|| Sahabat

240 14 0
                                    

Hari libur membuat Ahnjong disibukkan dengan membatu orang tuanya berkemas, karena orang tuanya akan pulang.

Pintu apartemen berbunyi begitu nyari. Ahnjong mendengus melihat siapa pelaku itu.

"Masuk," ucap Ahnjong meninggalkan sang tamu yang sudah berlagak seperti tuan rumah.

"Mamah sama Papah lo udah pulang?" tanya Ken - sahabat Ahnjong.

"Belum, baru mau berangkat hari ini. Kenapa emang?" tanya Ahnjong menuju dapur dengan Ken yang mengekorinya.

"Berarti gue belum terlambat, buat lamar anaknya," jawab Ken mendapat pelototan tajam dari Ahnjong.

Ken tertawa terbahak-bahak, ia sedang mentertawakan kondisi muka Ahnjong. "Bercanda, tapi kalau lo mau sih ayo, ayo aja gue."

"Tumben ke sini enggak sama Hana?" tanya Ahnjong ketika tidak melihat keberadaan sahabat gadisnya itu.

Ken menghendikkan bahu acuh, ia ke sini tanpa berniat mengajak Hana karena pasti gadis itu sedang tidur di pulau kapuknya.

"Makasih," ucap Ken menerima kopi yang Ahnjong buat.

"Ke sini mau ngapain?" tanya Ahnjong duduk di kursi sebelah Ken.

Ken menyeruput kopinya, menatap Ahnjong menyelidiki. "Lo kasih makan apa sama Bunda gue?"

Ahnjong mengerutkan kening, ia tidak paham dengan ucapan Ken yang menuduhnya itu. "Bisa-bisanya Bunda gue lebih sayang lo daripada gue anaknya sendiri," ujar Ken membuat Ahnjong terpingkal-pingkal.

"Ya, itu mah nasib lo. Siapa suruh jadi laki-laki sedangkan Bunda waktu itu mau punya anak perempuan."

Ken mendengus, ia tidak menyangkal ucapan Ahnjong yang terbukti kebenarannya. Kala sang Bunda mengandung, Bundanya itu berharap anak yang akan lahir berjenis kelamin perempuan, namun saat waktunya melahirkan keluar bayi berkelamin laki-laki.

"Siap-siap gih," ujar Ken menepuk kepala Ahnjong sedikit keras.

"Sakit tolol," dengus Ahnjong mengusap kepalanya yang terasa berdenyut.

"Yaudah sini," ujar Ken menarik Ahnjong mendekat, tangan Ken mengusap tepat dimana ia menepuk kepala Ahnjong tadi.

"Kita mau kemana Ken?" tanya Ahnjong merasakan gugup, ia tidak pernah melihat Ken yang terlihat serius seperti itu.

Biasanya lelaki itu akan bertingkah laku konyol, dan di luar nalar.

"Tadi Bunda nyuruh gue buat jemput lo, katanya sih kangen."

"Tapi, ke rumah Bundanya nanti ya. Gue mau nganter Mamah Papah ke bandara dulu," ucap Ahnjong melepaskan tangan Ken yang bertengger manis di kepalanya.

"Tangan lo berat," ucap Ahnjong berhasil membuat Ken mendengus kesal.

"Gue ikut aja, nanti setelah dari bandara kita ke rumah gue gimana?"

Ahnjong menganggukkan kepala setuju. "Habis in dulu kopi lo, gue mau siap-siap."

Setelah itu hanya ada Ken seorang diri di dapur apartemen Ahnjong. Sesekali ia menghela napas gusar.

"KEN!" teriak Ahnjong menyadarkan Ken yang sejak tadi melamun selama lima belas menit lamanya.

"Iya, bentar."

Ken menghabiskan kopi yang sudah dingin itu, sebelum berjalan menghampiri Ahnjong.

"Kenapa?" tanya Ken menatap Ahnjong yang berdiri di tangga.

"Bantu gue bawa koper."

Ken berjalan menghampiri Ahnjong yang berdecak pinggang. "Memang kopernya banyak, Mamah sama Papah dimana kok sejak tadi gue enggak lihat mereka?" tanya Ken seraya merangkul bahu Ahnjong berjalan menuju kamar tamu.

Young Dad || JJHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang