20

448 84 4
                                    

Warning : ooc, typo,
Bahasa tidak baku

X

Hinata sedikit merasa kasihan melihat Sasuke yang kesusahan berjalan, dengan inisiatif Hinata bergegas membantunya.

Begitu Hinata berjalan mendekat ke arahnya, dan bahkan belum menyentuh tangannya, Sasuke berkata dengan ketus, tatapan matanya melihat kebawah.

" Jangan menyentuh ku "

Cahaya bulan bersinar melalui jendela kaca di koridor, dan jatuh ke matanya seolah-olah embun beku telah tumbuh.

Hinata melengkungkan jari-jarinya, seperti hangus oleh api, ia mundur selangkah tanpa sadar.

Sasuke terhuyung-huyung ke dinding dan terus berjalan ke depan, berhenti setelah beberapa langkah. Bernafas dengan hati-hati dan susah payah.

Melihat punggung Sasuke yang keras kepala itu, Hinata menggertakkan giginya, dengan cepat menyusul tanpa melihat wajahnya, mengangkatnya dan membantunya ke kamar.

" Kau, lepaskan..."

Sasuke ingin melepaskan diri, tetapi rasa sakit yang ia derita, membuatnya mau tidak mau didukung oleh Hinata.

Di kamar, Sasuke akhirnya mengumpulkan sedikit kekuatan dan berjuang untuk mendorong Hinata menjauh.

Dengan suara bang, punggung Hinata terhempas ke pintu, tidak peduli seberapa baik amarah yang Hinata miliki, itu hanya akan terkikis oleh sifat Keras kepala Sasuke.

" Bisakah kau menghentikan amarah mu itu di saat seperti ini ? "

Hinata berkata dengan suara rendah.

" Berapa umurmu ? Tidak bisa kah kau membedakan apa yang harus dan tidak harus kau lakukan saat ini ?"

Sasuke perlahan-lahan menggerakkan tubuhnya sedikit demi sedikit, persendiannya seperti roda gigi berkarat, dan setiap kali lengannya terangkat sedikit, dan berhenti beberapa kali. Setelah beberapa kali usaha, dia melepas mantelnya dengan susah payah dan melemparkannya ke karpet.

Sasuke berbalik dengan lesu

" Pergi, aku tidak ingin melihat siapa pun "

Merah selalu terlihat menakjubkan dengan latar belakang putih. Hinata menatap punggungnya dengan kaget. Hinata tidak tahu apakah dia terlalu banyak bergerak atau sudah seperti itu di jalan.

Ada noda darah di baju putih yang baru saja diganti.

" Tidak kah kau mengerti bahasa manusia ? "

" Luka mu.. berdarah lagi "

Tadinya Hinata sedikit marah, tetapi saat melihat Sasuke terluka parah, Hinata merasa rasa takut sedikit kembali, dan tidak bisa berbicara dengan lancar.

Sasuke menoleh untuk melihat punggungnya, dan berkata dengan acuh tak acuh

" Aku tidak akan mati, bukankah selalu berdarah normal untuk ku ? "

Perban di sekujur tubuh. Benar saja, darah semakin mengolesinya, mewarnai sepotong besar kain perban menjadi merah.

Pria itu bahkan tidak melihat kemeja yang berlumuran darah, dia terjatuh di tempat tidur, dan tidak bergerak.

Hinata takut jika Sasuke pingsan, Hinata memutuskan mendekat dan memperhatikan dengan seksama untuk beberapa saat. setelah memastikan bahwa Sasuke baik-baik saja, Hinata melipat selimut di ujung yang lain dan menutupi bawah pinggangnya.

Dilihat lebih dekat ternyata banyak bekas luka lama di punggung Sasuke yang tidak ter perban, dan polanya juga berbeda.

Hinata memang ingat jika pria itu memang sering terluka, tapi kebanyakan adalah luka ringan karena perkelahian, sebuah plester luka sudah cukup. Hanya ada satu luka yang terlihat sangat parah, tetapi seluruh punggungnya berwarna biru dan ungu, bahunya juga membengkak, seperti dipukul dengan tongkat atau semacamnya.

Sweet ScarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang