Chapter 30 : Deal, Bubble?

189 27 126
                                    









Hey, world! I feel like i was on cloud nine!
🦋 Tanjirou Kamado 🦋








Jika biasanya seorang anak lelaki dekat dengan ayahnya. Lalu anak perempuan dekat dengan ibunya. Maka sedikit berbeda dengan Tanjirou Kamado. Pemuda itu akan langsung mematahkan stigma itu dengan cepat.
Tanjirou lebih dekat dengan sang bunda yang tinggal sehari-hari bersamanya. Membantu di dapur produksi jika dibutuhkan. Selalu mengutamakan kepentingan bunda di atas segalanya.

Jadi anak berbakti dan masuk Surga adalah salah satu dari sekian banyak impiannya.

Jadi anak berbakti dan masuk Surga adalah salah satu dari sekian banyak impiannya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Credit to artist

Sewaktu pemuda itu sedang mematut diri di depan cermin. Ketukan konstan pada daun pintu menginterupsi kegiatannya.

Saat tahu bunda yang mengetuk, tanpa ragu ia mempersilakan untuk masuk ke dalam.
Bunda mengedarkan pandangan ke sekeliling. Kamar anak sulungnya rapi dan bersih. Hanya beberapa potong pakaian berserakan di atas ranjang.

"Mau ke mana?"

Tanjirou berpikir sebentar sembari ikut duduk. "Lihat SunSet di... Pantai?"

Seolah memahami situasi, bunda Kie melanjutkan. "Anak mana? Namanya siapa? Ajak maen ke rumah kapan-kapan."

"Ehem," Tanjirou berdeham menelan gugup. "Kanao Kocho, Bun. Adek nya mbak Kanae, yang langganan Bunda."

Perbincangan mengenai gebetan atau hal semacam ini, sudah diantisipasi jauh-jauh hari oleh ayah dan bunda. Terutama mengenai asmara, seks edukasi yang terkesan tabu tetapi penting di zaman serba instan ini.

Tidak banyak yang ingin disampaikan oleh bunda selain memberi sedikit wejangan.
"Jangan lupa sholat Maghrib. Pulangnya jangan sampai kemaleman. Inget pesannya ayah...."

"Anak perempuan harus dijaga dan dilindungi. Jangan dibikin marah dan nangis." Tanjirou spontan menyambung.

Bunda tersenyum. Seraya melepas anak laki-lakinya yang mulai beranjak pergi. Menjemput seseorang bernama Kanao.

Tidak jauh beda dengan bunda. Kak Shinobu yang kebetulan sedang berada di rumah pun tak luput memberi sebaris pesan. Dan dibumbui ancaman jika sampai Kanao pulang terlambat.

Keduanya lantas berboncengan menuju pantai yang dijanjikan Tanjirou. Melaju berdua pada sore yang masih terasa hangat.

🦋🦋🦋

Pantai dengan ombak menggulung rendah adalah tempat yang mereka tuju.
Keduanya berjalan santai di tepi pantai sembari menautkan tangan. Menghindari sapuan ombak, sesekali membiarkan kaki telanjang mereka bertemu buih ombak yang mendesis lalu meluruh.

Waktu masih menunjukkan pukul 6 sore.
Namun langit mulai dibubuhi kilau cahaya oranye yang merekah indah. Matahari sudah siap berganti posisi dengan sang Lunar.

Sepotong Hati Untuk Tanjirou ✔️ || TanjiKanaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang