بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيم
.
.
.
.
.Pagi hari ini kegiatan berjalan seperti biasanya yang dimana para santri sedang bersekolah. tapi lain halnya dengan Xavia yang menyibukkan diri dengan meronce butir demi butir manik-manik berwarna silver dengan menambahkan sebuah inisial nama G disana.
" Ini yang terakhir, setelah ini tidak lagi. anggap saja sebagai kenangan terakhir dari Xavia, " gumam gadis itu lirih. entah apa yang ada dipikirannya sehingga gadis itu melontarkan kata-kata seperti itu.
Setelah menyelesaikan pekerjaannya, Xavia beranjak keluar dari asrama untuk mencari seseorang yang akan diberikannya tasbih buatan Xavia sendiri.
Ya, hasil dari roncean manik-manik tadi adalah sebuah tasbih.
Saat asik berkeliling, Xavia mendapati kucing milik Ning Amara sedang mencakarkan kuku-kuku tajamnya di sebuah pohon.
" Kucing Ning Amara kenapa disini? " ucap Xavia bermonolog dan dibalas suara mengeong dari kucing berbulu putih tersebut.
" Kemarilah, " panggil Xavia menarik perhatian hewan berbulu itu.
" Xavia, " panggil seseorang.
" Gus Varo? "
" Kamu sedang apa berada disini? " tanya Gus Varo akan keberadaan gadis itu.
" Tidak ada Gus, hanya bermain dengan kucingnya Ning Amara, " jawab Xavia.
" Kamu tidak ada kegiatan lain? "
" Tidak ada, semua orang sedang sibuk sendiri, " gumam Xavia sedikit lirih namun tetap terdengar oleh lelaki itu.
" Kamu sudah sholat dhuha? " tanya lelaki itu lagi.
" Belum, Gus Varo mau sholat berjamaah dengan saya? " tanya Xavia dengan tampang yang terlihat jahil.
" Tidak perlu, tadi saya sudah sholat dan yang perlu diingat kita bukan mahram, " jawab Gus Varo.
" Mumpung Gus Varo disini saya ingin beri sesuatu, " ujar Xavia mulai mengeluarkan benda yang sedari tadi dibawa olehnya.
" Tasbih? "
" Ambil saja. ini untuk Gus Varo, " tutur Xavia menyodorkan tasbih berwarna silver yang berada digenggaman nya.
" Untuk apa kamu kasih saya ini? " tanya Gus Varo agak terheran akan sikap tiba-tiba gadis di depannya.
" Tentu saja untuk berdzikir. memang Gus pikir untuk apa lagi? " balas Xavia.
" Saya tahu, tapi saya sudah memiliki tasbih sendiri, " sahut Gus Varo yang berniat menolak pemberian Xavia.
" Terima Gus, saya membuat ini dengan susah payah. di tasbihnya juga ada inisial nama Gus Varo, " jelas Xavia berharap jika lelaki itu bergegas menerima pemberiannya.
Gus Varo terdiam mengamati tasbih yang masih berada digenggaman Xavia. Xavia yang merasa tidak ada respon dari Gus Varo pun langsung memasukkan tasbih itu ke dalam saku kemeja miliknya tanpa persetujuan dari sang empu.
" Astagfirullah, apa yang kamu lakukan? Menjauh dari saya! " ujar Gus Varo terkejut dengan apa yang dilakukan Xavia dan sedikit memundurkan tubuhnya untuk menghindari gadis itu.
" Gus Varo lama, jadi langsung saya masukkan ke sana. Gus sendiri yang mendatangi saya. Kenapa jadi saya yang di marahi? Nanti jika ada yang salah paham karena keberadaan kita berdua jangan bawa-bawa saya! " jawab gadis itu tanpa rasa bersalah.
" Tidak sopan. Saya sudah berjarak jauh dengan kamu. Justru kamu yang dengan lancangnya dekat-dekat dengan saya, " desis Gus Varo sedikit merasa kesal.
" Tidak baik menolak pemberian orang. lagipula saya tidak berniat macam-macam seperti apa yang Gus pikirkan, " ujar Xavia tanpa menatap Gus Varo dan beralih bermain dengan hewan berbulu didekatnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Guliran Tasbih Aldevaro [Terbit]
SpiritualKesalahan karena kabur dari Mesir saat pendidikan membuat seorang gadis terpaksa dimasukkan ke sebuah pesantren ternama di kota. namun karena hadirnya sebuah fakta dan adanya kejadian yang akhirnya membuat gadis itu trauma terhadap pesantren. Bertum...