31

151 47 51
                                    

•••

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

•••

Di pagi hari matahari telah terbangun menggantikan tempat tinggal bulan. Matahari memancarkan sinarnya dengan terang benderang. Jam sudah menunjukkan pukul 07.05 tepat di mana Vera dan Daniel berangkat sekolah menaiki mobil yang di antar oleh Jefran.

Menambah cerahnya pagi ini di tengah perjalanan hembusan angin perlahan nampak sepoi-sepoi hingga angin masuk ke dalam celah kaca mobil membuat rambut Vera dan Jefran melayang terbang akibat angin lumayan kencang.

"Woahh gila seger banget coi." ujarnya setelah merasakan sensasi angin pagi.

"Tutup aja kacanya pengen AC- an gue kak!" pinta Daniel agar Jefran menutup kaca mobil.

"Yee di kasih yang alami kok malah pengen AC- an gimana sih lu tong?" sungut Vera.

"Dih? terserah gue lah blo'on!"

"Diam jangan berisik!" tegur Jefran.

Daniel dan Vera langsung terdiam tetapi mereka saling menjulurkan lidah bahkan menampilkan muka julid. Setelah menempuh perjalanan selama 24 menit akhirnya mobil telah berhenti di depan gerbang sekolah.

"Jangan buat ulah dan jangan membolos! kalau sampai kakak dapat panggilan dari kepala sekolah karena kalian jangan harap bisa bebas nanti." jelas Jefran menatap mereka dari balik kaca mobil yang di turunkan sedikit.

"Iya kak." jawab mereka bersamaan.

Jefran kembali menutup kaca mobil lantas pergi meninggalkan kawasan sekolah dan lanjut menuju tempatnya kuliah. Saat melihat Jefran sudah pergi mereka masuk ke dalam sekolah dan menuju kelas.

Vera memasuki kelas lalu mendudukkan dirinya di kursi, ia menengok ke belakang mendapati Jevan sedang menatapnya dengan muka datar. Ia membalas tatapan Jevan namun Jevan nampak berdecak dan memalingkan wajah.

"Apa mungkin Jevan masih marah ya? tapi biasanya juga marahnya ga lama tapi ini kok aku malah di cuekin sih. Aduhh! gimana dong astagfirullah, bahas ntar aja deh waktu istirahat."

Kemarin malam Jevan nampak mengabaikan Vera waktu dirinya mengantarkan Vera pulang. Jevan sungguh marah besar namun ia memilih diam agar tidak menyakiti hati atau fisik sang kekasih, sebisa mungkin ia mengontrol emosi agar tetap stabil.

"Dua curut itu kenapa lagi?" Vender menyenggol pundak Saga saat menyadari Jevan dan Vera hanya saling pandang tanpa berbicara.

"Berantem." jawab Saga lalu menyenderkan kepalanya ke pundak Vender dan kembali fokus kepada game online nya.

LOVE PROCESS (tahap revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang