بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيم
.
.
.
.
.Sepasang suami istri yang sedang hangat-hangatnya ini terlihat begitu manis mendudukkan diri mereka masing-masing di kursi yang berhadapan langsung dengan wanita setengah baya berjas putih didepan mereka. di ruangan berbau obat-obatan yang kini membuat mereka terlihat sedikit gugup akan perkataan yang akan dilontarkan oleh wanita setengah baya tersebut.
" Jangan tegang seperti itu! tidak ada yang perlu dikhawatirkan. dan juga umur kandungannya baru berjalan tiga minggu, " ucap sang dokter menatap sepasang suami-istri yang duduk dengan kaki dihadapannya.
" Alhamdulillah, kamu dengar bukan mas, " gumam Ning Ziya mengucap syukur atas nikmat yang telah sang maha kuasa titipkan di rahimnya.
" Benar dokter? kandungan istri saya sehat-sehat saja bukan? apa ada pantangan untuk istri saya? kira-kira vitamin apa saja yang harus dikonsumsi oleh istri saya selama masa kehamilan ini? " tanya Gus Varo tanpa jeda yang dihadiahkan kekehan geli dari istrinya.
" Kandungannya sehat. untuk pantangan setiap ibu hamil berbeda-beda. saya akan tuliskan beberapa anjuran untuk perkembangan janin istri anda, " jawab wanita itu yang mulai mencoret kan tinta hitam diatas kertas putih dengan lihai.
Setelah dirasa tak ada yang perlu dilakukan lagi, calon ibu dan calon ayah itu mulai beranjak pergi meninggalkan ruangan berbau khas obat-obatan milik rumah sakit.
" Mas, nanti kamu yang masak ya, " ucap Ning Ziya sesaat ia telah mendudukkan dirinya di kursi samping kemudi.
" Masak apa sayang? kamu mengidam? " tanya Gus Varo tanpa menatap kearah istrinya dan fokus untuk mulai mengemudikan mobil yang mereka tumpangi.
" Sesuatu yang pedas dan juga yang manis-manis, " jawab Ning Ziya begitu antusias.
" Jangan yang pedas! " tolak Gus Varo yang melarang keinginan istrinya.
" Kata dokter boleh. kalau kamu tidak mau masak, aku beli sendiri nanti, " gerutu Ning Ziya yang wajahnya sudah berubah pias.
" Ingat tidak kalau kamu kemarin sudah makan yang pedas-pedas? dokter bilang boleh, tapi yang perlu digarisbawahi itu tidak boleh terlalu sering, " balas Gus Varo.
" Tidak sering. minggu ini aku baru satu kali makan makanan pedas. itupun kemarin, " gumam Ning Ziya tak mau kalah.
Gus Varo hanya menghela nafas nya. menghadapi ibu hamil yang sensitif memang butuh kesabaran lebih.
" Oke, mas akan masak untuk kamu nanti, " pasrah Gus Varo yang tidak ingin melihat raut wajah sedih milik istrinya.
" Serius? " tanya Ning Ziya dengan mata berbinar menatap kearah sang suami.
" Mas pernah bohong? "
" Siapa tahu kamu pernah bohong atau tidak, " jawab Ning Ziya santai dan dibalas gelengan kecil oleh Gus Varo melihat reaksi Ning Ziya.
" Jangan lupa nanti yang manis-manis harus brownis cokelat ya mas! " lanjut Ning Ziya mengingatkan suaminya.
" Tanpa kamu ingatkan juga mas tahu apa kesukaan kamu, " balas Gus Varo menarik pelan tangan kanan Ning Ziya dan seperkian langsung mengecup dengan penuh cinta.
" Terimakasih mas sayang, " ujar Ning Ziya tersenyum begitu cerah dan meninggalkan satu kecupan di pipi suaminya yang membuat Gus Varo sendiri tak kalah terkejut akan tingkah tiba-tiba istrinya.
" Kalau ingin cium bilang dulu. ini mas sedang menyetir, " ucap Gus Varo setelah bangkit dari keterkejutannya.
" Berarti kalau sedang berada dirumah boleh? bukannya mas tidak sedang menyetir saat itu? " goda Ning Ziya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Guliran Tasbih Aldevaro [Terbit]
SpiritualKesalahan karena kabur dari Mesir saat pendidikan membuat seorang gadis terpaksa dimasukkan ke sebuah pesantren ternama di kota. namun karena hadirnya sebuah fakta dan adanya kejadian yang akhirnya membuat gadis itu trauma terhadap pesantren. Bertum...