chapter 10

23K 773 5
                                    

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيم
.
.
.

Agama bukan hanya untuk pengetahuan atau hanya sekedar untuk dipahami. Tetapi perlu diterapkan dikehidupan sehari-hari.

- Aldevaro Ghazi Atharrayhan -
.
.

Di kamar yang cukup luas untuk menampung empat orang dengan terdiri atas masing-masing kasur yang tatkala diduduki oleh gadis bermata cokelat tersebut.

" Dad, tolong angkat telfon Xavia, " gumam Xavia yang menarik perhatian teman sekamarnya.

" Mbak, tidur! sudah malam "

" Sebentar, " sahut Xavia.

" Nanti malah takut diperiksa oleh keamanan mbak, " peringat Nadin dengan mata yang sudah sayu.

" Cerewet, tidak lihat aku sedang berusaha untuk menelfon daddy? " cerca Xavia.

" Besok dicoba lagi ya mbak, daripada nanti telat tahajud, " ucap Nadin.

" Jika sampai nanti mbak Xavia tidak bangun terus disiram air sama ustadzah, kita tidak mau membantu, " sambung Mira ikut menyahuti.

" Kenapa begitu? jangan durhaka dengan orang yang lebih tua! " tutur Xavia dengan nada yang sedikit tinggi.

" Sadar diri juga kalau sudah tua, " sahut Mira berniat menggoda Xavia.

" Heh bocah kecil! aku sudah dewasa, masih muda. tidak seperti kalian yang masih bau minyak telon, " ejek Xavia.

" Memangnya bayi, " ujar Mira.

" Itu tahu, kamu itu baru brojol jadi jangan banyak tingkah! " sahut Xavia dengan menampilkan tatapan sinis nya.

" Mbak, Mira sudah jangan bertengkar! tidak enak jika terdengar sampai kamar sebelah, " ucap Nadin menasehati.

" Aku sungguh gemas dengan kalian berdua. ingin rasanya aku cubit-cubit, " ujar Xavia menahan kekesalannya.

" Kenapa aku ikut kena? " protes Nadin.

" Kalian berdua cerewet. sana tidur! tidak baik anak kecil tidur larut malam "

" Ayo tidur Nad, menurut sama kakak tertua, " ajak Mira.

" Kuatkan hamba untuk menghadapi para anak kecil ini ya Allah, " ucap Xavia dramatis.

•••

Disela-sela perjalanan menuju asrama, atensi ketiga gadis itu teralihkan oleh segerombolan orang yang saling berkerubung di lapangan.

" Ada apa itu? "

" Iya kenapa banyak yang kumpul di lapangan? " tanya Mira ikut terheran.

" Ayo lihat! aku penasaran, " ajak Xavia untuk mendekati area lapangan.

" TAHU APA KESALAHAN YANG DIPERBUAT TEMAN-TEMAN KALIAN INI? " teriak ustadz Yusuf.

Semua santri yang berkerumun di lapangan sontak menggelengkan kepala serentak dan menunduk takut.

" Saling berkirim surat, tak lain adalah surat cinta "

" Astaga, kirim-kiriman surat saja dipermasalahkan? " ucap Xavia dengan pikiran yang heran.

" Ya memang tidak boleh mbak, " sahut Nadin.

Guliran Tasbih Aldevaro [Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang