chapter 38

20K 720 5
                                    

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيم
.
.
.
.
.

Hari yang ditunggu telah tiba. sekarang sepasang suami istri itu telah tiba di kediaman Anthony. di wajah mereka tercetak jelas rasa bahagia yang begitu membuncah. rasa tidak sabaran terus menyerang mereka sedari kedua manusia itu sampai di penthouse milik Anthony. Ning Kirana bahkan berulang kali celingukan untuk mencari putrinya itu. hingga atensinya terpecahkan oleh suara manly yang dikeluarkan oleh Anthony.

" Kakak sedang apa? " sahut Anthony menatap penuh kearah sang kakak.

" Ghifari "

" Xavia sedang bersiap-siap di kamarnya. kakak tidak perlu khawatir, " ucap Anthony.

" Aku hanya tidak sabar, " sahut Ning Kirana dengan bergerak gusar.

" Tenang saja kak, Xavia akan memberikan kesan yang baik. percaya padaku, " balas pria itu.

" Apa Ziya baik-baik saja? " tanya Gus Mahen ikut menyahuti percakapan mereka.

" Dia baik-baik saja walaupun sempat masuk ke rumah sakit kemarin, " jawab Anthony seraya menatap kearah Gus Mahen.

" Terimakasih, " ucap Gus Mahen dengan senyumannya yang terlihat begitu tulus.

" Gus, tidak perlu berterimakasih. itu sudah menjadi tanggung jawab saya "

Belum juga Anthony menyahuti Gus Mahen, John terlihat ingin mengatakan sesuatu kepada dirinya.

" Ada apa? " tanya Anthony menatap datar sang tangan kanan.

" Nona Alber sudah selesai bersiap tuan, " ujar John memberitahu.

" Dimana dia? "

" Nona Alber akan segera turun, " jawab John dengan sopan.

Tak lama setelah percakapan itu, gadis cantik yang telah dinanti-nanti pun telah menampakkan batang hidungnya. ia berjalan dengan begitu anggun menuruni tangga penthouse milik sang ayah. tak lupa dengan abaya berwarna abu-abu yang membalut tubuhnya.

" Ziya, " gumam Ning Kirana setelah Xavia sampai didepannya. tepatnya berjejer disebelah Anthony.

" Putriku, " batin Gus Mahen.

" Sayang, kamu tidak ingin memeluk kedua orangtuamu, hm? " tanya Anthony dengan menggenggam erat tangan lentik putrinya.

" Ziya kemarilah nak! " panggil Gus Mahen dengan penuh harap.

Xavia takut-takut untuk mendekat. bahkan jantungnya berdegup kencang dengan tangannya yang berubah dingin karena kegugupan yang dibuatnya.

" Pergilah sayang, " ucap Anthony dengan penuh kelembutan kepada Xavia.

Dengan sedikit keberanian, Xavia pun tergerak untuk mendekati kedua orangtuanya. dan sesampai di hadapan mereka, Ning Kirana langsung mencuri start untuk memeluk erat tubuh putri sulungnya.

" Putriku Ziya, " gumam Ning Kirana dengan begitu bahagia setelah sekian lama dapat memeluk erat Xavia yang tingginya sedikit melebihi dirinya.

" Putri ummah baik-baik saja bukan? maafkan ummah sayang "

Xavia hanya diam. ia tidak tahu harus memberikan reaksi yang bagaimana. ia merasakan suatu hal yang tak pernah ia rasakan sebelumnya. gadis itu berpikir apa begini rasanya dipeluk oleh seorang ibu?

Gadis itu hanya memberikan respon dengan memeluk balik Ning Kirana. sementara Ning Kirana yang diberikan respon seperti itu pun begitu bahagia. ia bahkan sampai meneteskan air matanya haru.

Guliran Tasbih Aldevaro [Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang