🍡AlKiv-09🍡

4.1K 874 96
                                    

Aku up karena komen dah jebol dan vote diatas 150, tapi sider tetap kaya setan, kesal aku.

Jangan sider lah, sider tuh setan.

Vote diawal atau diakhir chapter.

200 vote dan 55 komen, yuk.

Alcio-Kivara

Sejak kejadian di Kebun Binatang, tingkah Alcio saat bersama Kivara semakin menjadi-jadi, kadang dia bisa bersikap manja kaya kucing, tapi kadang bisa galak banget kaya anjing gila.

Setiap hari Alcio selalu ikut kemana pun Kiv pergi, dia bakal ngekor.

Seisi kampus sudah tau berita dimana Kivara, dekat dengan cewek berambut pirang, tak ada siapapun yang berani mendekati cewek pirang itu.

Karena mereka takut sama Kivara.

Reon saja sampai berulang kali protes karena Alcio selalu saja ngintilin Kiv, tapi Kiv selalu menenangkan Reon dengan kata-kata manis.

Untuk misi, Alcio sudah mengirim bukti 3 dosen yang menjadi pelaku jual beli Mahasiswi di kampus itu, tinggal 2 orang lagi.

Alcio butuh usaha agak keras untuk mendapatkan bukti, bukti ke 3 dosen tadi sudah Alcio kirim ke kantor Pusat.

Hari ini cuaca mendung, Alcio malas keluar kamar asrama, dia bergelung diselimut dan dikasur.

Matanya melirik sayu kearah Kiv yang tengah bersiap dengan kemeja biru gelap berlengan panjang dan celana panjang hitam.

Alis Alcio naik sebelah "Lo mau kemana? Kan hari ini enggak ada kelas." Alcio bertanya agak sinis.

Kiv mengulas senyum, dia berjalan ke kasur Alcio kemudian mengelus rambut Alcio pelan, Kiv menunduk guna mencium dahi Alcio.

"Aku ada tugas kelompok, kamu mau aku bawain apa nanti, hm?" tanya Kivara lembut.

Alcio merengut pelan, dia menahan tangan Kivara yang ada dikepalanya lalu menyingkirkan tangan gadis tampan itu.

"Enggak, gue gak mau apa-apa, pergi sana lo." usir Alcio kesal.

Dia memunggungi Kiv dan menutup tubuhnya dengan selimut, Kiv sendiri hanya mengangguk lalu menepuk pantat Alcio pelan.

"Hati-hati ya, kalau mau keluar jangan lupa pakai jaket, kalau ada yang gangguin, bilang sama ak-"

"BERISIK! LO BUKAN SIAPA-SIAPA GUE! GAUSAH BACOT!"

Kiv diam, raut muka yang semula teduh, kini beralih menjadi datar.

"Ya udah." ujar Kiv dingin kemudian meraih jaket yang tergantung disamping pintu.

Dia segera keluar dari kamar, tapi sebelum itu Kiv berkata sesuatu.

"Aku tau aku bukan siapa-siapa kamu, gak perlu diperjelas." tuturnya datar kemudian membanting pintu kamar.

BRAK!

Hal itu mampu membuat Alcio meringkuk diselimutnya, menggigit bibir menahan isak tangis.

Dia gak bermaksud menyinggung, dia hanya kesal karena Kiv tega ninggalin dia sendiri di kamar asrama, tega ninggalin Alcio.

Bahu Alcio bergetar "Hiks..Kiv marah sama Alci..hiks..maaf.." isaknya pilu.

Alcio merasa takut, takut perkataannya membuat Kiv ilfil dan berakhir menjauhinya, padahal Alcio sudah terlanjur nyaman.

Dia nyaman pada perlakuan lembut Kivara padanya, nyaman pada kenyataan kalau Kiv tak mempermasalahkan wajah cantik dan tubuh kurus Alcio.

Nyaman karena Kiv selalu baik dan mampu meluluhkan hati Alcio, Alcio sudah terlanjur nyaman.

Dia takut, Kiv akan mencari orang lain, Alcio gak mau.

Tapi, gengsinya terlalu tinggi, Alcio jadi menyesal.

"Hiks..huhuuuu.."

Alcio terus menangis sampai dia tertidur, untung saja Kivara sudah mengunci pintu kamar asrama mereka, jadi gak akan ada yang bisa masuk ke dalam selagi Kivara gak ada.

Walau Kivara kesal pada perkataan Alcio, dia tetap tak mau Alcio sampai kenapa-napa.

Karena, itu akan menghambat rencana Kivara kedepannya.

.....

Jam 10 malam, Kivara baru pulang dan melihat kamar asrama begitu gelap, jendela kamar bahkan belum ditutup.

Di luar hujan badai, jadi Kiv telat pulang karena terjebak angin ribut serta guyuran hujan, tadi Kiv kerja kelompok di Mcd simpang jalan.

Dia membawa pulang 3 paketan untuk Alcio, mau bagaimana pun dia tetap perduli pada Alcio.

Setelah Kiv menghidupkan saklar, dia bisa melihat Alcio masih di kasur, tertidur, masih memakai piyama terusan seperti tadi pagi.

Hela napas Kiv berikan, dia berjalan mendekati kasur lalu menepuk bahu Alcio pelan.

"Alci bangun, aku udah beliin makanan buat kamu."

Alcio menggeram lirih, dia membuka kelopak matanya yang terasa berat, matanya memerah dan sembab.

"Hei, aku beliin Mcd.." bisik Kiv lembut seraya mengelus rambut Alcio.

Alcio berbalik menatap Kiv, mata yang semula sayu, tampak membola perlahan, air mata kembali jatuh.

"Hiks..jangan benci sama Alci..maafin Alci..hiks..jangan tinggalin Alci sendirian kaya tadi.." tangisnya pecah, dia merentangkan tangan meminta pelukan.

Kivara segera menyambut rentangan tangan tersebut "Iya, aku enggak benci sama kamu, udah jangan nangis, makan dulu yuk." bujuk Kiv halus.

"Kaki Alci gak ada tenaga..lemas.."

"Uluh-uluh, sini aku gendong."

"Um.."

Kivara mengangkat tubuh Alcio ala bridal, lalu membawanya ke meja bulat tengah kamar mereka, mendudukan Alcio ke karpet berbulu dengan perlahan.

Lalu Kiv membuka paketan yang dia bawa.

"Ada burger, ada mcfurri, ada es krim dan ada cola, nah, kamu makan yah.."

Alcio menatap Kiv sayu, kemudian menggenggam tangan Kiv "Kivara enggak makan juga?" tanya Alcio pelan.

"Aku udah makan tadi."

"Makan lagi, temenin Alci."

"Tapi aku kenyang-"

Kivara berhenti berujar setelah melihat mata Alci yang kembali berkaca-kaca, dengan segera Kiv mengangguk.

"Oke, aku ikut makan, udah jangan nangis lagi." dengan perlahan Kiv menyeka air mata dipipi kanan Alcio, kemudian mencium dahi Alcio.

Alcio suka setiap sentuhan Kivara, dia suka.

Sangat lembut, berhati-hati dan halus, Alcio sangat menyukai sentuhan maupun pemilik sentuhan tersebut.

🍡Bersambung🍡

My Roomate is a Tsundere Boy [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang