🍡AlKiv-22🍡

3.4K 730 64
                                    

Sider setan tak jera-jera juga, ya sudahlah, aku up karena lagi pengen aja, kebetulan dapat ide buat kelanjutannya jadi langsung aku ketik.

Jangan sider, sider tuh setan+beban, jadi jangan sider.

Vote diawal atau diakhir chapter, minimal vote kalau gak mampu komen, kalau part sebelah dan part ini votenya jimplang, awas aja.

200 vote dan 55 komen, up kalau target penuh, jadi kalau sampai 2 atau 3 hari target gak penuh, ya gak akan up.

Alcio-Kiv

Kegiatan harian Kiv setelah pindah adalah, menyiram tanaman nya di pagi hari, mawar-mawar beraneka warna sudah tumbuh dengan indah di halaman depan.

Sementara halaman belakang khusus anggrek dan lainnya.

Jam 9 pagi, Kiv melihat rumah disebelahnya yang memang adalah rumah baru selesai bangun, tingkat 2 dengan design modern kontemporer itu sudah diisi orang.

Buktinya ada 3 buah pick up pengangkut barang di jalanan depan rumah, dan banyak orang mengangkat barang-barang itu masuk ke dalam.

"Hati-hati dong! Itu mahal!"

Kiv berhenti menyiram, dia bisa melihat jelas ke sebelah karena tak ada tembok pembatas, jadi halaman rumah mereka memang jadi satu, hanya dibatasi tanaman bunga milik Kivara.

Kiv melihat sosok agak mungil, berbadan ideal dengan punggung yang agak sempit, rambutnya warna coklat gelap dibawah bahu, rambutnya agak ikal dibagian bawah.

"Laki-laki?" Kiv bertanya pada dirinya sendiri, pasalnya suara orang berambut panjang itu berat dan serak.

"Neng gausah marah-marah gitu atuh," cetus salah satu tukang angkat barang.

"Heh! Gue laki-laki! Neng-neng matamu!"

"Hahahaha habis laki-laki kok rambutnya panjang."

"Ya gue tuh memang hobi panjangin rambut, memang kenapa sih? Yang penting gue gak leyeh-leyeh dan gak klemer-klemer! Gue mah lakik!"

"Tapi muka nya cantik," cetus tukang lainnya.

"Heh!" orang berambut panjang itu terlihat melotot geram.

Kiv terkekeh pelan, lucu sekali melihat rekasi pria itu saat mengomel, suara tawa Kiv membuat mereka yang lagi disebelah menoleh.

"Eh, ada mas-masa ganteng," tegur salah satu tukang.

Kiv menghentikan tawanya perlahan, mata teduhnya menatap orang-orang disana, dia berjalan mendekati mereka lalu tersenyum hangat.

"Saya perempuan, nama saya Kivara Zelendine, salam kenal semua." suara Kiv begitu hangat.

"Oalah, perempuan ya, gila sih, walau ganteng tapi keliatan cantik juga, cocok nih mbak Kiv sama mas-mas cantik ini hahahaha."

Kiv ikut tertawa mendengar kelakar para tukang tadi, dia menatap kearah pria berambut dibawah bahu dengan poni yang memperlihatkan dahinya, Kiv mengulurkan tangannya, hendak berkenalan.

"Nama kamu siapa?" tanya Kiv ramah.

Pria itu diam, menatap tangan putih dengan jari-jari lentik, dengus sinis pria itu berikan.

Tapi tak ayal dia menerima uluran tangan Kiv.

"Nama gue Rasyez Hetaraka, umur 24 tahun, gue bakalan buka Cafe yang ada di sebrang toko bunga depan jalan raya komplek." ujarnya dengan suara ketus.

Kiv mengulas senyum manis, dia mengangguk.

"Salam kenal, toko bunga itu punya aku, kapan mau opening Cafe?" tanya Kiv halus.

"Lusa kayanya, atau besok gitu deh."

"I see, aku bakal kasih hadiah buat pembukaannya yah, kabarin aja kapan mau dibuka, oh ya kamu tinggal sendirian?"

Rasyez melepas genggaman tangan mereka lalu menggeleng "Gue bareng adek gue, dia laki-laki cuma ya, agak pendiam dan lumayan feminim, lo jangan hujat dia yah."

Tawa Kiv menguar kembut "Tenang aja, aku gak suka hujat orang sembarangan, oh ya, adik kamu mana?"

"Tidur dia di kamarnya lantai 2, kecapean karena perjalanan."

"Gitu ya, nama adik kamu siapa?"

"Ma-"

Belum sempat perkataan Rasyez selesai, terdengar suara keras dari lantai dua, Rasyez segera pamit untuk mengecek dan Kiv mengizinkannya tentu saja.

Kiv kemudian berjalan kembali ke rumahnya, sepertinya tetangga barunya itu dua bersaudara tanpa orang tua.

Mungkin mereka sama seperti Kiv, eh tapi Kiv kan punya orang tua hahahaha.

Disisi lain, Rasyez segera menyuntikan bius pada sang adik yang terbangun dan mengamuk tak terkendali.

"Lepasin! Gak mau disuntik lagiii! Sakit tau gak! Lepasin!"

Rasyez diam, dia selesai menyuntikan bius dan perlahan melihat sang adik terkulai lemas dan kembali tertidur.

"Haduh, lelah gue."

Rasyez berjalan keluar dari kamar, meninggalkan sosok berambut pirang gelap pendek khas laki-laki dengan wajah manis, hidung mungil, bulu mata lentik dengan bibir mungilnya.

Kulitnya begitu putih, tubuhnya kurus, suaranya tadi tak halus, melainkan agak berat dan serak.

Dan lagi, wajah itu sangat asing, lagipula jika Kiv melihatnya, dia pasti tak akan mengenalnya wajah itu, jadi sudah dipastikan ini akan dimulai dari awal lagi.

🍡Bersambung🍡

My Roomate is a Tsundere Boy [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang