BonChap 2 : Serendipity (Zenitsu x Nezuko)

110 15 72
                                    






Give me a pieces of Nezuko's heart!
I promise i'll do my best!
- Zenitsu Agatsuma -








Jika bosan di rumah. Seringkali waktu luang Zenitsu dihabiskan untuk pergi ngereog. Entah itu ke depan Lapangan Atletik, Tempat Gym punya ayah Inosuke, dan lebih sering ke tempat Tanjirou.
Nyempil secara tiba-tiba di dapur produksi punya bunda. Demi nyemilin kue kering atau kue apa saja yang ditawarkan bunda saat dia datang ke sana.

Seperti hari ini. Minggu cerah bersama udara hangat memeluknya. Dengan santai ia datang ke rumah Tanjirou. Bosan di rumah, katanya.

Sambutan hangat selalu ia dapatkan di rumah dengan semerbak wangi kue.
Mengucap salam yang cukup terdengar sampai ke dalam rumah. Yang menjawab salam bukan bunda atau Tanjirou. Melainkan sosok yang jarang sekali ia dapati di rumah ini.

"Eh, ada Ayah? Kapan balik, Yah?" Pemuda itu cukup terkejut mendapati ayah Tanjirou duduk di sofa. Memakai pakaian batik formal sambil memainkan ponsel.

"Oh, Nak Zenitsu. Ayah kira siapa. Nggak lama, baru-baru."

Sebagai sahabat yang baik dan beradab. Zenitsu menyapa ramah seperlunya. Mencium punggung tangan ayah seraya berpamitan ke lantai atas untuk menemui Tanjirou.

Sesampainya di dalam kamar. Pemandangan khas orang yang lagi jatuh cinta terpampang nyata di hadapannya. Tanjirou sedang duduk di meja belajar. Melakukan video call memamerkan kemampuannya mengutak-atik Rubik. Mudah baginya agar benda laknat itu bisa berwarna sama pada setiap sisi.

Setiap orang yang mengenal Zenitsu akan langsung paham. Ia memberi julukan benda laknat pada setiap Rubik yang ada di muka bumi. Sederhana saja alasannya. Pemuda itu tidak pernah berhasil membuat Rubiknya berwarna sama pada setiap sisi. Padahal Tanjirou sering mengajarinya, sampai menunjukkan banyak tutorial di YouTube. Lain dengan Inosuke. Si penyuka Piglet itu ogah berurusan dengan benda macam itu. Lebih memilih ngemil atau memainkan laptop dan push rank.

Suara dehaman mengalihkan perhatian Tanjirou. Tak lama kemudian video call pun dimatikan.

"Nggak bosen apa, video call terus? Padahal tiap hari ketemu di sekolah. Belum lagi kalau pergi kencan."
Tubuhnya direbahkan di atas ranjang Tanjirou yang selalu rapi.

"Inilah salah satu ciri mahluk tukang iri. Makanya, cari istri. Eh, pacar, maksud gue."

Sebuah bantal kecil melayang ke arah kepala si pemilik kamar. "Setan! Mentang-mentang yang udah laku!"

Tak menggubris, sang pemuda justru bercermin memastikan penampilannya sekali lagi.
Baru disadari oleh Zenitsu. Tanjirou berpakaian cukup rapi dan formal, persis ayahnya. Hanya saja dia memakai kemeja.

"Titip kamar ya Jen. Gue mau ikut ayah sama bunda pergi kondangan. Dulu tetanggaan soalnya."

Hanya anggukan samar sebagai jawaban dari si rambut pirang. Membiarkan sahabatnya keluar kamar dengan pintu berdebum.

"Jomlo mah gini. Selalu sendirian, padahal banyak Bidadari nganggur. Tuhan kok pelit amat ya sama gue," monolognya sok mengasihani diri sendiri.

Niat ingin ngereog justru harus kandas saat dirinya ditinggal pergi Tanjirou.
Ponsel pun jadi pelampiasan. Bosan dengan benda canggih itu. Pergerakannya menuntun ia menuju rak yang dipenuhi buku-buku tebal yang tidak akan dia pahami. Sebuah komik lalu berhasil mencuri perhatiannya. Mencoba membaca demi membunuh rasa bosan.

Sepotong Hati Untuk Tanjirou ✔️ || TanjiKanaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang