II Hari spesial

353 24 0
                                    


Alasan Jaehyun menjemput Ahnjong secara tiba-tiba karena, dia ingin mengajak Ahnjong untuk membeli baju pertunangan. Pertunangan mereka akan diadakan nanti malam, secara mendadak dan hanya kerabat dekat saja yang hadir sebagai tamu undangan. 

"Kenapa mendadak banget?" tanya Ahnjong mengusap punggung Jeno, memberikan kenyaman.

"Setelah dipikir-pikir, kita udah lama dekat. Aku mau kasih kamu kepastian, bukan hanya perkataan yang masih diawal," jawab Jaehyun dengan tangan yang terulur untuk mengusap kepala Ahnjong lembut. 

Bahkan rencana pertunangan mereka berdua hanya didiskusikan oleh para orang tua. Hal ini tentu saja membuat Ahnjong merasa terkejut. Namun, ia juga sudah siap untuk menjalin hubungan lebih serius bersama Jung Jaehyun yang notebanenya seorang duda anak satu.

Setibanya mereka disebuah butik sederhana, sesuai dengan keinginan Ahnjong. Mereka berdua  masuk butik meninggalkan Jeno yang sedang tidur nyaman di dalam mobil sesuai dengan permintan Jaehyun, mereka dibantu untuk memilih busana yang serasi dan tentunya sesuai dengan acara yang diadakan. 

Pilihan Ahnjong jatuh kepada satu set baju keluarga, namun Ahnjong bimbang untuk memilihnya atau tidak, karena baju itu terdapat baju anak-anak lelaki dan perempuan. 

"Mbak, untuk baju satu set keluarga bisa dibeli secara terpisah enggak?" tanya Ahnjong meski ia sudah tau jawabannya, namun tidak  ada salahnya untuk mencoba. 

"Enggak bisa kak," jawab mbak-mbak yang sejak tadi melayani kami untuk memilih baju.

Jaehyun menatap satu set baju keluarga yang sejak tadi dilihat oleh Ahnjong. "Beli aja."

Ahnjong menatap Jaehyun. "Terus baju anak yang perempuan mau diapain?" tanya Ahnjong serius. 

"Disimpan aja, siapa tau nanti kita punya anak perempuan," jawab Jaehyun.

Ahnjong menganggukkan  kepala, ia tidak terpikirkan sama sekali. 

"Jadi gimana mbak jadi dibeli atau enggak?"

"Saya ambil yang satu set keluarga ya mbak, tolong dibungkus," jawab Ahnjong. 

"Baik, kalau begitu mbak bisa ikut saja ke kasir untuk melakukan pembayaran," balasnya.

Ahnjong membayar menggunakan kartu milik Jaehyun yang diserahkan sejak mereka berdua memasuki butik, bukan hanya kartu kreditnya saja, namun Jaehyun menyerahkan dompetnya agar dipegang oleh Ahnjong.

"Nih dompet kamu, makasih." Ahnjong menyerahkan kembali dompet Jaehyun  setelah ia membayar baju tadi.

"Enggak usah bilang makasih, uang aku juga uang kamu," balas Jaehyun meraih pinggang Ahnjong, merapatkan tubuh mereka. Jaehyun  memeluk pinggang Ahnjong secara posesif.

"Enggak ada lagi yang mau dibeli?" tanya Jaehyun.

"Sebenarnya ada, cuma itu enggak terlalu penting. Lebih baik kita sekarang kembali ke mobil, takut Jeno udah bangun," balas Ahnjong yang sejak tadi merasa was-was jika Jeno terbangun dan mencari mereka berdua.

Dan benar saja, saat mereka berdua sudah sampai di mobil, Jeno sudah terbangun namun tidak menangis sama sekali, membuat Jaehyun merasa heran. "Tumben enggak nangis," sahut Jaehyun memasuki mobil bersamaan dengan Ahnjong yang bersiap mengangkat Jeno dari kursi belakang. 

"Kalau Jeno nangis takut Bunda Ahnjong enggak mau jadi Bunda Jeno," jawab Jeno mencari posisi nyaman diantara potongan leher milik Ahnjong.

Jaehyun tidak bisa menahan tawanya kala Jeno percaya dengan ancaman dari dirinya. Ia kira bocah ingusan itu tidak akan percaya sama sekali. 

Young Dad || JJHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang