3

317 119 8
                                    


Hari ini salju turun lebih banyak dari hari sebelumnya. Jalanan beku di mana-mana, suhu di sebagian besar kota-kota di Korea Selatan sudah menyentuh angka minus dua. Para petugas pengeruk salju kerja ekstra demi keselamatan pengguna jalan, sembari berharap besok suhu kota bisa berubah jadi lebih hangat.

Termasuk Seokjin, yang tengah berpakaian, bertanya-tanya apakah dia harus menjemput Raina ke desa Arai sebelum rute jalanan ke sana tidak bisa dilewati, apakah sekarang gadis itu sudah merasa lebih baik.

Kendati dia sudah berjanji pada Raina agar mengabaikan gadis itu, memenuhi permintaan Raina merahasiakan kepergiannya kepada Taehyung dan semua orang. Seokjin tetap merasa khawatir meskipun itu adalah idenya, takut akan kondisi dua sejoli bila terpisah terlalu lama.

Apa lagi setelah Taehyung mantap dengan keputusan memperkarakan kasus kelam di awal tahun nanti. Semua berkas sudah disiapkan, hanya tinggal menunggu hari untuk pengajuan ke kejaksaan.

Hukuman minimal 10 tahun penjara dan denda puluhan juta won diperkirakan menjerat Taehyung, Seokjin membayangkan hukuman itu sambil mengenakan sepatu lalu memakai mantel tebal hijau tua sepanjang lutut.

Pengacara Edgar berjanji mengupayakan yang terbaik, termasuk menjauhkan Taehyung dari hukuman kebiri kimia yang baru-baru ini mulai dicanangkan di negaranya. Seokjin tidak mau membayangkan hukuman yang satu itu, memikirkan kata 'penjara' saja sudah membuatnya sakit kepala.

Jika selama masa hukuman Taehyung bersikap baik dan kooperatif, bisa jadi sahabatnya itu mendapat remisi setahun atau paling banyak dua tahun. Namun Seokjin sangat berharap, Taehyung bisa dapat pengurangan masa pidana lebih dari tiga tahun.

Suara getaran ponsel yang diletakkan di atas meja kaca, mengalihkannya dari semua pikiran penat. Satu pesan yang membuatnya terkejut dan tersenyum bersamaan, memenuhi layar.

Ternyata idemu manjur jga. Ak sdh lbih baik, tp tolong jgn dtng utk mencariku ke sini.

Seokjin menghela napas singkat, lalu membalas pesan; Taehyung akan disidang—Seokjin menghapus pesan itu, menghela napas lagi, panjang dan berulang, lalu kembali mengetik balasan.

Darimana kau tahu aku sdang merencanakn itu, Raina? Cepat kmbali, semua orang kawatir.

Dia berhasil mengirim pesan dan keluar dari kamar, ketika Sera baru saja hendak mengetuk pintu ganda yang terbuka setengah. Gadis itu tampak segar dengan kemeja panjang bunga-bunga di balik sweater ungu yang dilapis mantel warna senada, tersenyum tipis kepadanya sembari melilitkan syal sewarna gading sampai menutupi setengah dagu.

Seokjin baru hendak bertanya di mana Andrea, tapi Sera sudah memberitahu kalau Andrea izin kuliah karena demam ringan.

"Cuaca makin parah saja," kata Sera ketika mereka hendak keluar rumah, dia menoleh pada Seokjin yang bergeming di muka pintu.

"Tidak apa-apa kan, ke kampus tanpa Andrea?"

Sera mengangguk singkat. Sambil membenarkan tata letak tali tas di bahunya yang kecil, dia berkata.

"Kalau sudah di kampus, aku lebih sering sendirian ketimbang bersama Andrea. Aku lebih suka begitu, aku yang ingin seperti itu," tambah Sera cepat-cepat, lalu buru-buru masuk ke mobil tanpa menunggu tanggapan Seokjin.

"Sepertinya Andrea lagi ada masalah," kata Sera.

Seokjin melirik Sera dari ujung mata ketika mobil mereka berbelok ke jalan Ewhayeodae-gil, dia kembali bertanya-tanya bagaimana kepribadian Sera sebelum kejadian itu menghantam hidupnya.

Sampai sekarang Seokjin sulit membedakan, jalan pikir Sera di bawah tekanan mental atau memang Sera seperti itu sejak awal. Dia bahkan tidak tahu siapa sebenarnya Cho Sera, dia cuma tahu Sera yatim piatu dari salah satu panti asuhan di Busan tapi tidak pernah mengecek sendiri, hanya bermodal keterangan dari Jimin tempo hari.

Blossom TearsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang