بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيم
.
.
.
.
.Kamar dengan nomor seratus tujuh yang kini yang menjadi tempat istirahat mereka. lihatlah, bahkan kamar hotel itu sudah disulap bagaikan taman bunga. bagaimana tidak, berbagai macam bunga memenuhi kamar mereka. bahkan bau wangi dari bunga-bunga itu begitu semerbak memasuki rongga hidung mereka begitu membuka pintunya.
" Sepertinya perlu dibersihkan terlebih dahulu mas, " ujar Ning Ziya.
" Kenapa? " tanya Gus Varo.
" Kamu lihat saja sendiri. bunga nya banyak sekali, " celetuk Ning Ziya.
Gus Varo terkekeh mendengar celetukan istrinya. tidak salah memang. seperti yang mereka lihat saat ini.
" Bunga yang ada di atas kasur saja dibersihkan. untuk dekorasi bunga lainnya biarkan saja, " sahut Gus Varo.
Ning Ziya mengangguk setuju dan mulai beranjak untuk membersihkan bunga-bunga yang bertaburan di kasurnya agar saat mereka beristirahat akan merasa nyaman.
Disela-sela sang istri membersihkan taburan-taburan bunga, Gus Varo hanya memperhatikan pergerakan istrinya dan mengucapkan sebuah kalimat.
" Kamu hari ini datang bulan? "
Mendengar ucapan suaminya, Ning Ziya memberhentikan kegiatannya dan langsung memutar tubuhnya menghadap Gus Varo.
" Kenapa kamu tanya seperti itu? "
" Mas ingin mengajak kamu sholat sunnah pengantin, " jawab Gus Varo.
" Aku sudah suci beberapa hari yang lalu mas, " ujar Ning Ziya dan kembali pada kegiatan awalnya.
" Baguslah. setelah ini kamu bersih-bersih dulu, setelah itu wudhu dan kita sholat sunnah sebelum nanti kita juga sholat dhuhur berjamaah, " jelas Gus Varo.
" Iya mas. kamu mandi lebih dulu saja kalau gerah. nanti aku siapin baju kamu, " suruh Ning Ziya menatap kearah pria yang telah menjadi suaminya.
Mengenai pakaian, para orang tua yang membawakan untuk mereka. para orang tua itu memasukkan beberapa pakaian mereka kedalam mobil yang ditumpangi oleh mereka sebelumnya.
Untuk acara resepsi nanti, mereka berdua akan bersiap langsung di ruangan yang ada di gedung resepsi mereka.
" Iya humaira, " jawab Gus Varo lembut.
" Setelah sholat kamu ingin makan apa mas? aku akan siapkan nanti, " tawar Ning Ziya.
" Terserah kamu saja. tapi kemungkinan nanti umi yang akan mengantar langsung ke sini "
Ning Ziya hanya mengangguk dan membiarkan suaminya berjalan kearah kamar mandi untuk membersihkan dirinya.
Setelah beberapa jam terlewati, waktu sekarang sudah menunjukkan pukul tujuh malam. resepsi pernikahan dilaksanakan tepat setelah sholat isya'. bahkan tamu-tamu sudah banyak berdatangan. mulai dari para rekan kerja Anthony, teman-teman dari kedua orangtua Gus Varo dan Ning Ziya sampai teman-teman dari Gus Varo sendiri.
Sebenarnya Ning Ziya juga mengundang beberapa teman dekatnya yang berada di Dubai sebab ia sendiri tidak memiliki teman di Indonesia. mungkin hanya beberapa santri putri dari pesantren keluarganya yang sempat menjadi teman sekamarnya dulu. mereka juga ikut dalam acara akad tadi pagi. mengenai temannya yang berada di Dubai, sayangnya mereka semua tidak bisa menghadiri acara bahagianya dikarenakan jadwal padat yang dimiliki oleh mereka.
Para tamu sekarang sedang menunggu pengantin memasuki aula gedung pernikahan. Ning Ziya sendiri masih dalam proses makeup yang sebentar lagi akan selesai.
KAMU SEDANG MEMBACA
Guliran Tasbih Aldevaro [Terbit]
SpiritualKesalahan karena kabur dari Mesir saat pendidikan membuat seorang gadis terpaksa dimasukkan ke sebuah pesantren ternama di kota. namun karena hadirnya sebuah fakta dan adanya kejadian yang akhirnya membuat gadis itu trauma terhadap pesantren. Bertum...