Pernikahan

376 29 0
                                    

Tyana terduduk di sofa salah satu butik termewah yang ada di kota ini. Sambil memperhatikan gaun-gaun pengantin cantik rancangan designer ternama.

Ia tidak tahu seperti apa gaun pengantin Clara tapi dapat ia pastikan itu adalah yang terbaik dari butik ini.

Diana dan Maya berada didekat calon besan mereka dengan beberapa asisten si designer dan juga Ibu Camilla si designer. Lalu ada juga nyonya Aditama dan suaminya tuan Aditama.

Fitting room pertama dibuka dan Jayden keluar dengan balutan Tuxedo yang sangat indah. Membuat suaminya tampak luar biasa tampan.
Sudah lama sekali sejak ia melihat Jayden berpakaian pernikahan dan hari ini dia melihatnya lagi hanya saja bukan dengan dirinya tapi orang lain.

Lalu fitting room disebelahnya terbuka dan membuat semua orang terkesiap dengan kemunculan Clara yang sangat cantik. Gaun itu begitu sempurna ditubuhnya.

Clara tersenyum senang saat mendapat banyak pujian dan Tyana masih lega saat sang suami menatap Clara dengan pandangan biasa saja.

Setidaknya ia belum harus merasakan sakit hati lebih dari ini saat mengetahui suaminya akan menatap wanita lain dengan pandangan penuh cinta.

.

.

Hari ini adalah hari yang ditunggu-tunggu oleh keluarga Mahardika dan Aditama. Pernikahan dua keluarga besar. Semua orang tampak sangat sibuk dari kemarin.

Berbeda sekali dengan pesta pernikahan Tyana dulu yang amat sangat sederhana dengan sedikit tamu undangan, tapi Tyana ingat itu adalah hari terbahagianya. Hari dimana ia dan Jayden mengucapkan janji suci mereka.

Tyana mengamati hiasan gereja sambil berjalan ke dekat altar. Tangannya ia tangkupkan untuk berdoa pada Tuhan. Berdoa untuk semuanya, untuk kebahagiaanya dan kebahagiaan suaminya nanti.

Walaupun hatinya sakit Tyana tetap harus kuat menjalaninya. Tapi disini ia sama sekali tidak dapat berbohong dalam menutupi kesedihannya dan air matanya tumpah begitu saja

"Kamu baik - baik saja nak?"

Tyana menghapus air matanya dan menatap seorang pendeta disampingnya dengan senyum ramah

"Iya saya baik-baik saja"

Pria itu membalas senyum Tyana ia menyentuh puncak kepala wanita itu dengan sayang

"Semua mungkin sulit tapi percayalah kamu adalah sosok yang kuat. Kebahagiaan pasti akan menyertaimu anakku"

Tyana mengangguk mengerti. Setelahnya pendeta itu pergi setelah memberikan pelukan yang sangat dibutuhkan oleh Tyana.

"Apa yang kamu lakukan disini?"

Suara itu.

Tyana berbalik dan mendapati Jayden tengah berjalan dengan tangan berada disaku celananya.

"Aku hanya melihat-lihat. Design-nya sangat bagus" ujarnya canggung

Entah mulai kapan mereka menjadi canggung seperti ini. Biasanya mereka selalu berada dalam suasana penuh kehangatan dan kesenangan

Jayden menyetujui " Ya Clara yang memintanya. Oh ya bagaimana kabarmu? Maaf akhir-akhir ini aku selalu saja sibuk untuk mengurus pernikahan ini"

"Aku baik baik saja, terima kasih sudah bertanya"

"Tentu. Kamu terlihat agak kurusan" Jayden memberikan komentarnya. Tyana hanya membalasnya dengan senyum kecil.

"Ya kurasa karena akhir-akhir ini nafsu makanku berkurang"

"Kamu harus banyak makan "

"Mm"

Tiba-tiba saja Jayden berjalan mendekat dan mengulurkan tangannya. Tyana menatapnya dengan bingung.

Melihat raut istrinya Jayden tanpa sadar terkekeh kecil.

"Mau berdansa denganku tidak?"

Tyana meraih tangan itu dan Jayden membingbing mereka berdansa tanpa musik, hanya menggerakkan tubuh pelan kenan dan kekiri.

Dalam diam Tyana menatap wajah suaminya dengan baik meresapi momen yang tercipta, mungkin kedepannya mereka tidak akan bisa melakukannya lagi. Jadi dia memutuskan untuk mengingat baik-baik wajah suaminya

"Kamu memakai pakaian saat hari pertunangan kita"

Tyana membenarkan lagi pula dia tidak mempunyai baju yang bagus selain ini jadi dia hanya menggunakan pakaian lamanya ini.

"Ya "

Jayden menatap istrinya yang tampak sangat cantik hari ini. Gaun itu masih sangat cocok dengan Tyana. Lalu rambut panjang itu ia buat menjadi bun style rendah dengan hiasan bunga - bunga kecil putih dari mutiara.

Cantik seperti pertama kali mereka bertemu.

Kemudian ketika akhirnya acara akan dimulai Jayden memberikan pelukan hangat dan mencium kening Tyana.

.

.

Tyana hanya mampu mengusap air matanya yang terus mengalir melihat suaminya dengan wanita lain di altar mengucapkan janji suci, berciuman dan resmi menjadi pasangan suami istri. Sesak didadanya coba ia tahan. Orang-orang tampak sangat gembira ketika akhirnya mereka berakhir di hotel mewah milik keluarga Mahardika. Semua yang disediakan adalah yang terbaik.

Ibu mertuanya terlihat bahagia, matanya berbinar cerah menatap menantu barunya Clara, sementara Tyana hanya duduk dipojokan seorang diri dan terlupakan.

Jayden tampak berdansa dengan Clara, semua orang menyoraki Jayden agar mencium istrinya. Clara tampak malu-malu saat Jayden mendekat memberikan kecupan lembut di bibirnya. Gadis itu lantas merona dengan wajah berbinar cerah.

Tyana memalingkan wajahnya lalu berusaha memakan kue yang telah ia siapkan. Ia tidak mengenal siapapun dipesta ini. Tyana ragu jika semua orang tau bahwa ia adalah istri Jayden

"Oh kamu disini?"

Tyana mendongak dan melihat Jayden yang menatapnya. Menahan air mata ia mengangguk terlalu takut untuk bersuara.

"Kamu sudah makan?"

Kembali Tyana hanya memberikan anggukan sebagai jawaban.

"Kamu ingin berdansa denganku?"

Bagaimana bisa? Batin Tyana.

Perempuan itu menggeleng dengan pelan. Dia tidak ingin merusak suasana hati orang-orang dengan melakukan itu.

"Jay"

Suara itu membuat mereka mengalihkan tatapan. Clara datang dengan senyum diwajahnya ia memeluk tangan Jayden dengan posesif lalu berkata dengan suara manja.

"Aku mencarimu kemana-mana. Kita akan bersiap untuk bulan madu" Clara berkata dengan semangat

"Sekarang?"

"Ya"

"Kamu tunggu dulu, aku harus bicara dengan Tyana"

Wajah Clara berubah menjadi masam sesaat sebelum memberikan senyum palsu

"Tapi ini segera"

"Tapi-"

"Tidak apa kan kak Tya?" Clara memberikan senyum palsu itu pada Tyana dan mengisyaratkan agar Tyana menuruti ucapannya

Tyana mengangguk berusaha mengeluarkan suaranya "Benar Jay"

Tolong jangan pergi, lanjutnya dalam hati.

"Baiklah kalau begitu aku pergi dulu Tyana "

Tyana hanya terdiam sambil melihat pasangan itu berjalan menjauh, hatinya sangat sakit. Tapi ia sekuat mungkin untuk bertahan

Sekali lagi ia memaki dirinya karena berusaha ingin menjadi egois. Tyana tidak boleh seperti itu, pasangan baru berhak untuk bahagia.

Entah kenapa untuk kesekian kalinya Tyana merasakan bahwa kedepannya ia akan banyak mengalami kesulitan.

Semua tidak akan sama lagi seperti dulu


Tbc

Endless Love, Mark's Side [Markhyuck]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang