Karena—"

"Kau sudah siap, Andrea?"

Andrea terhenyak, buru-buru menarik alarm itu dari tangan Sera dan menyembunyikannya di bawah selimut. Beruntung Sera tidak protes, gadis itu justru segera turun dari ranjang dan menarik ujung bajunya.

"Berjanjilah untuk kembali, Andrea."

Andrea termangu, terpaku dalam manik Sera yang perlahan-lahan berubah berkabut.

"Bolehkan aku memelukmu—sebentar?" kata Andrea.

Butuh tujuh detik bagi Sera sebelum mengangguk samar, perlahan mendekat, membiarkan Andrea memeluk. Rasa hangat yang dibawa lengan Andrea di sekitar bahu, mengantarkan rasa nyaman yang teramat dirindukannya. Dia menyukai kehadiran Andrea di hidupnya, gadis itu sangat membantu di masa-masa sulit. Dan saat dia mulai terbiasa dengan kehadiran Andrea, gadis itu malah pergi.

"Bisakah kau tetap tinggal?" bisiknya, tapi Andrea melerai pelukan sebagai jawaban.

"Sera, Andrea bisa terlambat kalau kau terus menahannya," kata Seokjin.

"Kenapa Dokter Jin tidak memberitahuku lebih cepat?" tanya Sera pada Seokjin, dari atas bahu Andrea.

"Ibunya sakit."

"Aku tahu, tapi tetap saja ini terlalu mendadak."

"Jika keadaan ibunya membaik, Andrea akan kembali ke sini. Ayo Andrea, sudah tidak ada waktu lagi," tambahnya pada Andrea seraya memberi isyarat pada gadis itu bergegas.

Blossom TearsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang