🍡AlKiv-02🍡

5.7K 1K 79
                                    

Kayanya sehari cuma bisa up sampai 2 kali aja, soalnya target agak lama penuh, tapi gapapa, daripada dikarantina kan.

Jangan sider, kalau jimplang, langsung aku karantina.

Sider tuh setan.

200 vote dan 60 komen aja, yuk.

Alcio-Kiv

Hari pertama Alcio menjalani misi, dia terbangun di jam 5 pagi karena Kiv menyipratkan air ke wajahnya.

Erangan penuh emosi Alcio berikan, dia membuka mata dan melihat Kiv berdiri disebelah kasurnya, dengan senyum diwajah tampan Kiv.

"Apa-apaan senyum lo itu bangsat! Kenapa lo nyiram gue!" maki Alcio emosi.

Dia merebut gayung ditangan Kiv lalu menyiram isi gayung itu ke wajah Kiv langsung.

Byur!

Senyum puas Alcio berikan "Haha! Balasan karena lo berani nyiram gue!"

Kiv diam, dia menyugar poni nya yang basah kemudian tersenyum manis pada Alcio, lalu Kiv mengambil gayung tadi dan berjalan menuju kamar mandi.

Meninggalkan Alcio dikasur, terheran karena Kiv tak marah sama sekali, malah tersenyum.

"Tuh anak, udah bisu, rada bego juga gue rasa.." gumam Alcio tak habis pikir.

Dia mengusap wajahnya yang agak basah, kemudian merapikan rambut pirang gelap bergelombangnya, hela napas Alcio berikan.

"Semangat, demi liburan dan bonus!"

Benar, Alcio harus semangat menjalani misi ini, batasnya hanya sampai 4 bulan saja dan itu sebentar, Alcio yakin dalam waktu 2 bulan dia bisa menyelesaikan misi ini.

Oh ya, Alcio ini punya saudara perempuan, keluarga Alcio tinggalnya di Jepang, hanya Alcio saja yang tinggal di Indonesia.

Alcio kabur sebenarnya, dia menolak untuk dijodohkan, jadi dia melarikan diri ke Indonesia lalu bergabung dalam Organisasi saat ini.

Alcio hanya akan mengawasi keadaan sekitar, karena dari ciri-ciri gadis yang dijual beli, adalah gadis tinggi dengan rambut panjang.

Itulah kenapa Alcio cocok dikirim kesini, untuk jadi umpan sebenarnya.

Setelah selesai bersiap, Alcio melihat Kiv tengah menyiapkan sarapan di meja bulat yang memang ada di kamar mereka.

Alis Alcio naik sebelah "Lo yang buat sendiri?" tanya nya heran.

Kiv mengangguk, dia memberikan senyumnya pada Alcio kemudian memberi isyarat pada Alcio untuk mendekat.

Awalnya Alcio tak mau, tapi dia juga lapar, jadi mau gak mau dia berjalan mendekati meja bulat itu.

"Huh, gue mau makan karena memang laper, bukan karena hal lain." ketus Alcio kemudian duduk disebrang Kiv.

Kiv memakai kemeja hijau daun berlengan pendek, dengan celana panjang hitam, rambutnya hanya disisir biasa.

Sementara Alcio memakai gaun panjang selutut, demi kelangsungan misi, Alcio harus memakai gaun, demi menarik pelaku muncul kepermukaan.

Rambut panjang Alcio dibiarkan tergerai indah, wajah Alcio yang memang manis tak perlu dipoles apapun.

Mungkin sedikit pelembab bibir, agar bibir Alcio tampak merekah dan segar.

"Lo kuliah disini?" tanya Alcio.

Anggukan Kiv berikan, masih tersenyum, dia menyiapkan piring dan nasi untuk Alcio, kemudian memasukan lauk juga.

Lalu memberikan piring itu pada Alcio.

"Huh, makasih,"

Kiv tersenyum, senyuman Kiv membuat Alcio terganggu, seolah pernah melihat senyuman itu entah dimana.

"Lo gak makan?"

Gelengan Kiv berikan.

"Kenapa?"

Kiv menuliskan sesuatu di buku catatan kecil yang memang selalu dibawanya.

Aku sudah sarapan duluan tadi.

Alcio ber oh ria, kemudian lanjut makan.

Kiv sendiri, menatap Alcio dengan tatapan aneh, bahkan Alcio sendiri bingung mendeskripsikan tatapan Kiv, rasanya mengganggu.

.....

Sedari pagi sampai sore, Alcio hanya berkeliling dan mengamati seisi kampus, menatap gelagat orang-orang yang dirasa mencurigakan.

Ada beberapa orang yang Alcio curigai, beberapa dosen dan beberapa Mahasiswa, masih menjadi kecurigaan karena Alcio akan mencari bukti lainnya.

Saat ini Alcio ada di kantin, makan sendirian dipojok, ya dia gak suka keramaian, disini hanya karena misi jadi tak berminat mencari teman.

Tap.

Sebuah sentuhan Alcio rasa dibahunya, dia mengangkat wajah dan melihat kebelakang, ternyata Kiv, dengan senyum manisnya dia disana.

Dengus tak suka Alcio berikan, dia menepis tangan Kiv.

"Mau apa sih?" ketusnya pelan.

Suara Alcio ini, gak serak atau berat, bahkan terkesan halus, makanya Alcio suka membentak atau bersuara keras agar sisi laki-laki nya terasa.

Kalau bicara dengan nada biasa, Alcio mah kaya suara perempuan, tapi gak terlalu kaya perempuan.

Kiv mengangkat kedua tanganya, kemudian duduk disebelah Alcio.

"Eh! Gue gak izin lo duduk disini!"

Kiv hanya tersenyum, kemudian memberikan sebuah buku berisi nama dan data diri.

Kemudian Kiv memberikan catatan pada Alcio.

Aku dengar, kamu nyari seseorang di kampus ini, semalam kamu gak tidur sampai jam 12, jadi aku inisiatif buat nyari tau dan nyari data diri semua diangkatan ini, semoga bermanfaat yah.

Alcio membola tak percaya, dia menatap kearah Kiv yang masih tersenyum.

"Ck, makasih," ketus Alcio pelan.

Anggukan Kiv berikan.

"KIV! BURUAN BUSET GUE UDAH BELI BATAGOR NYA!"

Kiv beranjak dari kursi, kemudian berjalan pergi menuju sumber suara, meninggalkan Alcio yang kembali sendirian.

"Jangan terlibat sama orang lain, jangan libatkan orang lain."

Yah, Alcio harus ingat prinsipnya, tak boleh melibatkan orang dalam misinya.

Ini pertama dan terakhir, Alcio tak akan mau menerima bantuan dari siapapun.

🍡Bersambung🍡

My Roomate is a Tsundere Boy [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang