🍡AlKiv-10🍡

4.3K 828 91
                                    

Ada yang nunggu ni cerita up?

Jangan sider lah, sider tuh setan.

Vote diawal atau diakhir chapter.

200 vote dan 55 komen, kuuy.

Alcio-Kivara

5 minggu, mungkin, Alcio juga tak terlalu menghitung sudah berapa lama dia di kampus ini untuk misi nya.

Hanya tersisa 2 orang lagi yang harus Alcio cari bukti kejahatannya, tapi susah, seolah semua bukti sudah dihapuskan.

Alcio benar-benar tak bisa menemukan celah untuk mendapatkan bukti dari 2 tersangka terakhir.

Yaitu Reon dan seorang Dekan di kampus itu.

Siang ini Alcio lagi nungguin Kivara selesai dari kelasnya, Alcio nunggu di jamur-jamuran sambil nyemilin kentang goreng.

Tadi sebelum masuk ke kelas, Kiv sempat membelikan kentang goreng, pocky dan beberapa es krim serta minuman untuk Alcio.

Agar pemuda cantik itu gak bosen selama Kiv ada kelas.

Rambut Alcio hari ini digerai seperti biasa, hanya diberi hiasan bando hijau daun polos yang Kiv beri padanya tadi pagi.

Ada kalung juga, Alcio pakai kalung berbandul bulan, itu hadiah dari Kiv 2 minggu lalu, Kiv sendiri pakai kalung berbandul bintang.

Pakaian Alcio hari ini, kemeja biru laut dan celana panjang hitam, dia lagi males pakai dress, karena rasa-rasanya Alcio kaya kehilangan sisi maskulinnya kalau keseringan pakai dress.

Yah walau dilihat dari segi manapun, Alcio gak ada maskulinnya sama sekali.

Kecuali kalau Alcio pakai suara beratnya, barulah ketahuan kalau dia laki-laki, selama ini Alcio selalu pakai suara ringannya, jadi suara ringan Alcio itu lembut kaya perempuan.

"Hum, Kivara lama," rengut Alcio kesal, dia sudah menghabiskan setengah dari jajanan yang Kivara beli.

Hanya tersisa kentang dan coca cola saja, Alcio juga bosan main hp, soalnya kuotanya habis.

Dia nanti mau ngajak Kiv pergi beli Kuota, sekalian jalan-jalan berdua.

Pandangan mata Alcio terhenti pada satu orang, yah, itu Kivara tengah berdiri didepan seorang gadis berambut hitam sebahu.

Alis Alcio naik sebelah "Heh? Apaan tuh? Mau confess kah?" Alcio kan jadi kepo.

Tapi dia gengsi kalau mau deketan kesana, jadi Alcio duduk aja sambil mandangin Kiv dan cewek itu.

Disisi lain, Kiv menghadapi salah satu adik tingkatnya saat ini.

"Ada apa?" tanya Kiv tenang.

Gadis didepan Kiv terlihat gugup, dia menunduk kemudian memberikan sebuah kotak sedang berpita merah, sepertinya itu coklat.

"S-saya udah suka sama kakak dari awal saya masuk kuliah, saya tau kakak sudah punya pacar tapi saya mohon terima coklat ini, saya cuma mau nyatain perasaan saya, setelah ini saya akan melupakan kakak."

Kiv diam menatap coklat itu, dia tau saat ini Alcio pasti mengawasinya, dengan senyum jahil, Kiv menerima kotak itu.

Dan benar, reaksi Alcio setelahnya sangat lucu.

"Diterima? Anjir sumpah? Kiv bangsat!"

Kiv bisa dengar umpatan yang Alcio lempar itu, dengan sengaja Kiv mengelus kepala gadis tadi dan menatapnya ramah.

"Aku hargai keberanian kamu, tapi maaf yah aku gak bisa nerima kamu, untuk klarifikasi, aku belum punya pacar kok."

Gadis itu merona hebat, dia mengangguk cepat "Terima kasih kak! Saya permisi." gadis itu berlari cepat pergi dari depan Kivara.

Membuat Kiv tertawa, dia menatap kotak coklat tadi lalu menyimpannya di dalam tas.

Lalu berjalan kearah Alcio yang sudah menatapnya garang bak anjing gila, tapi dimata Kiv, terlihat lucu.

"Kenapa cantik? Kok natap aku kaya gitu." tanya Kiv seraya menyampirkan helai rambut Alcio ke belakang telinga.

Alcio menepis tangan Kiv, lalu bersidekap dada "Lo kenapa terima coklat dari cewek itu?" sinis Alcio.

"Memang kenapa? Aku suka coklat."

"Tapi cewek tadi nembak lo, Kiv! Kalau dia berharap gimana!?"

"Terus? Apa masalahnya?"

Alcio mengepalkan kedua tangannya, tak habis pikir dengan jawaban Kiv yang terlampau santai, dia menjulurkan tangannya pada kemeja bagian lengan atas Kiv, lalu merematnya.

Dengan nada lirih, Alcio berbisik "Lo gak boleh buat orang berharap sama lo..Kiv..gue gak suka.."

"Hm? Kenapa kamu gak suka? Kan kita gak ada hubungan apa-apa, jadi, berhentilah bersikap seolah aku adalah kekasihmu, Alci."

Kiv menepuk bahu Alcio singkat kemudian berlalu pergi, meninggalkan Alcio yang terduduk lemas di kursi keramik jamur-jamuran.

Pandangan matanya kosong, wajah Alcio terlihat pucat.

Sakit, dadanya sakit mendengar perkataan Kiv, lalu yang selama ini mereka lalui Kiv anggap apa?

"Hah..apa Kivara gak suka sama sikap ku? Apa aku terlalu kasar?"

Alcio panik sendiri, apa yang harus dia lakukan agar Kivara enggak berpaling darinya, Kivara harus menjadi milik Alcio.

Alcio menggigit bibir bawahnya kuat, menahan air mata yang bisa saja jatuh.

"Enggak..gak boleh.." racau Alcio parau.

Sebuah tangan menyentuh bibir bawah Alcio yang digigit, lalu mengelusnya "Jangan digigit, nih es krim buat kamu."

Alcio mendongak, ternyata Kivara balik lagi dengan es krim ditangannya, mata Alcio langsung menyendu dan mengeluarkan cairan beningnya.

Bibirnya melengkung kebawah, Alcio memeluk pinggang Kivara lalu mendusel diperut berhalangan kemeja Kivara.

Menangis tanpa suara, dan Kivara hanya diam seraya mengelus rambut Alcio.

Ini memang sengaja Kivara lakukan, menanamkan ketakutan pada Alcio, ketakutan akan Kivara yang menjauhinya, mampu membuat mental Alcio tak seimbang.

Yah, Alcio akan mulai merasakan ketakutan akan ditinggal pergi Kivara.

Ini sangat bagus, Kivara jadi semakin bersemangat untuk membuat Alcio bergantung pada keberadaannya, lalu menjatuhkan mentalnya.

Sampai Alcio menjadi pasien RSJR, sama seperti apa yang Alcio lakukan pada adik Kivara.

🍡Bersambung🍡

My Roomate is a Tsundere Boy [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang