Chapter 20 : Usainya Masa Lalu

135 42 68
                                    





Jika 'melupakan' terlampau sulit, masih banyak kata 'maaf' untuk dilimpahkan
🦋 Kanao Kocho 🦋









Ketiga orang yang dulunya pernah di cap sebagai Sahabat, kini duduk dengan canggung dan gugup di satu meja yang sudah dipesan sebelumnya.
Dua diantaranya datang dari masa lalu, seolah membuka luka lama yang masih sulit untuk kering. Mereka tahu diri untuk tidak memaksa bertatap muka.
Kendati, Kanao lah dengan lapang dada meminta agar bertemu lagi di kafe penyedia kopi terbaik di distrik ini.

Bibirnya memang tersenyum. Namun jauh di lubuk hati, mati-matian dia menguatkan diri untuk menyelesaikan apa yang seharusnya bisa usai sejak lama.

Wajah teduhnya menatap satu persatu afeksi yang duduk melingkar dengannya.

Dengan besar hati dia mulai mengurai kalimat,
"Apa kabar, Houtaro, Eru?"


🦋🦋🦋

Tiga buah minuman dan tiga slice cake mendarat sempurna di meja Kanao dan kedua temannya.
Hanya dia lah yang acap kali membuka percakapan. Selalu seperti itu. Kebiasaan saat mereka masih dekat di masa Sekolah Dasar.

Dua suapan kue sudah masuk sempurna di mulut Kanao. Sedangkan dua wajah tegang di hadapannya menunggu dengan berdebar. Apa yang cewek kalem itu hendak utarakan pada mereka.

Bagi Houtaro, ajakan bertemu di sini dengan kedua sahabat masa lalunya, merupakan suatu keajaiban di musim panas.
Seolah-olah dia bisa melihat letupan kembang api yang besar dan bersinar indah. Sesenang itu perasaannya.
Sementara Eru, rasa tidak percaya sempat membuatnya meragu saat ditelepon oleh Houtaro. Cowok cerdas itu berkata dengan nada menggebu-gebu padanya;

"Kita reuni. Kanao yang ngajakin. Lo harus dateng. Karena gue punya perasaan yang bagus soal ini."


Maka dari itu, Eru langsung menyiapkan diri sebaik mungkin untuk pertemuan mereka hari ini. Belajar merangkai kata maaf dan penjelasan, agar mampu mengungkap semua kebenaran yang nggak sempat Kanao dengar dulu.

.

.

"Gue senang. Lo akhirnya mau ketemu sama gue dan Houtaro. Lo ke mana aja selama ini, Nao? Gue ngerasa bersalah pasca Lo pindah dari sekolah dulu."
Dengan luapan keberanian, Eru memulai tuturnya. Dia gugup setengah mati sebenarnya. Semoga nggak langsung kena Ulti sama Kanao.
"Gue minta maaf. Gue ngerasa jahat banget sama Lo, Nao. Gue sama Houtaro udah nggak tunangan lagi. Buat apa bersama, kalau itu cuma kehendak kedua ibu kami yang bahkan nggak ngasih kami kesempatan untuk nolak dulu."

"Kepindahan kamu yang tiba-tiba nggak ngasih kita kesempatan buat jelasin apa-apa ke kamu. Sama kayak Eru, aku juga ngerasa bersalah.
Seharusnya aku jujur sama kamu soal pertunangan dadakan sama Eru. Tapi lebih dari semua itu, aku ngerasa pengecut banget. Terlebih setelah tahu kita satu SMA, sampai detik ini pun, justru kamu yang begitu humble nyapa kami duluan, Kanao."
Houtaro lega, apa yang selama ini dia pendam, bisa disampaikan langsung pada orang yang dituju.

Kanao yang mendengar semuanya, tidak memberikan reaksi apa-apa. Dia bahkan cuma diem dan enggan natap mereka.
Lalu, bukannya masuk dalam topik pengakuan rasa bersalah dan permintaan maaf, Kanao malahan memamerkan romansa kecut SMA nya,

"Ada yang nembak gue. Adek kelas pula, tapi gue tolak. Padahal katanya dia sayang banget sama gue. Bodoh banget 'kan gue?"

Keduanya saling melempar pandangan. Membiarkan Kanao membicarakan sesuatu yang ingin dia katakan.
Toh, mereka udah di kasi kesempatan buat ngomong duluan 'kan?

"Lo nggak bodoh. Tapi Bego."

"Si adek kelas BuCin. Salah satu anggota Trio Kamaboko."

Eru mencondongkan badan, "hah? Trio Kobokan? Ada ya, nama geng kayak gitu?"

Lalu tanpa direncanakan sebelumnya, Kanao dan Houtaro menertawakan dengan sadis perkataan Eru barusan.


🦋🦋🦋


Ketiganya saling bercanda satu sama lain. Mengatai dan mengungkit aib di masa lalu.
Rasa canggung dan atmosfer berat udah musnah dengan kejujuran masing-masing pihak.
Hanya saja, tinggal Kanao yang belum merespon secara benar segala permintaan maaf kedua mahluk di hadapannya ini.

"Gue senang. Kalian mau dateng ke sini, ngomong jujur sama gue tentang semuanya. Gue udah maafin kalian sejak lama. Hanya aja, masih belum sanggup buat kumpul kayak gini lagi.
Makasih ya Eru, Houtaro. Gue juga salah dan mau minta maaf, karena putus kontak gitu aja sama kalian tanpa mau denger kebenaran dari cerita kalian."

Ada perasaan lega dan haru yang melingkupi meja berisikan tiga orang tersebut.
Segala kesalahpahaman kini telah usai. Masa lalu buruk sudah termaafkan dengan lapang dada.

"BTW Nao, terus gimana si adek kelas BuCin? Lo kan nolak dia. Apa dia masih terus ngejer-ngejer Lo?"

Kanao diam sebentar. Bingung mau jawab apa. Dia memang menolak Tanjirou. Tapi setelah insiden penolakan tempo hari, Tanjirou tidak pernah menampakkan tanda-tanda akan mengejarnya kembali. Namun, dia seolah tahu, sepertinya Tanjirou tetap memerhatikannya.

Tatapannya beralih pada Houtaro.

"Kalo dari pandangan kamu sebagai cowok, perasannya ke aku sekarang kek gimana?"

Houtaro menarik napas sejenak. Menatap kedua manik Kanao dan bersedekap seperti biasa. Kemudian menyahut hati-hati,

"Aku bukan Cenayang. Tapi saranku, tunjukin perhatian kamu ke Tanjirou. Kalo dia benaran masih sayang, dia nggak bakal ngacuhin kamu. Tapi kalo dia udah kecewa, kamu harus terima apapun keputusan dia."

Jauh di lubuk hati Oreki Houtaro, dia berharap Kanao tidak memikirkan soal Tanjirou lagi. Egois memang. Tapi pada kenyataannya, itulah yang sebenarnya ingin diutarakan olehnya.

Untuk pertama kali, Kanao merasakan gelombang kegelisahan akibat perkataan Houtaro barusan.
Kira-kira, Masih kah Tanjirou menginginkan dia?

Andai saja Kanao mau mengingat soal ciuman mereka tempo hari, serta tulusnya Tanjirou membela dia. Tentu dia nggak bakalan nanya apapun ke Houtaro.


🦋 SHUT 🦋


Hari ini Kanao bangun lebih awal dari biasanya. Sebelum berangkat, dia sibuk banget bikin bekal di dapur rumah mereka.
Kak Shinobu sampai ngomel-ngomel, takut jika Kanao Datang telat ke sekolah.

Tak berselang lama, dia pun mendarat tanpa catatan terlambat karena kak Shinobu ngebut di jalan.

Di depan sana, setelah melewati loker sekolah yang ramai, Kanao berhenti di lantai dasar. Tepatnya di deretan ruang Lab Biologi. Dia hendak menunggu seseorang yang baru saja meletakkan barang di lokernya.



"Ciyeeeh masih pagi. Udah ditungguin aja sama ayang."
Itu suara Deku, kebetulan lagi samaan berada di loker dengan Trio Kamaboko dan Muichiro.

"Jadi ceritanya kalian beneran jadian ya sekarang?"
Mui mendadak kepo.

Yang ditanya hanya membisu. Merasa jika cewek di depan sana bukan lah menunggu kedatangannya. Saat ia menyempatkan diri menoleh ke belakang, terlihat seorang kakak kelas mengumbar senyum manis pada Kanao.

Benar dugaan Tanjirou. Tenyata senyuman semanis madu itu bukan buat dia. Melainkan buat mas mantan yang ada di belakangnya, yang mungkin aja akan segera balikan sama Kanao.

Dia pun memilih jalan duluan. Meninggalkan teman-teman di belakangnya.
Tak ingin sakit dada di hari yang masih pagi.
Langkahnya tegap dengan mata menyorot lurus, melewati begitu saja presensi Kanao yang sebenarnya tengah menunggu untuk memberikan sesuatu.

Eh? Dia ngelewatin Kanao begitu aja? Nggak salah nih?
Sementara teman-teman di belakangnya menatap tak percaya, lain halnya dengan Kanao yang hatinya merasa tercubit.





"Tanjirou... Nyuekin gue?" gumam gadis itu penuh kegetiran.




Bersambung...

Sepotong Hati Untuk Tanjirou ✔️ || TanjiKanaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang