بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيم
.
.
.
.
.Semua pasang mata memusatkan diri mereka kepada Anthony yang bersiap untuk menjelaskan bagaimana bisa Xavia berakhir ditangannya.
" Saat saya lulus dari sekolah menengah, saya memutuskan untuk ke Indonesia. lebih tepatnya ke pesantren milik keluarga kak Kirana. saya ingin menemui mereka karena sudah lama tidak berkomunikasi. ada satu alasan lagi yang akhirnya membuat saya mengambil keputusan itu. kedua orang tua saya meninggal, " ucap Anthony.
" Apa? meninggal? " tanya Ning Kirana dengan gumaman nya.
" Kedua orang tua saya meninggal karena kecelakaan. sejak saat itu saya lah yang mengambil alih perusahaan disaat usia saya sendiri belum menginjak angka dua puluh tahun. singkat cerita ketika saya telah menginjakkan kaki di negara ini. saat itu saya sedang menyuruh anak buah saya untuk membelikan sesuatu di minimarket terdekat. tapi entah kenapa tiba-tiba pandangan saya teralihkan ke sebuah keranjang tepatnya disamping tong sampah. saya akhirnya melangkahkan kaki saya menuju keranjang itu. kalian tau apa yang saya dapatkan disaat melihat isi dari keranjang itu? "
Semua orang terdiam memperhatikan dan membiarkan Anthony tetap berbicara.
" Saya mendapati seorang bayi perempuan. ya, bayi itu adalah Xavia sendiri. entah magnet dari mana, saya akhirnya memutuskan untuk mengasuhnya mulai detik itu juga. saya memberinya nama Xavia karena teringat dengan pembicaraan saya dan juga kak Kirana dulu saat masih kecil. saya yang awalnya berniat untuk menemui keluarga kak Kirana akhirnya tidak jadi karena mengingat keadaan Xavia. saya tidak berniat untuk mencari tau siapa orang tua dari Xavia. tapi akhirnya semua terbongkar disaat saya mencari informasi tentang kak Kirana. disana tertera bahwa kalian memiliki tiga orang anak. tetapi anak kalian yang pertama hilang karena kesalahan dalam penculikan. penculik itu seharusnya mengambil bayi sepasang orang tua dibelakang kalian saat itu. tapi dengan bodohnya mereka malah salah menculik bayi dan berakhir membuang Xavia begitu saja. singkat cerita, saya akhirnya menikah saat sudah menginjak angka dua puluhan. tapi kabar buruknya, diusia satu tahun pernikahan istri saya meninggalkan Xavia dengan saya karena kecelakaan mobil dan membawa calon adik Xavia ikut pergi bersama nya, " jelas Anthony menceritakan semua kronologi nya.
Semua orang tertegun. tidak menyangka saja atas semua kejadian ini. bahkan sekarang, semua anggota keluarga malah menitikkan air mata mereka. mereka merasa bersalah. disisi lain mereka juga sedikit lega dikarenakan putri mereka ditemukan oleh orang seperti Anthony yang tak lain saudara sepersusuan dari Ning Kirana sendiri.
" Putriku, Ziya, " lirih Gus Mahen dengan menundukkan kepalanya berniat menyembunyikan wajah yang sudah teraliri oleh air matanya.
Setelah hawa mencekam di ruangan itu sedikit reda, Anthony berniat membuka pembicaraan mereka lagi.
" Sekarang saya bertanya, bagaimana kalian bisa begitu lalai menjaga Xavia? " tanya Anthony menginterogasi.
" Ini salahku, seharusnya aku menjaga Ziya dengan benar. seharusnya aku tidak meletakkannya di stroller tanpa pengaman saat itu. seharusnya aku menggendong Ziya hingga mereka tidak dapat menculik putriku. maaf, seharusnya dulu aku tidak membawa Ziya ke tempat yang minim orang. ini salahku, hukum saja aku. aku ibu yang tidak becus. aku sudah membuat putriku menderita. aku membuatnya sakit hati dengan perkataan ku, ibu nya sendiri. aku takut Ziya tidak memaafkan ku. aku takut, " ujar Ning Kirana menangis dan terus saja menyalahkan dirinya sendiri atas semua kejadian yang telah menimpa Xavia.
" Tidak. ini salahku. seandainya saat itu aku tidak meninggalkan kalian berdua, pasti aku bisa menyelamatkan Ziya, " sahut Gus Mahen dengan teramat lirih.
Semua manusia yang ada di ruangan itu ikut terbawa suasana. bahkan sang ibu dari Gus Varo pun ikut menangis merasakan kepedihan mereka.
" Kak Ziya maafkan Amara. maafkan adikmu yang kurang ajar ini, " gumam Ning Amara didalam hatinya.
Setelah sekian menit terdiam dan hanya diisi dengan acara tangisan, Anthony mulai membuka mulutnya lagi untuk memulai pembicaraan yang masih tertunda.
" Maaf, ini salahku yang tidak mencari tahu siapa orang tua Xavia, " ucap Anthony.
" Tidak ada gunanya berandai-andai sekarang. semua sudah terjadi. ini semua takdir Allah. anggap saja Allah sedang menguji kalian dan ingin melihat seberapa besar keimanan kalian kepada-Nya. Allah menguji seseorang melalui orang yang dicintainya. kalian seharusnya bersyukur karena Xavia masih hidup dan tumbuh dengan baik sampai saat ini. setidaknya kalian masih bisa melihat dirinya. dan juga pertemuan Xavia dengan saya bukanlah hal yang kebetulan, itu semua sudah masuk ke skenario Allah. Allah maha mengetahui apa yang ada didalam hatimu. mungkin saja Allah mengirimkan Xavia untuk saya jaga sekaligus menjadi teman saya disaat keterpurukan sedang melanda diri saya, " ujar Anthony melanjutkan ucapannya dan tak lupa nada nya yang begitu lesu.
Anthony berpikir, apa sekarang ia akan berpisah dengan permata hidupnya? apakah dia akan kembali hidup menyendiri lagi?
Disaat ia berpikir, Anthony teringat satu hal. bukankah ia ingin menemui putrinya? ia ingin memberi pelajaran kepada berandalan yang sudah berani menyakiti putrinya apalagi dengan lancangnya hampir saja melecehkan Xavia.
" Saya ingin bertemu putri saya, " ucap Anthony kembali dingin dengan menatap datar semua orang yang ada di ruangan itu.
" Saya ingin memberi perhitungan kepada para berandalan itu "
" Arsha, " tegur kyai Alif memanggil Gus Arsha.
Gus Arsha pun menoleh karena dirinya lah yang ditegur oleh sang kakek. Gus Arsha yang pada dasarnya sudah mengetahui apa maksud dari sang kakek, akhirnya mengangguk patuh.
" Na'am, saya akan membawa nya kemari, " ujar Gus Arsha.
" John, " panggil Anthony yang ditujukan kepada tangan kanannya.
" Baik tuan. anda perlu sesuatu? " ucap John yang langsung mendekat kearah Anthony.
" Ikutlah dengannya! " perintah Anthony yang langsung dilaksanakan oleh John.
" Baik tuan, " sahut John dengan patuh menerima perintah dari Anthony.
Akhirnya, kedua orang tersebut yang tak lain adalah Gus Arsha dan juga John meninggalkan ruangan itu menuju tempat dimana seharusnya Xavia berada.
Di tengah perjalanan menuju asrama putri, mereka berdua tak sengaja bertemu dengan ustadzah Fara.
Gus Arsha berpikiran untuk meminta bantuan kepada ustadzah Fara. karena tidak mungkin dirinya lah yang harus masuk ke asrama putri. apa kata orang nanti, jika ia menyelinap ke daerah asrama putri. walaupun pesantren ini milik keluarganya sendiri, tapi lebih baik ia mematuhi aturan yang telah ada saja.
" Assalamualaikum, ustadzah Fara "
" Waalaikumussalam, Gus Arsha, " jawab ustadzah Fara sopan dan menundukkan kepalanya.
" Apa saya bisa meminta tolong kepada ustadzah? " tanya Gus Arsha.
Ustadzah Fara mengernyitkan dahinya. dia berpikir, kira-kira cucu dari pemilik pesantren ini ingin meminta bantuan apa?
" Boleh Gus, saya bersedia membantu anda "
" Kalau begitu, boleh panggil kan mbak Xavia ke ndalem? karena tidak mungkin saya masuk ke asrama putri untuk memanggil mbak Xavia, " ucap Gus Arsha menjelaskan tujuannya.
" Baik Gus, saya akan segera menyampaikan amanat anda ke Xavia, " sahut ustadzah Fara mengiyakan perkataan Gus Arsha walaupun didalam otaknya bertanya-tanya tentang alasan mereka meminta Xavia menuju ndalem.
" Syukron, " ujar Gus Arsha.
" Wa iyyaka, Gus, " balas ustadzah Fara sebelum akhirnya beranjak untuk pergi menemui Xavia.
.
.
.
.
.Vote dan komen!!
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلٰى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلٰى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ
KAMU SEDANG MEMBACA
Guliran Tasbih Aldevaro [Terbit]
SpiritualKesalahan karena kabur dari Mesir saat pendidikan membuat seorang gadis terpaksa dimasukkan ke sebuah pesantren ternama di kota. namun karena hadirnya sebuah fakta dan adanya kejadian yang akhirnya membuat gadis itu trauma terhadap pesantren. Bertum...