chapter 33

20.8K 719 3
                                    

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيم
.
.
.
.
.

Jakarta, Indonesia

Di lantai senilai jutaan itu tergesek oleh beberapa sepatu. suara langkah kaki menggema di tempat yang berdominan silver tersebut. hingga terhentilah beberapa orang itu disebuah ruangan yang lumayan luas.

" Sweety, now go to rest in your room, " ucap seorang pria dengan suaranya yang begitu manly.

" Istirahat lagi? " tanya gadis itu dengan nada malas.

" Hm. daddy akan pergi mengurus sesuatu terlebih dahulu "

" Oh ayolah, apa daddy akan meninggalkan ku sendirian di penthouse yang begitu luas ini? " tanya Xavia dengan menunjukkan rengekan manjanya kepada sang ayah. bahkan tangan Anthony pun tak lepas dari putrinya.

" Just a moment, sweety, " jawab Anthony dengan lembut memberi pengertian kepada putrinya.

" No! " sahut Xavia menolak permintaan Xavia.

" Xavia Alber, " ujar Anthony dengan suara yang tenang dan begitu rendah. tapi berhati-hatilah dengan peringai Anthony yang satu ini.

" Daddy menyebalkan! i don't like you! " ucap Xavia dengan nada yang begitu kesal. tak cukup sampai disitu, wajah cantiknya pun tertekuk dengan masam.

" Jangan seperti anak kecil, Xavia! " seru Anthony.

" Memang kenapa? bukankah daddy selalu memperlakukanku seperti anak kecil, " jawab Xavia dengan nada ketus. tidak sopan memang. tapi begitulah gadis bermarga Alber ini jika ia  sedang dalam kondisi yang kesal.

" Apa daddy pernah mengajarimu berbicara ketus kepada orang tua hm? " tanya Anthony dengan nada rendah.

Anthony menghela nafasnya. inilah kesalahannya. terlalu memanjakan putrinya. ya walaupun ia tak segan-segan untuk menegaskan putrinya jika gadis itu salah. tapi apa daya jika sifat manja nya itu masih terikat didalam dirinya.

" Daddy tidak akan memanjakan mu lagi sekarang, " sambung Anthony menatap wajah masam Xavia.

" Huh? seriously? " ujar Xavia menatap sang ayah tak percaya.

" Why not? "

" Kamu akan segera menikah, jadi bersikaplah dewasa mulai sekarang. dan jangan pernah menunjukkan muka masam mu itu kepada suamimu atau orang yang lebih tua! bukankah daddy pernah mengatakan hal ini sebelumnya? " jelas Anthony.

" Aku tahu. aku juga tidak pernah melupakan semua ajaran daddy pada Xavia. hanya saja aku kesal dengan daddy sekarang, " jawab Xavia dengan menunduk karena merasa bersalah kepada sang ayah.

" Maaf daddy, " sambung Xavia dengan pelan dan memainkan jari-jari lentiknya persis seperti anak kecil ketika dimarahi oleh kedua orangtuanya.

" It's okay sweety, " ujar Anthony dengan kedua tangannya beralih memeluk tubuh sang putri menyalurkan sebuah kehangatan didalamnya yang dimana langsung di respon dengan baik oleh Xavia.

Gadis cantik bermarga Alber itu memeluk erat tubuh kekar sang ayah. aroma parfum milik sang ayah begitu menenangkan dirinya. ia rasanya tidak rela melepaskan pelukan hangat mereka ini.

" Izinkan daddy pergi sebentar. nanti ketika daddy kembali akan membelikan beberapa dessert untuk mu, " ujar Anthony masih didalam pelukannya bersama putrinya. pria ini berniat menyogok sang putri agar dibiarkan untuk pergi.

Guliran Tasbih Aldevaro [Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang