بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيم
.
.
.
.
.
.Gadis bermata cokelat dengan balutan hijab senada dengan warna rambutnya itu terlihat seperti kupu-kupu yang menemukan bunganya. begitu bahagia.
" Mbak Xavia kenapa sedari tadi tersenyum terus menerus? " ucap Mira menatap Xavia penasaran.
" Kamu tanya? hanya ingin tahu atau ingin tahu sekali? " usil Xavia dengan menampilkan wajah yang menyebalkan.
" Mbak Xavia sungguh menyebalkan, " ucap Mira dengan berpura-pura merajuk.
" Jangan marah! tidak cocok dengan wajah kamu itu," tutur Xavia menahan suara tawanya agar tidak meledak saat itu juga.
" Mbak Xavia usil sekali. aku ingin tahu, " balas Mira dengan raut wajah yang tertekuk masam.
" Rasa ingin tahu kamu tinggi juga, " sindir Xavia.
" Kenapa jadi bertengkar seperti ini? " sahut Nadin berniat melerai mereka.
" Jadi seperti ini, aku begitu bahagia sekali karena "
" Karena apa? " sahut Mira langsung menyela ucapan Xavia yang bahkan gadis itu belum sama sekali menyelesaikannya.
" Aku belum selesai berbicara. jangan menyela ucapanku! dasar tidak sopan, " tegur Xavia melotot tajam kearah sang pelaku.
" Maaf nona muda Xavia, " cicit Mira sedikit takut melihat tatapan tajam dari gadis itu.
" Lanjutkan mbak, " sahut Nadin.
" Mas Gus melamar aku, " ujar Xavia disertai kehebohan yang tidak karuan.
" APA? LAMAR? SIAPA? BAGAIMANA? " teriak Mira ikut bersorak ramai.
" Astagfirullahaladzhim, suara kamu tolong dikondisikan Mira, " ujar Nadin sedikit memukul lengan kecil Mira.
" Memang teman kamu ini. suara kamu sudah seperti speaker masjid tahu tidak, Mira? " ucap Xavia mendengus kecil.
" Jangan menghina suara aku mbak! " ujar Mira dengan bibir mengerucut lucu.
" Bercanda Mira. aku minta maaf, " balas Xavia begitu tulus.
" Jadi bagaimana mbak? lanjutkan ceritanya, " sahut Nadin sudah mulai bergerak tak nyaman.
" Kalian berdua tahu siapa yang aku maksud dengan sebutan mas Gus? " tanya Xavia kepada dua gadis berbeda umur didepannya.
" Siapa memangnya? " tanya Nadin menuntut jawaban.
" Namanya adalah "
Xavia menjeda ucapannya berniat mengerjai kedua gadis didepannya agar meronta-ronta karena rasa penasaran yang telah membuncah di kepala mereka.
" Kepriye? ojo meneng wae mbak? " ujar Mira dengan bahasa jawanya.
" Kamu bicara apa? aku tidak mengerti, " sahut Xavia mengernyit dahinya.
" Salah kamu sendiri tiba-tiba berhenti bicara. mbak pikir kita tidak semakin penasaran, " protes Mira kepada Xavia.
" Niat aku memang seperti itu, " balas Xavia tanpa menghiraukan tatapan menyebalkan Mira.
KAMU SEDANG MEMBACA
Guliran Tasbih Aldevaro [Terbit]
SpiritüelKesalahan karena kabur dari Mesir saat pendidikan membuat seorang gadis terpaksa dimasukkan ke sebuah pesantren ternama di kota. namun karena hadirnya sebuah fakta dan adanya kejadian yang akhirnya membuat gadis itu trauma terhadap pesantren. Bertum...